Konser Gitaris untuk Negeri menunjukkan, seni memiliki fungsi sosial di masyarakat, yakni untuk menggalang bantuan. Seni yang selama ini dianggap sebagai konsep abstrak oleh masyarakat pun dapat pula memberi kontribusi.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI, TATANG MULYANA SINAGA, DWI AS SETIANINGSIH, BUDI SUWARNA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Puluhan musisi, penyair, dan seniman menunjukkan duka dan simpati pada penyintas gempa Cianjur lewat konser Gitaris untuk Negeri di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, Rabu (7/12/2022) malam. Konser ini menunjukkan bahwa seni memiliki fungsi sosial di masyarakat, yakni untuk menggalang bantuan.
Gitaris Ezra Simanjuntak menuturkan, konser ini tidak sekadar mengumpulkan donasi untuk penyintas gempa Cianjur, tetapi juga memantik kepedulian masyarakat untuk peduli dan berempati pada sesama manusia. Pesannya jelas, yakni ”Menunjukkan kepedulian pada saudara sebangsa,” ujar Ezra yang ikut tampil malam itu.
Selain Ezra, musisi yang tampil antara lain Dewa Budjana, Ian Antono, Denny Chasmala, Edi Kemput, Endah Widiastuti, Andre Dinut, Karis, Zendhy, Edwin, Ridho Hafiedz, Gugun, Ipang Lazuardi, Boris, Jubing Kristianto, Tohpati, Gerard Situmorang, Kongko, Andy ”/rif”, John Paul Ivan, Aditya Bayu, Josephine, Tompi, Andra Ramadhan, Kikan, Sheryl Sheinafia, Iga Massardi, Baim, Candil, Kaka, D’Masiv, Wanda Omar, Franky Sadikin, Ronny, Rayyi Kurniawan, Yongky Vincent, Aryo Wicaksono, dan Yandi Andaputra.
Adapun penyair yang ikut dalam acara ini adalah Presiden Puisi Sutardji Calzoum Bachri dan Hasan Aspahani. Ada pula sejumlah perupa, antara lain Ilham Khoiri, Ika W Burhan, Diana Dee Mohy, Gihon Nugrahadi, dan Tommy Karmawan. Acara dipandu Olga Lydia dan Cynthia Rompas.
Konser dibuka dengan pembacaan puisi oleh Sutardji yang menyentuh, antara lain ”Gempa Kata” dan ”Sajak Tanah Air”. Selanjutnya, para musisi tampil bergantian dengan belasan formasi. Meski persiapan untuk tampil bersama hanya dalam waktu beberapa hari, para musisi tetap tampil baik dan energik.
Ratusan penonton antusias menyaksikan konser yang berlangsung sekitar empat jam itu. Ketika Candil menyanyikan lagu andalannya, ”Rocker Juga Manusia”, penonton ikut bernyanyi dan berteriak riuh. Begitu pula ketika Cokelat menyanyikan ”Bendera”.
Pada bagian lain, Kaka menyanyikan lagu ”Solidaritas” yang syairnya kontekstual dengan berbagai bencana yang kerap melanda Indonesia. Mengapa harus tunggu bencana/Kita rela sisihkan harta untuk sesama//.
Para penonton tidak hanya menikmati penampilan para musisi, tetapi juga menyumbang uang lewat kotak amal ataupun lewat aplikasi QRIS. Di antara penonton ada Wakil Menteri Hukum dan HAM Edward Omar Sharif Hiariej, Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid, anggota DPR Taufik Basari dan Said Abdullah, serta aktivis Bivitri Susanti.
Dalam konser amal ini dilelang buku puisi, lukisan, dan gitar yang ditandatangani sejumlah musisi. Wamenkumham membeli gitar dari Gitaris Indonesia senilai Rp 50 juta. Gitar Ridho ”Slank” dibeli Telkomsel Rp 60 juta dan gitar Kaka ”Slank” dibeli anggota DPR, Said Abdullah. Sementara itu, lukisan ”Love of Mother Earth” karya Ika Burhan menghasilkan sumbangan Rp 15 juta dan luksian ”Gitu Aja Kok Repot: Hommage to Gus Dur” karya Ilham Khoiri Rp 25 juta.
Di luar itu, Telkomsel berdonasi sebanyak Rp 100 juta. PT Pan Brothers Tbk juga berdonasi sebesar Rp 100 juta. Direktur Utama Bank Jateng Supriyatno membeli gitar elektrik Rp 50 juta, Senior Vice President Bank UOB Indonesia membeli lukisan ”Siapa yang Mengikatkan Dirinya pada Gambar di Wajahku?” karya Vy Patiah sebesar Rp 10 juta.
Lukisan karya Gihon Nugrahadi juga memperoleh Rp 10 juta atas donasi Trimedya Panjaitan. Lukisan karya Asmoaji memperoleh total Rp 15 juta rupiah melalui donasi Harry Ponto. Ada pula lukisan karya Afriani yang mendapat Rp 15 juta. Sumbangan juga diperoleh dari lelang buku karya penyair Hasan Aspahani yang laku Rp 7 juta.
Director of Corporate Communication Kompas Gramedia Glory Oyong mengumumkan, Kompas Gramedia mendonasikan uang tunai sebesar Rp 1 miliar untuk penyintas gempa Cianjur.
Gempa dangkal Cianjur bermagnitudo 5,6 dan berpusat di darat terjadi pada 21 November lalu. Hingga Rabu malam, korban meninggal akibat gempa setidaknya berjumlah 334 orang. Gempa juga mengakibatkan 593 orang luka berat, sekitar 50.000 rumah rusak, dan 114.683 warga mengungsi.
Bencana ini menumbuhkan solidaritas di berbagai lapisan masyarakat. Berbagai bentuk bantuan berupa dana, makanan, hingga doa dikirimkan untuk menunjukkan simpati dan cinta kepada para penyintas gempa Cianjur.
Jumat lalu, para pengusaha pada Kompas100 CEO Forum yang berlangsung di Istana Negara, Jakarta, mendonasikan dana sebesar Rp 2,7 miliar.
Jika ditotal, semua rangkaian penggalangan donasi untuk korban gempa Cianjur yang dikelola Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas sejauh ini menghasilan setidaknya Rp 4,6 miliar, yakni dari acara Kompas100 CEO Forum, Dompet Kemanusiaan Kompas sejak 23 November 2022, dan konser Gitaris untuk Negeri. Semua dana yang terkumpul baik dari Gitaris untuk Negeri maupun CEO Forum akan disumbangkan kepada korban bencana Cianjur melalui Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK).
Ketua Yayasan DKK Tommy Nugroho mengatakan, DKK hingga kini masih memberi bantuan ke dapur-dapur umum untuk penyintas gempa Cianjur. Bantuan sembako akan diberikan kepada penyintas yang kembali ke rumah. Selain itu, Yayasan DKK berencana membangun sarana fisik, seperti sekolah, bagi penyintas bencana Cianjur.
Bahasa cinta
Konser Gitaris untuk Negeri hasil kerja sama para musisi, BBJ, harian Kompas, dan Yayasan DKK malam itu merupakan edisi keempat. Konser amal yang digagas oleh Dewa Budjana, Piyu, dan almarhum Baron di BBJ pertama kali digelar pada 2010 untuk membantu korban gempa di Mentawai dan erupsi Gunung Merapi.
Para gitaris bergerak lagi menggelar konser serupa pada 2014 dan 2018 untuk membantu korban bencana tanah longsor, banjir, letusan gunung berapi, gempa, dan tsunami di beberapa daerah.
”Kami (para musisi) hanya bisa menyumbang suara,” ujar Ian Antono. Bagi Ian, seni dalam banyak hal bisa jadi garda terdepan dalam gerakan kemanusiaan.
Jubing menambahkan, para musisi terlibat sejak konser Gitaris untuk Negeri pertama digelar. ”Artinya, ada perhatian dan kepedulian yang sama untuk masalah-masalah kemanusiaan. Salutnya lagi, tidak dibayar.”
Kurator Bentara Budaya, Putu Fajar Arcana, berpendapat, konser Gitaris untuk Negeri menunjukkan bahwa seni memiliki fungsi sosial di masyarakat, yakni untuk menggalang bantuan. Seni yang selama ini dianggap sebagai konsep abstrak oleh masyarakat dapat pula memberi kontribusi konkret kepada publik. ”Seni ini bahasa paling manusiawi, paling lembut, dan bisa digunakan untuk menyampaikan rasa duka dan simpati ke korban gempa Cianjur,” kata Putu.