Walau masih tahap awal, film Indonesia bergenre pahlawan super muncul satu per satu. Kehadirannya diharap mampu jadi alternatif di tengah serbuan film Hollywood sejenis.
Oleh
WISNU DEWABRATA
·5 menit baca
Di tengah kepungan pahlawan super Hollywood, muncul pahlawan super lokal di layar bioskop dalam tiga tahun terakhir. Yang terbaru adalah Sri Asih yang mulai tayang di jaringan bioskop Cinema XXI.
Kehadiran Sri Asih (2022) melanjutkan film laga bergenre sejenis sebelumnya, yakni Gundala (2019), yang disutradarai Joko Anwar. Keduanya saling bertautan dalam semesta sinematik Bumilangit. Pada film Sri Asih, Joko tetap terlibat. Dia berperan sebagai produser dan penulis naskah bersama Upi Avianto, yang juga bertindak sebagai sutradara.
Di tangan Joko, film Gundala sukses merebut 1,7 juta penonton, menurut hitungan situs Film Indonesia. Pendapatan kotor dari film itu nilainya diyakini Rp 73,7 miliar.
Sosok Sri Asih sempat dimunculkan di ujung kisah Gundala. Kini setelah tiga tahun berselang sang pahlawan super wanita jelita itu akhirnya mewujud dalam filmnya sendiri. Saat jumpa pers seusai penayangan Sri Asih khusus untuk wartawan di Epicentrum XXI, Selasa (15/11/2022), Upi mengisahkan sedikit prosesnya.
Film Sri Asih, katanya, digarap masih di masa pandemi sehingga memberikan tantangan tersendiri. Lokasi pengambilan gambar tersebar di sekitar 60 tempat. Di separuh lokasi pengambilan gambar, kru terlebih dahulu membangun set yang dilengkapi sejumlah perangkat penunjang khusus untuk beradegan laga.
”Kami juga banyak bangun set di studio. Karena untuk membikin adegan action agak susah kalau cuma pakai lokasi yang sudah ada. Kami, kan, juga perlu safety dan segala macam, untuk pasang sling. Jadi kami banyak sekali bangun set studio, mostly ada sekitar 50 persen,” ujar Upi.
Gadis petarung
Film ini berkisah tentang sosok Alana (Pevita Pearce), gadis petarung yang lahir dari sepasang suami istri misterius, yang bernasib tak beruntung. Alana lahir saat kedua orangtuanya tengah berwisata. Namun, sialnya gunung berapi yang dikunjungi malah meletus, menewaskan kedua orangtuanya.
Alana kemudian dipungut dari rumah yatim piatu oleh seorang perempuan, Sarita (Jenny Chang), yang tak kalah misterius. Sarita adalah pemilik sebuah sasana tarung bebas. Oleh Sarita, Alana dibesarkan dan diajari kemampuan bela diri.
Setelah dewasa Alana disadarkan dirinya punya keistimewaan. Setelah berkenalan dengan sosok ibu dan anak dari sebuah organisasi rahasia, Eyang Mariani (Christine Hakim) dan Kala (Dimas Anggara), Alana dibangkitkan kemampuan supernya lewat sebuah ritual lengkap dengan tembang dan mantra-mantra berbahasa Jawa.
”Bedanya dengan Marvel dan DC, sumber kekuatan pahlawan super di jagat sinematik Bumilangit tidak berasal dari alien (makhluk luar angkasa), tetapi berangkat dari mitologi. Kita ambil dari kekuatan kultur kita,” ujar Joko.
Dengan nama alter ego Sri Asih, Alana menguasai berbagai kemampuan adiraga, seperti bisa melesat terbang, bergerak dan berlari sangat cepat, dan punya kekuatan melebihi manusia normal. Selendang pusaka yang ia kenakan juga dapat memanjang dan memendek sesuka hati serta bisa dijadikan senjata pecut.
Dia juga mampu menangkis terjangan peluru dengan gelang di tangannya. Gerak dan gestur serta gaya bertarungnya memang mengingatkan para pencinta film bergenre ini pada sosok pahlawan super Hollywood. Walau mungkin tak disengaja, penggambaran Sri Asih yang bisa terbang dan berlari supercepat malah terasa kontradiktif di beberapa adegan. Sri bepergian ke mana-mana masih naik mobil jip tua milik rekannya ketimbang melesat ke angkasa untuk menghemat waktu.
Semua kekuatan Sri Asih didapat dari makhluk astral sakti Dewi Sri, yang menitis ke dalam raga Alana. Sosok Dewi Sri sendiri digambarkan sebagai makhluk berkekuatan gaib yang bertugas melindungi dunia dari ancaman makhluk astral digdaya lain yang bersifat jahat, Dewi Api. Cerita Sri Asih memang terinspirasi komik lawas karya RA Kosasih berjudul sama.
Tokoh pembuka
Dalam jumpa pers, Joko menyebut baik Gundala maupun Sri Asih berperan sebagai tokoh-tokoh pahlawan super pembuka jalan dalam Bumilangit Cinematic Universe (BCU). Ke depan para tokoh super lain juga akan terus bermunculan dan saling terkait. Tak heran saat pemutaran perdana di press screening kali ini film bergenre sejenis dengan karakter lain, Virgo, ikut dipromosikan trailer-nya.
Karakter pahlawan super Virgo sendiri digambarkan sebagai sosok gadis remaja berkekuatan metahuman karya komikus ternama, Jan Mintaraga, lima dekade silam. Layaknya Justice League di DC dan Avengers di Marvel, di semesta BCU nantinya juga akan terbentuk sekelompok pahlawan super pembela kebenaran. Seluruh karakternya didasari dan diinspirasi karya-karya komikus Tanah Air.
”Di jagat sinema Bumilangit, film-film yang ada tidak akan berdiri sendiri, tetapi jadi satu kesatuan, mudah-mudahan dari yang pertama sampai terakhir. Kami sangat menghargai dan menghormati genre superhero dan akan berusaha membuat yang terbaik. Paling tidak bisa melebihi (film) Gundala. Kami juga akan mengupayakan genre satu ini bisa terus berlanjut,” ujar Joko.
Selain Sri Asih dan Virgo, Joko menambahkan, dalam waktu dekat juga akan tayang serial tokoh pahlawan super perempuan lain, Tira. Mengutip situs Kompas.com, kisah Tira akan tayang dalam format film serial di salah satu platform streaming berbayar dengan pemeran utama Chelsea Islan.
Film Sri Asih sendiri tampak digarap dengan sangat serius. Teknik penggarapannya menggunakan efek khusus visual yang canggih, teknologi pencitraan 3D digital alias Computer Generated Imagery (CGI). ”Sejak awal (film) CGI sudah digunakan, namun karena pertarungannya memang terasa real sekali orang jadi mungkin enggak menyangka itu CGI,” ujar Joko.
Koreografi pertarungannya pun melibatkan aktor laga Iko Uwais. Pevita yang berperan sebagai Sri Asih berlatih koreografi selama 1,5 tahun didampingi oleh tim Iko Uwais. ”Kesulitan selalu ada di setiap scene, tapi yang terbesar justru adalah melawan diri sendiri,” ujar Pevita.
Selain Pevita Pearce, ada beberapa bintang film lain yang bermain di film ini, antara lain, Reza Rahadian yang memerankan sosok aparat polisi misterius, Jatmiko; Jefri Nichol sebagai Tangguh, wartawan idealis teman kecil Alana; dan Randy Pangalila sebagai tokoh antagonis, Mateo.
Beberapa aktor/aktris senior juga ikut terlibat, antara lain Christine Hakim, Dian Sastrowardoyo, Maudy Koesnaedi, serta Surya Saputra. Walau di film ini mereka sekadar menjadi pemeran pembantu, karakter yang mereka mainkan penting dalam mewarnai jalannya cerita.