"Return of the Dream Canteen" adalah abum kedua yang dirilis band funk rock Red Hot Chili Peppers tahun 2022. Ini adalah lanjutan dari "Unlimited Love" keluaran April lalu. Ide bermekaran setelah John Frusciante pulang.
Oleh
HERLAMBANG JALUARDI
·5 menit baca
Kuartet funk rock Red Hot Chili Peppers telah melalui banyak hal sejak 1983. Mulai dari tiga album awal ugal-ugalan hingga meraih popularitas lewat dua album berikut yang dianggap karya klasik. Di masa kini, kuartet ini bisa melepas dua album penuh dalam setahun. Band asli Los Angeles ini sedang mengenang masa-masa itu lewat album baru Return of the Dream Canteen.
Penggemar Red Hot Chili Peppers (RHCP) mungkin masih belum selesai mencerna musik dari album Unlimited Love yang dilepas pada April 2022. Album itu berisi 17 lagu dengan jarak enam tahun dari album sebelumnya, The Getaway, yang rada elektronik itu. Unlimited Love juga menandai kepulangan John Frusciante yang begitu dicintai penggemar RHCP, yang mundur selepas album Stadium Arcadium (2006).
Frusciante jadi penggemar RHCP di era tiga album awal penuh kegilaan dan kekonyolan masa muda. Umurnya masih 18 tahun ketika dia direkrut masuk RHCP setelah kematian gitaris sebelumnya, Hillel Slovak, akibat kebanyakan heroin. Bersama Frusciante, RHCP mencetak banyak album sukses, seperti Blood Sugar Sex Magik, Californication, By The Way, dan Stadium Arcadium.
Dari album-album inilah RHCP beranjak dari band panggung kecil nan pengap ke kelas stadion. Namun, Frusciante seolah tak bisa berhenti. Setelah sempat pergi pada 1994, dia bersolo karier lagi setelah 2006 mengulik musik elektronika. Tiga personel RHCP lainnya jalan terus. Anthony Kiedis (vokal), Flea (bas), dan Chad Smith (drum) melanjutkan hidup mereka dan mempertahankan status sebagai band rock besar.
Keberadaan grup yang nyeleneh ini diakui dunia rock ketika dikukuhkan masuk dalam jajaran Rock and Roll Hall of Fame pada 2012. Kuartet ini dianggap berhasil memengaruhi kancah rock sesudahnya dengan racikan musik hardcore funk berpadu dengan vokal gaya hiphop. Di awal dekade 2000-an, grup macam Limp Bizkit, Kid Rock, dan Linkin Park sulit melepas bayang-bayang RHCP dalam musikalitas mereka.
Kepergian kedua Frusciante pada 2006 digantikan gitaris muda Josh Klinghoffer yang menorehkan permainan gitarnya di dua album, yakni I’m With You dan The Getaway. Pada akhir 2019, Flea terlihat sedang jamming bersama Frusciante. Koneksi kimiawi itu rupanya masih tersambung.
”Ikatan musikalitas keduanya tak terbandingkan,” kata Rick Rubin, produser yang menangani mereka sejak Blood Sugar Sex Magik. Rubin jugalah yang menangani dua album baru RHCP kali ini. Masalahnya, ada Klinghoffer di posisi gitar.
”Flea mengundang kami dan Josh ke rumahnya. Flea bilang ke Josh, John akan gabung lagi. Kita (band dan Klinghoffer) telah bersenang-senang bersama, tapi dengan John seperti ada urusan yang belum tuntas,” kenang Chad Smith, sang drummer berbadan besar itu, kepada The Guardian.
Klinghoffer, kata Smith, amat dewasa menerima kenyataan itu. Beruntung masa menganggurnya tak lama. Delapan hari setelah pertemuan di rumah Flea itu, Eddie Vedder meneleponnya untuk mengajak gabung dengan Pearl Jam sebagai gitaris tur. Itu masih terjadi sampai sekarang.
Serius banget
Formasi RHCP klasik: Kiedis, Flea, Smith, dan Frusciante berkumpul lagi. Ditambah lagi ada tangan dingin Rick Rubin yang menangani mereka. Reuni itu mengisi hari-hari mereka di masa pandemi Covid-19. Mereka mulai merekam materi. Ide-ide bermekaran.
”Kekhawatiran hilangnya ’jimat’ betul-betul irasional. Kami mengalami masa-masa menyenangkan di studio dengan kembalinya John,” kata Kiedis. Selama berbulan-bulan mereka berkumpul di studio; merancang musik, mendengar lagu-lagu bluesdan rock n’ roll lama serta New York Dolls. Hasilnya, mereka menyerahkan lebih dari 100 komposisi kepada Rubin. ”Kami memang dikenal konyol, tapi kalau sudah berhubungan dengan musik, kami serius banget,” lanjut Flea.
Dari banyak komposisi yang dihasilkan ketika latihan, band dan Rubin merekam 50 lagu. Mereka awalnya menyerahkan 40 lagu di antaranya ke label Warner Bros Records untuk dilepas sekaligus dalam format tujuh keping cakram. Permintaan yang berat dari sisi penjualan. Kedua pihak akhirnya berkompromi merilis 34 lagu yang dibagi menjadi dua album, yaitu Unlimited Love dan Return of the Dream Canteen—beredar 14 Oktober 2022.
Kami memang dikenal konyol, tapi kalau sudah berhubungan dengan musik, kami serius banget.
Tak heranlah bila nuansa dua album ini mirip-mirip. Abum yang beredar belakangan terdengar sedikit lebih santai. Beberapa nomor bernuansa melankolia layaknya Californication bertebaran, misalnya lagu ”Bella”. RHCP juga santai saja membuat lagu ”My Cigarette” yang nuansanya seperti lagu ”Poker Face” milik Lady Gaga.
Di lagu lainnya, Kiedis dan kawan-kawan menulis penghormatan untuk idola dan kawan yang duluan meninggal. Frusciante memainkan melodi indah bernada tinggi di lagu ”Carry Me Home”, sebuah penghormatan untuk Jimi Hendrix. Lagu ”Eddie” bisa ditebak ditulis untuk mengenang gitaris Eddie van Halen. Sementara ”Bag of Grins” cenderung kelam ala Alice in Chains, yang mendiang vokalisnya, Layne Staley, adalah karib RHCP.
Kekhasan funk ala RHCP ada di lagu pembuka ”Tippa My Tongue”, dan lebih kental lagi di nomor ”Fake as Fu@K” yang lengkap dengan sesi tiup. Bagi penyuka lagu balada, jangan lewatkan ”La La La La La La La La” yang melankolis dan psikedelik.
Di lagu itu, Kiedis menyelipkan larik ”Indonesia that’s my groove/It doesn’t matter where we move”. Mungkin Kiedis yang konon beberapa kali berselancar di Bali dan punya tato ala Dayak itu merasa Indonesia adalah tempat yang pantas untuk memadu kasih. Sebagai catatan, band ini belum pernah berkonser di Indonesia.
Album Return of the Dream Canteen mungin tak menghasilkan nomor-nomor spektakuler macam ”Under the Bridge” atau ”Give It Away”. Namun, album yang dibuat dengan semangat kembali ke akar ini menyediakan lagu-lagu yang tak buruk. Mungkin 10 atau 15 tahun lagi pendengar menyadari kompleksitas album ini, layaknya album terabaikan One Hot Minute dulu.