Film Balada Si Roy ditayangkan sebagai pembuka Jakarta Film Week 2022, sebelum dapat layar di bioskop umum. Roy yang bengal dan gemar menulis itu seolah hadir lagi di era banjir konten digital, atau rayuan gombal.
Oleh
HERLAMBANG JALUARDI
·5 menit baca
Alkisah tiga dekade silam lahirlah tokoh rekaan bernama Roy yang kisahnya dimuat bersambung di Majalah Hai pada 1988, dan dibukukan mulai 1989. Gol A Gong, penulisnya, mereka Roy sebagai remaja gusar pada oligarki dan kesewenang-wenangan. Tapi dia juga digilai remaja putri. Kisah ini difilmkan pada era Tik-Tok saat ini.
Film Balada Si Roy, sama dengan judul novelnya dulu, menjadi film pembuka perhelatan Jakarta Film Week 2022. Film berdurasi 119 menit ini diputar di bioskop CGV Grand Indonesia, Jakarta Pusat pada Kamis (13/10/2022).
Film dibuka dengan adegan Roy mengayuh sepeda balap beroda tipis dengan rangka warna hijau. Dia diikuti sahabat sejatinya, anjing herder bernama Joe, yang tak pernah rewel itu. Kawasan pertokoan Serang dilalui Roy dan Joe diiringi lagu “Musisi” dari God Bless yang terputar di Walkwan.
Roy (diperankan Abidzar Al Ghifari) adalah murid baru di SMA 1 Serang. Dia baru pindah dari Bandung bersama ibunya. Sejak awal film, karakter Roy sudah terbangun. Kegemarannya pada musik rock, rambutnya ikal dan terbilang panjang untuk ukuran anak SMA, dan pakai celana jins ke sekolah. Apalagi dia bawa anjing ke sekolah. Jiwanya pemberontak.
Kemunculan Roy di sekolah barunya itu sontak menarik perhatian beberapa murid setempat. Ani (Febby Rastanti) dan Wiwik (Zulfa Maharani) adalah dua di antaranya. Sialnya, Ani sedang didekati Dullah (Juan Bione Subiantoro), anak seorang penguasa (Dede Yusuf) di kota itu. Tapi Roy belum tahu.
Masalah pertama muncul. Dullah tak suka perempuan taksirannya berinteraksi dengan si anak baru dari Bandung itu. Dullah dan dua temannya dalam geng Borsalino mengusik Roy. Tapi sebagai pendatang, Roy main aman dulu, tapi makin akrab dengan Ani.
Pada suatu ketika, Ani mengajak Roy main ke Pantai Anyer, sekadar mengenalkan wilayah baru bagi si pendatang. Ya, sekalian juga saling pendekatanlah. Roy butuh teman. Di waktu yang disepakati, mereka main ke Pantai Anyer. Joe juga ikut. Berkibas-kibaslah ekornya tanda girang.
Sialnya, Dullah dan dua pasukannya tahu. Roy dikeroyok. Ani tak bisa apa-apa selain berteriak. Roy bisa sedikit membela diri, tapi kalah orang. Joe tentu tak terima sahabatnya dikeroyok. Ia membantu sebisanya, menggigit lengan Dullah. Tapi hal buruk terjadi. Perkelahian terhenti setelah Roy menangisi Joe yang terkapar.
Duka Roy tak terperi. Ini kehilangan keduanya setelah sang ayah, yang ia anggap sebagai sahabat, meninggal di gunung ketika Roy masih kecil. Dendamnya pada Dullah berapi-api. Jalinan cerita, ketegangan, problematika film bermula dari kematian Joe.
Lagu rock dari Edane lantas menyalak-nyalak. Di sekolah, Roy bersama dua karibnya Andi dan Toni bersumpah melawan Dullah yang semena-mena, yang tak cuma disekolah, tapi juga di seantero kota. Roy meyakinkan Andi dan Toni bahwa banyak teman sekolahnya yang bakal mendukung mereka karena telah ditindas sekian lama oleh Dullah dan kroninya.
Perseteruan Roy dan Dullah memanjang. Kadang Roy menang, kadang Dullah yang di atas angin. Di kehidupan nyata, memang begitulah keadaannya; pemenang dan pecundang berganti-gantian. Gol A Gong sebagai penulis novel, dan Fajar Nugros menempatkan Dullah dan kroninya sebagai antagonis. Tapi Roy tak melulu protagonis, sang jagoan tanpa cela.
Sulit untuk tidak membandingkan film Balada Si Roy dengan tiga seri Dilan. Betapa tidak, keduanya sama-sama diadaptasi dari karya sastra. Sama-sama menceritakan masa remaja. Sama-sama bertokoh utama remaja pria dengan kebengalannya sendiri-sendiri. Latar waktunya juga bersinggungan—stiker GodBless ada di dua film ini. Salah satu bedanya, mungkin, lidah Roy tak segombal Dilan yang rayuannya bertebaran sepanjang film.
Alih-alih menggombal, Roy lebih banyak menunjukkan pemberontakannya. Dan pemberontakannya pun beralasan, tak sebatas pada kenakalan remaja belaka. Roy akrab dengan tulisan ayahnya yang disebut sebagai aktivis. Dia juga terpapar dengan berita-berita penembakan orang-orang bertato. Radio, koran, dan buku-buku Bung Hatta, Tan Malaka, serta Multatuli dia lahap. Sementara Dilan lebih suka berpuisi ala Kahlil Gibran. Biarlah mereka berbeda.
Namun, karakter Roy dibangun Fajar Nugros dan penulis skenario Salman Aristo dari situ. Karena banyak melahap literatur, Roy diberkahi kemampuan menulis. Masa adaptasi dengan kota yang baru ditinggalinya adalah mencermati kehidupan masyarakat sekitar. Roy gusar melihat banyak gelandangan di Serang kala itu.
Layaknya wartawan, Roy berkeliling kota dengan sepedanya, mengobrol dengan orang-orang dan memotret. Tulisan pertamanya dimuat di halaman satu surat kabar Suara Karya, yang menggegerkan petinggi Serang, salah satunya ayah Dullah. Persaingannya dengan Dullah makin meruncing.
Tapi namanya anak muda, ada saja guncangannya. Keterpurukan Roy membuat ibunya gelisah. Anak semata wayangnya jangan melenceng terlalu jauh. Sang ibu, yang diperankan sangat lembut oleh Lulu Tobing itu mengingatkan Roy untuk kembali menulis alih-alih jadi jagoan jalanan. “Kapan terakhir kamu menulis? Mau diganti itu tinta pakai alkohol?” tegur sang ibu, tak membentak tapi menusuk ulu hati.
Dia buka lagi mesin tik merek Jerman peninggalan ayahnya. Dia menulis lagi, esai maupun fiksi. Tulisan-tulisannya bernafaskan, “Pikiran feodal harus dikalahkan. Oligarki harus ditumbangkan,” geramnya. Maka makin banyaklah tulisan Roy yang dipublikasikan. Dewi, Ani, dan Wiwik makin kesengsem.
Tapi Roy punya tujuannya sendiri. Dan tujuan itu yang banyak mengubah pembaca cerita bersambung dan novelnya pada dekade 1980-1990-an silam. Berpetualang, memberontak, dan tampil agak urakan adalah standar keren. Fajar Nugros adalah salah satu yang terpengaruh.
“Saya membaca cerita Roy belasan tahun lalu. Itu yang membuat saya berani mendobrak tatanan (kemapanan) sampai hari ini, sampai saya berdiri di sini,” kata Fajar. Bisa dibilang Fajar adalah “Roy” baru. Film ini mungkin bisa membentuk “Roy” lainnya dengan menulis artikel, atau membuat konten bernas di TikTok.