Liba berusaha mewujudkan mimpi-mimpinya itu. Lewat lembaga yang didirikannya, Dreams and Divinities, Liba pernah membuat aktivitas komunal yang tidak jauh dari masalah ekologi planet ini agar membaik.
Oleh
IGNATIUS NAWA TUNGGAL, MOHAMMAD HILMI FAIQ
·5 menit baca
KOMPAS/MOHAMMAD HILMI FAIQ
Beberapa karya Carrie Ann Baade di Museum Nimca, Yogyakarta
Ada yang istimewa dari Liba Waring Stambollion dan Carrie Ann Baade. Dua perupa akademik yang masing-masing menetap di Paris, Perancis, dan Florida, Amerika Serikat, itu, sebelum pameran lukisan di Wollongong, Sydney, berpameran terlebih dahulu di Kasongan, Bantul, Yogyakarta. Tepatnya, di Museum Keramik dan Seni Noor Ibrahim atau NIMCA yang baru resmi dibuka pada 12 Juni 2022.
Liba dan Carrie memberi tajuk pamerannya ”Pesona Kebun (Enchanted The Garden)”, 23-28 Agustus 2022. Pada 3 September 2022, keduanya harus berada di Wollongong untuk pembukaan pameran lukisan mereka berikutnya di sana.
Liba bercerita tentang lukisannya yang berpijak pada mimpi, Kamis (25/8/2022) pagi. Mimpi bukan lagi bayang-bayang atau imajinasi. Mimpi itu tentang keadaan ekologi atau lingkungan hidup yang lebih baik.
Liba berusaha mewujudkan mimpi-mimpinya itu. Lewat lembaga yang didirikannya, Dreams and Divinities, Liba pernah membuat aktivitas komunal yang tidak jauh dari masalah ekologi planet ini agar membaik.
ARSIP FADEL FAIS
Suasana pameran Liba Waring Stambollion dan Carrie Ann Baade di Museum NIMCA, Yogyakarta.
Ia pernah mengoordinasi sebanyak 29 pameran seni rupa yang berpijak pada kondisi hutan tropis di Kolombia, Amerika Selatan. Dari situ diterbitkan empat buah buku.
Ada pendekatan yang eklektik antara lingkungan dan seni. Liba memperolehnya dari bangku kuliah. Ia menempuh studi seni dan lingkungan ini di Bard College of Simon’s Rock di Amerika Serikat.
Selanjutnya, ia melakukan studi dengan beasiswa di School of Art Institute of Chicago. Liba menyelesaikannya pada tahun 1988. Sejak itu ia menetap di Chicago untuk berkarya dan berpameran lukisan di sana. Hingga 1993 Liba memutuskan pindah ke Paris setelah menikah dengan pria asal Perancis.
Dari beberapa lukisan yang dipamerkan di NIMCA, karya lukisan Liba sangat kental dengan nuansa ekologi. Beberapa di antaranya mengambil unsur figur manusia yang dipadukan dengan bunga. Ada pesan tersembunyi di sana.
Ia melukiskan bocah perempuan dan di kepalanya dilukiskan sekuntum bunga yang cukup besar. Liba menampilkan dua lukisan dengan karakter demikian.
Tidak hanya figur manusia, ada pula binatang yang juga dipadukan dengan bunga. Liba melukis ratu belalang sembah berada di balik sekuntum bunga besar. Ia memberi judul lukisan itu ”Ratu Mantis”. Dari lukisan-lukisan itu terlihat Liba menyetarakan kehidupan tanaman dengan manusia dan binatang.
Hal ini diperkuat lagi dengan lukisan Liba lainnya yang berjudul ”Kijang dengan Bunga”. Kijang itu dikelilingi tujuh kuntum bunga mawar merah.
ARSIP FADEL FAIS
Suasana pameran Liba Waring Stambollion dan Carrie Ann Baade di Museum NIMCA, Yogyakarta.
Kreativitas seniman
Sampai pada titik tertentu Liba mengatakan bahwa seorang seniman tidak boleh belajar pada karya lukisan-lukisannya saja. Kreativitas diuji hingga mampu membuat senimannya mandiri.
Di dalam percakapan di ruang makan NIMCA itu Liba pamit menuju kamarnya.
Di NIMCA, Noor Ibrahim memang menyediakan sebanyak tujuh kamar residensi untuk seniman yang datang dari kota atau negara lain. Ia memungut bayaran secara sukarela. Liba dan Carrie menempati penginapan yang menjadi satu area dengan NIMCA tersebut.
Setibanya kembali, Liba menunjukkan sebuah foto furnitur. Liba bersama suaminya, Pascal, ternyata juga mengembangkan usaha furnitur berbasis limbah kayu kopi.
Liba menunjukkan sebuah foto ranjang kayu bikinannya. Keempat titik sudut menggunakan batang pohon kopi utuh yang dibalik. Tingginya mungkin mencapai dua meter.
Akar tunjang pohon kopi menghias puncak batang setiap sudut ranjang. Ranjang dengan batang kayu pohon kopi itu sangat berbeda. Liba membeli batang-batang pohon kopi itu dari Lampung.
Saat ini peremajaan perkebunan kopi menghasilkan limbah kayu yang masih jarang dimanfaatkan sebagai bahan furnitur dan seni. Liba bersama suaminya menjalani usaha tersebut sejak 30 tahun silam sampai sekarang.
Liba pun menekuni profesinya sebagai guru. Ia sudah memamerkan lukisan-lukisannya di Amerika, Eropa, Kanada, Asia, dan Australia.
Di balik membuat karya seni lukis, Liba menempuh usaha mewujudkan visi ekologi ke dalam usaha nyata. Liba menyebut mimpinya bukan untuk hari esok. Jikalau bisa diwujudkan hari ini, mimpi itu harus segera diwujudkan.
ARSIP FADEL FAIS
Suasana pameran Liba Waring Stambollion dan Carrie Ann Baade di Museum NIMCA, Yogyakarta.
Narasi reflektif
Selanjutnya Carrie menampilkan karya-karya lukisannya yang mendalam. Narasi-narasinya reflektif pernah menjadi dialog panjang yang tak usai.
Di bidang akademik, Carrie memiliki jenjang yang cukup tinggi. Ia seorang profesor di bidang lukisan dan gambar untuk Florida State University.
Carrie banyak mengambil ikon dunia menjadi bagian lukisannya. Salah satunya dari Mesir berupa Sphinx, patung singa berkepala manusia. Carrie membuat lukisan Sphinx, tetapi tidak sepenuhnya mengambil bentuk tubuh singa. Ia menggantinya dengan bentuk tubuh perempuan tanpa busana.
ARSIP FADEL FAIS
Suasana pameran Liba Waring Stambollion dan Carrie Ann Baade di Museum NIMCA, Yogyakarta.
Dari mulutnya, Sphinx itu menyemburkan napas. Carrie membangun imajinasi Sphinx sebagai legenda yang hidup, sebagai legenda yang terus melahap dan mengembuskan napasnya di setiap zaman.
Selain bentangan kehidupan, Carrie juga menempatkan narasi kematian. Lukisan berjudul ”The Dead Lover”, contohnya. Carrie melukiskan sosok perempuan dengan tubuh melayang. Sosok itu mengarahkan pandangan pada sosok lelaki yang terkapar mati di tanah.
Carrie menyuguhkan narasi kehidupan lain yang terjadi setelah kematian manusia. Akan tetapi, tidak selamanya narasi dunia lain itu harus terjadi setelah kematian manusia.
Ia melukis sosok spiritual lainnya. Carrie melukiskan figur setan berhadapan dengan seorang manusia perempuan. Ia menggambarkan tidak ada rasa takut bagi perempuan tadi ketika harus menghadapi setan.
Kritik sosial juga menjadi perhatian Carrie. Ia menunjukkan sebuah foto lukisannya yang terkesan erotis. Carrie melukis seorang waria yang sedang telentang di rerumputan hijau di pinggir danau kecil. Ada yang secara hiperbola dilukiskan Carrie. Ia melukiskan waria itu dengan penis besar yang tidak proporsional dan berkalung tujuh mahkota emas.
”Itu mahkota-mahkota bagi raja,” ujar Carrie, seraya menunjukkan di dekatnya ada tangan lain yang menyodorkan sebuah mahkota emas untuk ratu. Tangan itu menyembul dari sebuah cangkang kura-kura.
ARSIP FADEL FAIS
Suasana pameran Liba Waring Stambollion dan Carrie Ann Baade di Museum NIMCA, Yogyakarta.
Carrie menyuguhkan refleksi kehidupan waria sebagai kaum lelaki yang kuat. Akan tetapi, mereka memilih dunia perempuan yang dipenuhi kelemahlembutan.
Perempuan perupa ini menyelesaikan studi seni di School of The Art Institute of Chicago, AS. Selanjutnya, ia melanjutkan studi seni ke Florence Academy of Art di Italia, dan University of Delaware, AS. Selanjutnya, menjadi profesor dengan keahlian di bidang lukisan dan gambar. Ia pun masih aktif mengajar di Florida State University.
Lewat lukisan-lukisannya, Carrie benar-benar menggelar dialog yang tak terputus.