Pertempuran abadi kekuatan baik dan jahat dalam semesta ”The Lord of The Rings” dapat ditelusuri sejak tiga milenium sebelumnya lewat serial ”The Rings of Power” ini.
Oleh
WISNU DEWABRATA
·5 menit baca
Salah satu orang terkaya sejagat dan pendiri Amazon, Jeff Bezos, bersama putranya, Preston, sama-sama penggemar mahakarya penulis novel Inggris, JRR Tolkien. Saking cintanya, Bezos bahkan sempat diwanti-wanti oleh anaknya agar tak main-main dalam menggarap serial The Lord of the Rings: The Rings of Power, apalagi sampai merusak alur ceritanya.
Kisah epik fantasi itu dianggap sebagai prekuel dari trilogi The Hobbit (2012, 2013, 2014) dan trilogi The Lord of the Rings (2001, 2002, 2003). Kedua trilogi merupakan film layar lebar yang disutradarai Sir Peter Jackson. Kesuksesan keduanya bahkan menghasilkan belasan penghargaan bergengsi Oscar. Selain itu, juga meraup pendapatan kotor senilai hampir 6 miliar dollar AS atau setara Rp 89,4 triliun.
Mulai 2 September 2022, dua episode musim pertama The Rings of Power tayang di Amazon Prime Video. Mengutip situs Time.com dan Screenrant.com, Bezos dan Amazon sebelumnya mendapatkan hak tayang televisi atas The Hobbit dan The Lord of the Rings.
Bezos membeli hak siar itu tahun 2017 seharga 250 juta dollar atau setara Rp 3,72 triliun. Dari situ kedua cerita epik tadi lantas dikembangkan menjadi serial orisinal ”prekuel” yang, menurut rencana, bakal digarap menjadi total lima musim tayang. Pada musim pertama telah disiapkan delapan episode.
Walau memiliki penggambaran dan gaya bercerita sama seperti film-film trilogi ala Jackson, pihak Amazon Prime Video memilih tak menyebut serial orisinal mereka sebagai prekuel langsung. Diyakini hal itu mempertimbangkan aspek legal, di mana Warner Bros masih memiliki hak legal atas dua trilogi The Lord of the Rings dan The Hobbit, seperti dikutip dari situs Screenrant.com.
Serial The Rings of Power sendiri berlatar waktu Zaman Kedua (Second Age). Selisih waktunya sekitar 3.000 tahun sebelum Zaman Ketiga, yaitu zaman The Hobbit dan The Lord of the Rings.
Mengutip situs resmi Amazon Prime Video, pada Zaman Kedua tersebut, para penggemar dibawa jauh kembali ke zaman awal. Masa ketika kekuatan besar ditempa dan kerajaan-kerajaan bangkit dan runtuh.
Kisah dalam The Rings of Power diawali di era relatif damai seusai peperangan besar melawan Evil Lord Morgoth dan pembantunya, Sauron. Dalam peperangan besar itu, bangsa manusia dan peri (elf) bersatu bahu-membahu. Morgoth berhasil dikalahkan walau memakan banyak korban jiwa. Dunia pun kembali damai.
Namun, Sauron ternyata melarikan diri dan bersembunyi. Salah satu pemimpin perang legendaris bangsa peri, Galadriel (Morfydd Clark), meyakini Sauron kelak bakal menjadi ancaman besar. Galadriel pun mencoba mengejar Sauron walau tanpa dukungan.
Karakter Galadriel ini menjadi salah satu tokoh sentral hingga Zaman Ketiga. Juga terdapat tokoh peri, Elrond (Robert Aramayo). Keduanya diceritakan berumur panjang hingga masih hidup sampai ke Zaman Ketiga kelak. Keberadaan keduanya memang menjadi semacam ”jembatan” antarkedua zaman.
Pada versi layar lebar The Hobbit dan The Lord of the Rings, Galadriel dewasa diperankan aktris Cate Blanchett, sementara karakter Elrond oleh aktor Hugo Weaving. Di The Rings of Power, keduanya digambarkan jauh lebih muda.
Dari sketsa
Ada banyak karakter baru dalam versi serial ini. Penggambaran beberapa karakter tadi bahkan hanya disinggung selintas atau secara samar oleh Tolkien dalam buku-bukunya.
Kondisi itu menjadi tantangan tersendiri bagi dua produser utamanya (showrunner), Patrick McKay dan JD Payne, sutradara, dan para pemain.
”Karakter kami hanyalah seperti sketsa dalam buku-buku Tolkien. Jadi, sama sekali tak ada (semacam) tulang, apalagi daging yang bisa (dipakai) membangun (sosok) karakter yang kami perankan. Hanya dengan bantuan sutradara, kedua showrunner, dan para kru lapanganlah karakter itu bisa diciptakan dan muncul di layar,” ujar Charles Edwards, pemeran karakter Celebrimdor, dalam wawancara daring Kompas dengan empat pemain The Rings of Power, Minggu (14/8/2022).
Proses lebih kurang sama juga dialami Lloyd Owen, pemeran karakter Elendil, seorang kapten kapal bangsa manusia dari Kerajaan Númenor. Kerajaan Númenor adalah kerajaan manusia terbesar di semesta kisah epik Tolkien. Menurut Lloyd, Elendil adalah leluhur Raja Aragorn (Viggo Mortensen), pahlawan besar sekaligus pewaris takhta Gondor di Zaman Ketiga.
”Memang ada banyak opini tentang seperti apa dan siapa itu Elendil. Akan tetapi, sebenarnya kita semua sama-sama hanya tahu sedikit tentang dirinya. Selain nantinya dia (Elendil) akan memiliki peran penting terkait (adegan) mengorbankan diri dan juga perannya ala Nabi Nuh dalam kisah di kitab suci,” ujar Lloyd.
Meski begitu, tambah Lloyd, sangatlah brilian ketika kemudian mereka mampu ”mendagingkan” secara utuh sosok Elendil atau juga karakter lain. Dengan begitu, penonton bisa melihat dan mengetahui sisi manusiawi sekaligus abu-abu seorang Elendil dalam kisahnya ini.
Harian Kompas juga mewawancarai pemeran Nazanin Boniadi (Bronwyn) dan Megan Richards (Poppy Proudfellow). Bronwyn adalah perempuan dari bangsa manusia, penyembuh (healer) sekaligus ibu dari seorang pemberontak. Bronwyn menjalin asmara dengan prajurit bangsa peri, Arondir (Ismael Cruz Córdova).
Hubungan itu mengingatkan para penggemar akan cerita asmara serupa antara Aragorn dan Arwen (Liv Tyler) di trilogi The Lord of the Rings. Hubungan asmara itu menyimbolkan aliansi manusia dan bangsa peri.
Karakter baru lain juga diwakili Megan Richards, pemeran makhluk Harfoot bernama Poppy Proudfellow, salah satu dari tiga jenis kurcaci hobbit. Megan sangat bersemangat dalam mengembangkan karakternya itu mengingat sosok harfoot adalah hal baru.
Termahal
Sejak awal, keseriusan penggarapan serial ini sudah terlihat dari besaran alokasi anggaran produksi yang terbilang fantastis. Tak tanggung-tanggung, Amazon Prime Video mengucurkan alokasi anggaran mencapai 1 miliar dollar AS atau setara Rp 14,9 triliun.
Hal itu menjadikan serial satu ini serial film berbiaya termahal pada masa sekarang. Dari total alokasi tadi hampir separuhnya, 468 juta dollar AS sudah dipakai untuk memproduksi delapan episode di musim pertama.
Sementara penggarapan musim kedua direncanakan akan dimulai pada Oktober mendatang.
Sebagai pembanding, untuk musim terakhir serial unggulan Game of Thrones, HBO menghabiskan anggaran 90 juta dollar AS (Rp 1,3 triliun). Sementara untuk musim terbaru serial orisinal unggulan, Stranger Things, Netflix merogoh kantong pundi-pundi uangnya hingga 270 juta dollar AS (Rp 4,02 triliun).