Lewat Galeri Boleh, Agen Juga Oke...
Dalam membentuk eksistensi itu, relevansi galeri tetap penting. Galeri hadir untuk memamerkan dan menjual karya seni.
Dalam ekosistem berkesenian, seniman menjadi simpul pertama untuk mendorong distribusi kesejahteraan. Oleh sebab itu, selain memiliki ledakan artistik yang memadai, sedari awal seorang seniman juga mesti memiliki kemampuan mengakses elemen-elemen dasar yang membangun ekosistem yang sehat, kreatif, dan produktif.
Sebanyak 62 galeri dalam perhelatan Art Jakarta 2022, dari dalam dan luar negeri, menyuguhkan beraneka ragam karya seniman. Keberagaman itu memperlihatkan penjelajahan ide dan eksplorasi artistik yang terus berkembang.
Pandemi Covid-19 ternyata telah memberi kesempatan kepada banyak seniman untuk menghasilkan karya-karya terbaik mereka.
Pada Jumat (26/8/2022), dalam pembukaan Art Jakarta, beberapa seniman tampil di booth atau stan-stan galeri tempat mereka bernaung. Perupa Arifien Neif (67), misalnya, di stan Galeri Zola Zolu. Selama lebih dari 20 tahun sampai sekarang ini, ia masih bekerja sama dengan galeri milik Hingkie HP itu. Ini tergolong waktu yang lama dari seorang seniman yang mengikatkan diri ke dalam relasi kerja sama dengan galeri.
Bagi Arifien, seniman menjadi simpul kesejahteraan. Artinya, seorang seniman mampu menyejahterakan orang banyak. Itu termasuk menyejahterakan galeri serta jajaran di dalamnya.
”Saya percayakan semua penjualan karya lukisan kepada galeri. Saya hanya melakukan banyak hal menyenangkan demi karya yang bisa bermanfaat bagi banyak orang,” ujar Arifien, yang tidak pernah tahu harga jual lukisannya oleh galeri.
Hal serupa diungkapkan perupa Entang Wiharso (55). Ia bersama Heri Dono diikutsertakan Galeri Srisasanti Syndicate ke dalam program Jakarta Spot. Ini program pameran tunggal di dalam arena Art Jakarta.
Entang berasal dari Tegal, Jawa Tengah. Ia cukup lama menetap di Yogyakarta dan Amerika Serikat, negara asal istrinya. Selama di Amerika, Entang hanya bekerja sama dengan satu galeri. Ia memang tidak suka berganti-ganti galeri. ”Saya memiliki fokus sebagai pengelola studio dan menciptakan karya-karya. Galeri penyambung program-program saya berikutnya, termasuk untuk pameran,” ujarnya.
Empat atau lima tahun lalu, Entang dihubungi pemilik Galeri Srisasanti Syndicate, ST Eddy Prakoso alias Oyik, dan memintanya untuk pameran tunggal di galerinya di Yogyakarta. ”Tahun 2022 ini, Entang baru berpameran tunggal di galeri saya,” ujar Oyik.
Oyik mulai menggalang kerja sama dengan Entang dalam waktu setahun terakhir ini. Galeri Srisasanti pun telah menjadi galeri representatif Entang, juga Heri Dono, sejak 11 tahun lalu.
Saya percayakan semua penjualan karya lukisan kepada galeri. Saya hanya melakukan banyak hal menyenangkan demi karya yang bisa bermanfaat bagi banyak orang.
Memperluas jaringan
Seniman muda Etza Meisyara berpendapat, seniman ada kalanya hanya berpikir tentang berkarya dan bagaimana mengekspresikan sesuatu secara artistik. Karena itu, keberadaan galeri akan membantu seniman untuk memperluas jaringan serta mengembangkan wawasan dan keterampilan seniman dalam industri seni.
”Era sekarang penting untuk memiliki support system, termasuk galeri. Kadang kita enggak bisa berdiri sendiri,” kata Etza, di sela-sela Art Jakarta 2022, Jakarta, Jumat (26/8/2022).
Baca Juga: Serentak Pameran di Studio
Etza adalah artis representatif dari ArtSociates Bandung sejak tahun 2018. Selain Etza, ArtSociates juga memiliki tiga artis representatif lainnya, yakni Eddy Susanto, Mujahidin Nurrahman, dan Jim Allen Abel.
Saat ini, Etza sudah memasuki tahun keempat kontrak bersama ArtSociates. Perempuan ini mendapat akses pada kolektor atau pembeli, mengikuti kegiatan ekshibisi solo dan gabungan. Ia sudah dua kali menggelar pameran tunggal.
Seniman yang suka bermain dengan medium plat besi ini melanjutkan, bersama galeri, karya seniman bisa mendapat perlindungan. Ini penting karena belum tentu semua seniman bisa menentukan harga dan nilai yang tepat bagi karya mereka di pasar.
Selain itu, Etza melihat galeri penting lantaran menyediakan kurator untuk mengembangkan wawasan para seniman tentang seni dan ekosistem seni. ”Jadi, ada simbiosis penting antara seniman dan galeri.”
Sebelum bergabung dengan ArtSociates, Etza mengurusi sendiri promosi dan penjualan karya seni. ”Bicara soal plus minus, penjualan dulu enggak sebanyak sekarang karena aku harus bergerilya menangani klien sendiri, tetapi memang ada kebebasan secara artistik. Sekarang tetap bebas, tetapi aku juga ada pertimbangan medium apa yang cocok tanpa mengubah identitas,” kata Etza.
Bicara soal plus minus, penjualan dulu enggak sebanyak sekarang karena aku harus bergerilya menangani klien sendiri, tapi memang ada kebebasan secara artistik.
Masih dari arena Art Jakarta. Pematung kelahiran Solo, Anusapati, mengatakan, dalam dunia seni rupa, eksistensi seorang seniman tidak dilihat hanya dari karya, tetapi juga dari jejak, jam terbang, pamor, dan pemikirannya. ”Saya kurang tahu karya seperti NFT, misalnya. Tapi kalau karya seperti karya saya, ya, orang masih perlu melihat siapa senimannya,” ujarnya.
Dalam membentuk eksistensi itu, relevansi galeri tetap penting. Galeri hadir untuk memamerkan dan menjual karya seni. Dalam proses itu, terdapat proses kurasi oleh kurator yang menyeleksi kualitas, tema, dan narasi karya para seniman.
”Jadi, ada ekosistemnya. Meski sekarang banyak media untuk memamerkan karya seni, bagi saya tetap penting karena bukan hanya dari segi penjualan, tetapi ada relasi di dalamnya. Eksistensi saya sebagai seniman akan lebih nyata dan tercatat jika berada dalam ekosistem ini,” tutur laki-laki yang akrab disapa Ninus ini.
Dosen di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini memang tidak dinaungi galeri mana pun. Namun, dia memilih galeri sebagai salah satu jalur penjualan karyanya. ”Karena saya sendiri tidak punya showroom dan studio untuk orang bisa datang. Jadi, penjualan lewat pameran atau galeri,” kata Ninus yang merilis lukisan dari arang di Art Jakarta 2022.
Dari pengalaman Ninus, kerja sama antara galeri dan seniman dibagi menurut persentase dan perlindungan selama kira-kira tiga bulan. Lewat dari periode itu, karya tersebut akan dikembalikan ke seniman untuk dijual sendiri.
Baca Juga: Generasi yang Mengolah Nalar
Agen seniman
Galeri kerap pula membuat iklan untuk memperluas jaringan ataupun apresiator dan kolektornya. Akan tetapi, individu-individu termasuk pengagum atau kolektor pun bisa melakukannya.
Perupa Ngurah Vandji (33) asal Bali mengawali kariernya dengan menjalin relasi dengan seorang di Perancis. Itu terjadi saat lukisannya dibeli di Bali pada 2009. Agen tersebut mengoleksi karya Vandji hingga menjalin hubungan baik. Ketertarikan pada kreasi-kreasi Vandji menghasilkan tawaran untuk bergabung dengan agen itu pada 2011.
”Saya direkrut, tentu dengan menyeleksi karya, berkembang atau tidak tema dan tekniknya. Kecerdasan senimannya berkarya dikurasi,” kata penulis etnik kontemporer tersebut. Antusiasme pembeli juga dipantau. Agen tersebut membeli karya Vandji dan mempromosikannya.
Terlepas sedang berpameran atau tidak, Vandji mendapatkan pemasukan bulanan dari agensi yang termasuk yayasan dan berada di bawah Museum d’Orsay, Paris, Perancis, itu. Pendapatan itu cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
”Misalnya, sehari habis 20 euro, dihitung selama tiga bulan itu berapa. Kalau pameran di luar Paris atau Perancis, dapat lagi semacam uang tugas,” ujar Vandji, yang sedang berkarya di Bali. Jika lukisan laku, tentu ia juga menerima hasil penjualannya.
”Saya sudah lama masuk agensi. Jadi, di-rangking, berapa tahun. Prestasi berkarya juga dihitung. Setelah empat tahun di Paris, saya ke Bali untuk menikah,” katanya. Agensi memaklumi keputusan Vandji.
”(Meski di Bali) agensi tetap menaungi saya. Setiap saya menjual karya, agensi harus tahu. Kalau pameran, agensi memilih karya saya dan menentukan harganya,” ujarnya. Ia pernah berpameran di Perancis, Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Thailand, Singapura, Italia, Hong Kong, dan Australia.
Setiap saya menjual karya, agensi harus tahu. Kalau pameran, agensi memilih karya saya dan menentukan harganya.
Beberapa rekan Vandji menilainya tak bebas. Vandji mengakui ruang gerak berkesenian dan bersosialisasinya terbatas, tetapi berpendirian untuk profesional. ”Beberapa galeri menawarkan pameran. Saya mau ikut, tetapi izin agensi dulu. Kalau enggak boleh, saya patuh,” katanya.
Kadang, Vandji sungkan juga karena tebersit kemungkinan beberapa seniman yang menganggapnya sombong. Ia berketetapan untuk mengingat jasa agensinya. ”Saya menghargai, misalnya kalau agensi bilang setahun cukup satu pameran, jangan banyak-banyak.”
Vandji memahami konsekuensinya dengan lapang dada. Kesantunan dan etika amat dihargai; karena agensi, ia bisa menikmati hidupnya saat ini. ”Saya enggak mau pameran tanpa izin agensi. Kalau teman-teman bilang kenapa saya kayak begini, mungkin mereka sudah punya bisnis lain,” ujarnya.
Jais Darga pun mengungkapkan kelebihan kemitraan dengan agensi yang mengurus pameran, hingga menginvestarisasi karya seniman. ”Pelukis tinggal duduk manis lalu berkarya. Melukis saja dan tetek bengeknya diselesaikan agensi,” ujar art dealer internasional itu.
Karya-karya seniman yang bersangkutan bisa tertata. Demikian pula dengan tujuan pameran, hasil negosiasi, dan pembeli yang diketahui. ”Jadi, punya catatan agar aman jika terjadi pemalsuan,” ucapnya.
Tidak masalah jika keluarga seniman itu merangkap sebagai agen. Paling penting, mereka sudah ahli dan memiliki banyak relasi. ”Harus cerdas juga yang bisa mempromosikan karya sampai ke luar negeri. Sebetulnya, enak. Bisa saja agennya istri atau anak mereka,” ucap Jais.
Ia tak mempersoalkan jika seniman hendak berdikari dan tak bekerja sama dengan agensi. Selain berkarya, mereka mencari sendiri pameran dan mengisinya. ”Di dalam atau luar negeri, sah-sah saja. Asal siap dan tak berat buat mereka,” kata Jais.
Seniman juga harus mengarsipkan karya-karyanya. Jais pun menganggap penelaahan pameran hingga perjanjiannya cukup melelahkan. ”Kalau saya, ingin ada yang mengerjakan semuanya. Jadi, tak direpotkan kerjaan yang rumit. Namun, kalau bisa mengurus semuanya, kenapa tidak,” katanya.
Baca Juga: Ada Apa Fungsi Senimu Hari Ini?