Menjual Penasaran di Jalur Setan
Rasa penasaran memang bahan bakar utama untuk menarik minat penonton. Takut pun terkalahkan oleh rasa penasaran. Itu yang membuat banyak orang—termasuk yang penakut—berbondong-bondong menonton film horor.
Meski menebar ketakutan, tontonan horor terus diburu penonton. Para sineas dan rumah produksi pun mencari berbagai cara untuk membuat orang makin kecanduan film horor. Suka tidak suka, horor ada di alam pikiran manusia dari masa ke masa.
”Ngapain ke situ sih?” seru Anggia (26) penasaran ketika melihat adegan seorang lelaki di film Pengabdi Setan 2: Communion dengan sengaja memasuki sebuah ruangan gelap. Celotehan semacam ini tidak hanya terdengar sekali atau dua kali dilontarkan sejumlah penonton yang ada di bioskop di kawasan Slipi, Jakarta Barat, Kamis (4/8/2022) pagi.
Anggia pagi itu menonton Pengabdi Setan 2 bersama tiga temannya pada sesi pemutaran pukul 10.30. Saat itu, bangku penonton terisi sekitar 20 orang dari kapasitas 188 penonton. ”Sebenarnya aku takut, tapi penasaran. Ha-ha-ha,” ucap Anggia seusai menonton.
Rasa penasaran memang bahan bakar utama untuk menarik minat penonton. Takut pun terkalahkan oleh rasa penasaran. Itu yang membuat banyak orang—termasuk yang penakut—berbondong-bondong menonton film horor.
Situs filmindonesia.or.id mencatat, film horor memang laku di pasar. Pada periode 2007-2022, lima film horor menempati 20 besar film terlaris di Indonesia, yaitu KKN di Desa Penari (9,2 juta penonton), Pengabdi Setan (4,2 juta), Suzzanna: Bernapas dalam Kubur (3,3 juta), Danur: I Can See Ghosts (2,7 juta), Danur 2: Maddah (2,5 juta). Tiap tahun dalam rentang 2007-2022, selalu ada film horor di jajaran 10 besar terlaris.
Capaian ini tak lepas dari rasa penasaran penggemar film. Kisah KKN di Desa Penari, misalnya, menjadi buah bibir setelah ada unggahan Simple Man di media sosial. Ketika kisah itu difilmkan, publik kembali heboh. Film itu hingga saat ini memegang rekor sebagai film bioskop terlaris dalam sejarah industri film Indonesia.
”Terbukti, Badarawuhi (hantu dalam KKN di Desa Penari) bisa menang lawan Dr Strange,” kata Pendiri dan Chief Executive Officer MD Pictures Manoj Punjabi yang memproduksi film itu, sambil tertawa.
Isu yang dikemas dengan mengelola rasa penasaran ini memang efektif. Merujuk riset yang dimuat jurnal Developmental Psychology pada 1983, rasa penasaran itu alami dirasakan tiap manusia. Rasa penasaran merupakan respons spontan terhadap suatu rangsangan yang baru masuk ke dalam kehidupan mereka sehingga memicu keingintahuan yang besar.
Pekan ini, giliran film Pengabdi Setan 2: Communion yang bikin penasaran. Bahkan, rasa penasaran itu sengaja dibangkitkan lewat papan iklan berbunyi ”Ditunggu Ibu di Dalam”, yang dipasang di beberapa sudut kota. Ketika film itu diputar di bioskop, pada hari kedua penayangannya sudah meraup 1 juta penonton. Sebagian dari mereka adalah orang-orang yang penasaran oleh akhir film yang dibuat menggantung pada Pengabdi Setan, yang bikin heboh lima tahun lalu. Selain sukses di pasar, Pengabdi Setan mampu menggondol tujuh Piala Citra dalam Festival Film Indonesia (FFI) 2017. Peristiwa yang jarang terjadi di mana film horor bisa mendominasi FFI.
Penulisan skenario dengan pembentukan karakter yang berkesan menjadi kunci keberhasilan Joko Anwar, sutradara Pengabdi Setan dan Pengabdi Setan 2. ”Rahasia membuat film horor yang mengerikan itu adalah membuat penonton peduli dengan karakternya. Ini yang sering dilupakan oleh pembuat film horor. Kita mungkin akan kaget dengan jumpscare dan itu akan berakhir selama tiga detik, selesai. Tapi kita akan merasa takut kalau kita khawatir karakter itu kenapa-kenapa,” tutur Joko.
Trik ini memang berhasil. Penonton penasaran pada nasib karakter di Pengabdi Setan, seperti Rini, Toni, dan Bondi. Mereka juga penasaran dengan latar belakang Ayah yang misterius yang membuat Ibu sakit.
Banyaknya pertanyaan yang butuh jawaban dan capaian Pengabdi Setan, justru menjadi semangat, bukan beban bagi Joko. Ia justru lebih merasa terbebani untuk memberi sesuatu yang bermanfaat bagi pemain, kru, dan penonton ketika membuat film.
”Jadi kami membuat kelanjutan film dengan catatan film harus sukses dulu. Apakah sukses secara komersial? Enggak. Sukses komersial tidak pernah menunjukkan bahwa film itu sukses. Sukses itu berarti filmnya sustain karena penonton ingin mengetahui kelanjutannya,” tambah Joko.
Itu juga yang dilakukan Manoj bersama sutradara Kimo Stamboel ketika menggarap film Ivanna yang sejauh ini telah menyedot 2,5 juta penonton. Mereka mengembangkan kisah dari film horor laris, yaitu Danur. Jika mengikuti trilogi film Danur yang berasal dari novel Risa Saraswati, maka tak asing dengan Ivanna.
Baca juga: Runtuhnya Harga Diri Hantu
Seperti Asih yang merupakan spin-off dari Danur, Ivanna pun demikian. Hanya saja Kimo mengubah sedikit dari bukunya dengan tetap melibatkan Risa. Pemeran Ivanna pun diganti, tidak seperti kemunculan pertamanya.
Berlatar tahun 1990-an, Ivanna mengisahkan keluarga yang digentayangi hantu tanpa kepala. Kimo hendak menampilkan set yang baru untuk penggemar Danur Universe. ”Termasuk, mereka yang belum pernah nonton supaya bisa menelusuri asal muasal Ivanna,” ucapnya.
Ia pun membubuhkan sedikit gory, adegan berdarah untuk memikat penonton yang menyukai langgam itu meski tetap mengutamakan supranatural. ”Kebanyakan film Danur Universe belum menampilkannya supaya beda karena horor sudah banyak,” kata Kimo.
Formula
Produser film Shanker RS sepakat formula film horor masa kini harus kian mumpuni. Kualitas adalah harga yang tidak bisa ditawar lagi. Ini pun berdasarkan pengalamannya membesut berbagai film horor dari Panggil Namaku 3X (2005), Rumah Pondok Indah (2006), Hantu Jeruk Purut (2006), Terowongan Casablanca (2007), Malam Jumat Kliwon (2007), Film Horor (2007), Hantu Ambulance (2008), hingga Kereta Hantu Manggarai (2008). ”Penonton kita itu sekarang sudah pintar. Mereka tau mana yang ceritanya biasa, cerita abal-abal, sampai cerita yang jadi buah bibir. Orang itu maunya cerita yang jadi buah bibir itu kan,” katanya.
Untuk itu, formula cerita yang logis walau bernuansa horor mesti berpadu dengan teknis penggarapan film yang makin canggih. Pemain memang penting, tapi kini titik beratnya ada pada akting. Tidak bisa lagi menjual tampilan fisik seperti yang sudah-sudah.
Shanker melihat, film horor masa kini ini lebih menitikberatkan pada kisah yang dekat dengan kehidupan pada umumnya, contohnya KKN di Desa Penari dan Pengabdi Setan.
Di sisi lain, psikologi penonton juga patut diperhatikan. Shanker mengungkapkan, penonton film horor itu datang tidak hanya karena penasaran, tapi juga mencari kesenangan. ”Pengin bisa teriak bareng, bisa ketawa bareng. Ada juga yang ingin jadi pahlawan misalnya kalau sama pacarnya. Fun itu yang ingin mereka dapatkan.”
Layaknya film pada umumnya, pengaturan klimaks film juga perlu diperhatikan ramuannya. Bedanya pada film horor, ada hitungan menit yang krusial yang tak bisa diabaikan. ”Tiap beberapa menit itu harus ada pukulan. Kapan tegang, kapan reda, lalu pukul tegang lagi. Ada hitungannnya dan jangan lewat. Kayak bermain rollercoaster,” jelasnya.
Joko Anwar menambahkan, saat ini film horor tidak bisa dipandang sebelah mata. Dengan kekayaan horor yang ada di seluruh Nusantara, film horor bisa menjadi kekuatan bagi industri film bahkan industri budaya pop Indonesia layaknya grup musik atau serial drama Korea. Joko pernah membuat inventarisasi pustaka 48 karakter horor di luar turunannya sepanjang 2012-2013.
Promosi dan Waktu
Tak bisa dimungkiri juga, film horor mampu berkuasa belakangan ini karena strategi pemasaran dan promosi yang secara cerdik mengelola rasa penasaran bersanding hasrat untuk tak ketinggalan tren. Untuk Pengabdi Setan 2, digelar Wahana Pengabdi Setan 2: Communion di Mall of Indonesia dan rumah hantu Dunia Mencekam: Pengabdi Setan 2 di City of Tomorrow Surabaya.
Berbagai gimmick yang ada di tiap bioskop memungkinkan para penonton berfoto dengan karakter setan atau demit macam Badarawuhi atau pocong. Mereka akan mengunggahnya di media sosial dan itu berarti promosi secara organik.
Baca juga: Utak-atik Mencari Sisi Seram Setan
Cara lain adalah dengan menghadirkan penasaran melalui cuplikan film atau trailer dan juga poster yang menarik. Ivanna, misalnya, posternya sengaja mengetengahkan patung tanpa kepala dan bikin bergidik. Sosok itu, direlasikan dengan kejutan dalam filmnya, bakal mengagetkan penonton. ”Begitu masuk bioskop, eye opening (mata membelalak) banget melihatnya. Supaya pengunjung jadi pengin nonton,” kata Kimo.
Shanker juga berbagi tips umum, tapi penting. ”Sekarang gini, film mahal dan bagus bisa jeblog, film murah bisa sukses. Ini tergantung momentum. Jangan karena, wah, udah bagus, dan lain-lain terus tidak perhatikan momentum atau timing penayangannya,” kata Shanker.
Waktu yang baik adalah saat masa liburan sekolah, liburan akhir tahun atau hari raya, akhir dan awal bulan, dan tidak terlalu berdekatan dengan film lain yang tengah dinanti kehadirannya. Meski ia melihat KKN di Desa Penari merupakan anomali karena mampu mengungguli Dr. Strange in the Multiverse of Madness.
Sementara itu, Manoj punya strategi lain. ”Strateginya, saya malah ogah bersaing dengan film Indonesia dengan genre yang sama. Kalau bunuh satu sama lain, ngapain,” ujanya.
Nyatanya, film horor memang mendapat tempat tersendiri bagi masyarakat Indonesia sehingga bisa berkuasa di bioskop. Kenyataan ini menggiurkan para pembuat film. Tidak heran jika rumah produksi film yang baru muncul pun memilih film horor sebagai garapannya. Ini dilakukan antara lain oleh HER'S Production yang membuat film Tulah 613 sebagai film pertamanya. Film ini rencananya akan dirilis Oktober 2022.
”Gelagat industri film sekarang memang sedang berpihak ke film-film horor. Animo penontonnya tinggi banget. Makanya kami memilih film horor sebagai film pertama kami. Yah, namanya juga cari penonton Mas ha-ha-ha,” ujar Heera Vasandani, salah satu pendiri HER’S Prodcutions.