Thor: Love and Thunder, Munculnya Sang Dewi Petir
Marvel Studios merilis film keempat waralaba Thor, "Thor: Love and Thunder". Banyak kejutan muncul dalam film, termasuk dengan kehadiran musuh baru dan Mighty Thor.
Sang Dewa Petir tak lagi bertarung seorang diri. Datang seorang dewi setara yang menemaninya. Ini adalah sebuah persilangan mitologi yang menyembuhkan trauma dan menunjukkan meritokrasi selalu layak diperjuangkan.
Yang paling ditunggu-tunggu akhirnya datang. Setelah lima tahun, Marvel Studios merilis Thor: Love and Thunder di bioskop Indonesia pada Rabu (6/7/2022). Sudah saatnya antusiasme yang menumpuk terjawab.
Bagaimana tidak? Film ini merupakan bagian dari fase keempat dari jagat raya Marvel Cinematic Universe (MCU) pasca-Infinity Saga. Cuplikan film turut memperlihatkan kehidupan Asgard baru, Jane Foster menjadi Mighty Thor, dan kehadiran Gorr the God Butcher alias Gorr sang Dewa Jagal.
Kali ini, Thor (Chris Hemsworth) menjalani petualangan yang menuju kedamaian batin. Seperti yang diketahui, film-film Avengers yang lalu menunjukkan Thor mengalami depresi setelah mengecap banyak kehilangan. Thor yang kegemukan memilih untuk mengasingkan diri. Urusan politik soal New Asgard dia serahkan pada King Valkyrie (Tessa Thompson).
”Kebanyakan orang yang mencoba menemukan diri mereka karena melarikan diri dari sesuatu. Bagi Thor, yang dia hindari adalah cinta. Karena, dalam pengalamannya semua orang yang dia cintai berakhir tersakiti. Dia merasa dan sangat yakin dia dikutuk,” kata produser Brad Winderbaum.
Masa pensiun Thor tak lama terganggu. Gorr the God Butcher (Christian Bale), pembunuh para dewa, datang mengusik kedamaian.
Thor, kembali dengan tubuh berotot sempurna, berusaha menghentikan musuh baru itu. Ia bekerja sama dengan Valkyrie, Korg (Taika Waititi), dan Jane Foster (Natalie Portman). Yang membuat kaget, dia mendapati mantan kekasihnya, Jane, telah berubah menjadi Mighty Thor.
Jane secara misterius bisa mengangkat Mjölnir, sedangkan Thor tetap menggotong Stormbreaker. Dari interaksi mereka, Thor pelan-pelan belajar untuk kembali membuka hati.
Sama seperti pendahulunya, Thor: Ragnarok (2017), film ini masih disutradarai oleh Taika Waititi. Waititi merupakan pembuat film asal Selandia Baru yang mendapat Piala Oscar atas skenario adaptasi untuk film drama komedi Jojo Rabbit (2019).
Waititi masih menggunakan formula serupa yang dia terapkan dalam Thor: Ragnarok. Thor tetaplah Thor yang bangga dan berani, tetapi adakala polos serta kekanakan. Sikap canggung Thor yang khas masih terlihat.
Beberapa lelucon yang relevan dengan dunia sekarang, seperti nama aktris Jodie Foster dan Jane Fonda, juga melintas dalam dialog. Hal seperti itu adalah salah satu strategi yang membuat si jagoan dan film dekat dengan penonton. Belum lagi ditambah banyak adegan beraksi diiringi lagu-lagu keren, misalnya ”Only Time” dari Enya serta ”Welcome To The Jungle” dan ”Paradise City” dari Guns’N Roses.
Mungkinkah film baru ini bisa memenuhi ekspektasi sekaligus melampaui pendahulunya? Jika audiens menyukai Thor: Ragnarok, film Thor: Love and Thunder mungkin bisa ikut menjadi favorit.
Nordik dan Yunani
Thor: Love and Thunder kian atraktif dengan kehadiran tokoh baru lainnya, Zeus (Russell Crowe). Kehadiran Zeus yang tidak kalah konyol, tetapi masih berwibawa meramaikan jagat MCU. Adanya tokoh ini cukup menarik lantaran menandakan persilangan mitologi Nordik dan mitologi Yunani.
Thor adalah bagian dari mitologi Nordik, yaitu agama yang dianut orang-orang negara Skandinavia seperti Denmark, Swedia, Norwegia, dan bagian utara Jerman. Dikutip dari buku Norse Mythology: Gods, Heroes and the Nine Worlds of Norse Mythology (2015), kosmologi Nordik berpusat di Yggdrasil (pohon dunia) yang memiliki sembilan dunia, salah satunya adalah Asgard.
Para dewa tinggal di Asgard. Sebagai anak dari pemimpin para Dewa Odin, Thor yang berotot dan berjenggot ini adalah Dewa Petir, Perang, dan Kesuburan. Ia juga merupakan pelindung dunia Asgard dan Midgard alias bumi yang ditinggali manusia.
Selaku dewa penting, Thor justru menjalin kedekatan dengan rakyat jelata, terutama kaum pejuang dan petani. Karakteristik ini terlihat sepanjang film waralaba Thor dalam MCU, di mana ia bersahabat dengan para anggota Avengers dan menjalin romansa dengan Jane yang adalah manusia.
Lain halnya dengan Zeus. Sebagai dewa Yunani, namanya masyhur sebagai raja Gunung Olympus, raja para dewa, serta bapak para dewa dan manusia. Mengutip Greek Gods: The Olympians (2015), Zeus juga terkenal sebagai dewa cuaca, langit, takdir, hukum, dan ketertiban. Segala peran dia emban.
Dari segala kehebatannya, ada kekuatan Zeus yang beririsan dengan Thor, bahkan lebih kuat. Ia bisa menciptakan guntur sekaligus kilat, hujan, dan angin. Petir menjadi senjata andalannya.
Zeus adalah sosok yang perkasa, adil, nan pemarah. Ditambah lagi, mengutip Greek Gods & Goddesses (2013), suami dari Dewi Hera ini menyandang gelar pecinta perempuan, baik itu dewi maupun manusia. Kepribadian ini tampak jelas dalam film Thor terbaru.
Thor perempuan
Sama seperti mitologi lainnya, mitologi Nordik memiliki banyak sosok dewi kuat. Sebutlah Frigg sang pemimpin para dewi (istri Odin), Freya sang Dewi Cinta, Hel sang Dewi Kematian, dan Sif sang Dewi Kesuburan. Akan tetapi, mitologi Eropa mengalami perubahan dalam berbagai adaptasi budaya populer. Thor dalam mitologi seharusnya menikah dengan Sif dan memiliki simpanan bernama Járnsaxa.
Dalam film MCU, ia merajut romansa dengan Jane. Adaptasi film dan komik Marvel itu turut membuat Jane dapat menjelma menjadi Mighty Thor berkat Mjölnir. Sebuah perkembangan modern tentang peran perempuan, sekaligus strategi pemasaran yang cerdik.
MCU membuat Mjölnir ”menganut” meritokrasi. Meritokrasi merujuk pada sistem yang memberikan kesempatan kepada seseorang untuk memimpin berdasarkan kemampuan atau prestasi. Tolak ukur seperti latar belakang, kekayaan, senioritas, dan sebagainya tidak menjadi bahan pertimbangan.
Karena itu, palu magis itu dapat diangkat oleh tokoh yang dinilai layak oleh palu itu sendiri, seperti Odin, Thor, Hela (kakak Thor yang jahat), Captain America, Vision, dan selanjutnya Jane. Penyebab Jane bisa mengangkat palu itu dijelaskan di pertengahan film. Ada campur tangan Thor tanpa sadar di dalamnya.
Dalam mitologi Nordik, entah ada atau tidak dewi dengan kekuatan petir. Dari hasil riset, sosok mitos dengan kekuatan petir dan guntur memang ada, tetapi berada di dalam mitologi lain. Adalah Astrape dan Bronte dari mitologi Yunani, Fulgora dari mitologi Romawi, dan Nongthang Leima dari mitologi Meitei.
Hanya, pada akhir film Thor: Love and Thunder, Jane menunjukkan perempuan tak kalah layak dari para tokoh laki-laki pendahulunya untuk mendapat kekuatan palu itu. Dari awalnya untuk kepentingan pribadi, Jane memanfaatkan Mjölnir untuk kebaikan yang lebih besar. Keputusan itu adalah tindakan heroisme sejati.
Baca Juga: Thor Ragnarok, Terbahak bersama Dewa Petir
Jika ditarik ke kehidupan nyata khususnya konteks politik, akan sangat keren seandainya Mjölnir benar-benar ada. Pemimpin, pemegang kuasa, dan pembuat keputusan negara terseleksi secara ideal.
Namun, jangan salah, Mjölnir sebenarnya ada di dunia nyata, tetapi tidak dalam bentuk palu. Kita, rakyat yang menjadi pemilih, adalah Mjölnir. Semua kembali bergantung pada kita untuk memilih pemimpin yang layak, entah itu seperti Thor atau Jane.