Fariz RM berujar, sudah dua tahun selama pandemi Covid-19 ia tidak merasakan energi pentas di hadapan ribuan penonton. Karena itu, ia ingin melepas semua kerinduan tersebut di Prambanan Jazz.
Oleh
IGNATIUS NAWA TUNGGAL
·5 menit baca
”Saat pandemi Covid-19 mulai landai, apalagi yang patut dirayakan selain rindu? Maka, wajar saja rindu pada sepotong kenangan indah itu dirayakan. Seperti itulah pergelaran Prambanan Jazz Festival 2022 yang mengambil tajuk ”Sewindu Merayakan Rindu”.
Kerinduan sontak dinyatakan musisi Fariz Rustam Munaf (63) ketika naik pentas di Prambanan Jazz Festival yang memasuki tahun ke delapan sejak dihelat pada 2015, Jumat (1/7/2022). Fariz tampil di hari pertama festival yang berlangsung selama tiga hari dari 1 Juli hingga 3 Juli 2022.
Fariz berujar, sudah dua tahun selama pandemi Covid-19 ia tidak merasakan energi pentas di hadapan ribuan penonton. Karena itu, ia ingin melepas semua kerinduan tersebut di Prambanan Jazz.
Malam itu, ia berkolaborasi dengan duo Diskoria, yakni Merdi Simanjuntak dan Fadli Aat, yang mewakili musisi dari generasi milenial. Lagu-lagu lama Fariz seperti terlahir lagi dalam balutan musik disko racikan Diskoria.
”Apa yang harus saya nyanyikan?” ujar Fariz di atas panggung.
Riuh menggelora. Penonton meneriakkan keinginan mereka. Satu suara yang cukup membahana waktu itu meminta Fariz membawakan lagu ”Sakura”. ”Sakura” masuk dalam album perdana Fariz yang diluncurkan pada 1980, sekitar 42 tahun silam. Cukup lama bukan?
Di tangan Diskoria, lagu itu dipoles seperti lagu yang baru dengan iringan musik disko. Fariz melantunkan ”Sakura” dengan penuh energi. Ia melanjutkan dengan lagu-lagu miliknya yang tak kalah berenergi. Keringat pun meleleh dan bercucuran di raut wajahnya.
”Saya sekarang berusia 63 tahun, tetapi merasa muda kembali ketika berkolaborasi dengan generasi milenial Diskoria,” ujar Fariz saat ditemui sehari sebelumnya di Prambanan Jazz Café, Jalan Kaliurang, Yogyakarta.
Ia menceritakan pengalaman selama dua tahun pandemi. Ia banyak menampilkan garapan musik hasil kolaborasi dengan Diskoria. Namun, garapan-garapan musik itu ditampilkan secara virtual. Tidak secara langsung di hadapan ribuan penonton. Sekarang ini, untuk pertama kalinya setelah pandemi, Fariz manggung kembali. Ada ribuan penonton menyambutnya kembali.
Atmosfer pandemi memang masih terasa. Ribuan penonton konser itu ruang geraknya dibatasi. Mereka harus duduk di kursi masing-masing. Kalau mau goyang, ya, goyang di situ. ”Kami memperoleh izin menggelar Prambanan Jazz Festival 2022 ini sekitar bulan Februari 2022 dengan syarat memenuhi protokol kesehatan di masa pandemi Covid-19. Salah satu syaratnya, penonton harus duduk di kursi yang berjarak satu sama lain,” ujar promotor dan pencetus Prambanan Jazz Festival, Anas Syahrul Alimi.
Pembatasan ternyata tak menurunkan animo pencinta musik. Tiket ludes tak lama setelah penjualan dilakukan. Panitia membatasi 7.500 kursi untuk festival yang berlangsung di pelataran Candi Prambanan, itu.
”Di masa sebelum pandemi, Prambanan Jazz seperti konser lainnya. Penonton berdiri. Pengunjung bisa mencapai 25.000 orang per hari,” kata Anas.
Hibrida
Mereka yang tidak kebagian tiket masih bisa menonton langsung melalui kanal internet. Rajawali Indonesia, promotor Prambanan Jazz Festival, merancang pertunjukan secara hibrida, luring (offline) dan daring (online).
Beberapa nama pemusik ikut memeriahkan Prambanan Jazz Festival 2022. Selain Fariz RM yang berkolaborasi dengan Diskoria, penyelenggara juga menampilkan Andien, Pamungkas, Ardhito Pramono, Maliq & D’Essentials, Kukuh Kudamai berkolaborasi dengan Ndarboy Genk, Melancholic Bitch, Dere, Tulus, Sinten Remen berkolaborasi dengan Jogja Hiphop Foundation, Iskandar Widjaja berkolaborasi dengan Erik Sondhy, Kunto Aji, Padi Reborn, dan Sore. Ada pula Fiersa Besari berkolaborasi dengan Bemandry. Trio Lestari, Kahitna, Everyday Band berkolaborasi dengan deretan pemusik meliputi Mus Mujiono, Deddy Dhukun, dan Nania Yusuf.
Selain musik, penyelenggara menghidangkan karya seni rupa. Setelah melewati gerbang masuk arena festival, pengunjung bisa menyaksikan karya seni digital yang dibuat perupa Galam Zulkifli. Galam menyusun sekitar 10.000 foto perjalanan Prambanan Jazz Festival sejak 2015 hingga 2019. Foto-foto bertebaran di tiga layar besar. Wajah-wajah pemusik berkaliber dunia yang pernah tampil di Prambanan Jazz Festival turut berseliweran, seperti Kenny G, Boyz II Men, Sarah Brightman, Diana Krall, dan Yanni. Mendiang Glenn Fredly juga tampak. Selain itu, berseliweran deretan musisi Tanah Air, seperti Indra Lesmana, Tompi, Dewa 19, dan Katon Bagaskara.
Karya-karya itu juga diunggah ke wahana NFT (non-fungible token). ”Setelah Prambanan Jazz berlangsung, rencananya baru akan dijual,” ujar Anas. Rajawali Indonesia juga berhasil menjual sebanyak 1.000 tiket melalui medium NFT.
Ada saja ungkapan penampil Prambanan Jazz demi memaknai ”Sewindu Merayakan Rindu”. Mereka memaknai rindu dengan caranya masing-masing. Penyanyi Andien tampil memukau dengan busana perpaduan kebaya dengan luaran baju bergaya beskap. Ada kerinduan Andien terhadap tradisi busana Jawa Tengah. Di tengah pentas, Andien berkisah tentang muasal ibunya dari Kebumen. Karena itulah, ia memilih busana tradisi kebaya dengan baju luar bergaya beskap
Di setiap jeda menyanyikan lagunya, Andien selalu berkisah. Ia bertutur, 37 tahun silam ada seorang ibu melahirkan anak perempuan. Ibu itu selalu menyanyikan senandung pengantar tidur.
Anak perempuan itu sekarang sudah tumbuh dan memiliki dua anak. Anak perempuan yang dikisahkan itu tiada lain adalah Andien sendiri. Sampai kini ia selalu merindukan senandung ibunya.
Andien menebar nilai kehidupan yang tulus dan bersahaja lewat cerita di panggung. Ceritanya tak kalah memukau dengan lantunan lagu-lagunya yang penuh energi. Di bagian pengujung pentas Andien sempat melantunkan lagu ”Tiba-tiba Tabi”. Tabi nama anak bungsu Andien yang sekarang berusia sekitar 2 tahun. Lantas Andien menjemput Tabi di ujung panggung.
Ia menggendong Tabi dan menuju ke tengah panggung untuk mengenalkan kepada penonton yang menyambutnya dengan riuh. Malam itu, Andien menyemai energi keibuan kepada ribuan penonton.
Penampil berikutnya, Ardhito Pramono juga disambut histeris penonton. Di atas pentas, Ardhito sempat berbagi kisah dengan tulus. Ia menceritakan musibah yang ia alami pada Januari 2022 saat ia terjerat kasus narkoba.
Begitulah, merayakan rindu di Prambanan Jazz Festival terasa hangat dan akrab. Seperti dikatakan pencetus Prambanan Jazz Festival, Anas Syahrul Alimi, musik adalah bagian dari seni. Dan, seni tertinggi adalah seni yang bisa membahagiakan orang lain.