Jan Djuana adalah produser musik dengan insting kuat yang melahirkan artis-artis berpengaruh pada zamannya. Kiprahnya terbukukan dalam ”Di Balik Bintang: Jan Djuhana dalam Industri Musik Indonesia”.
Oleh
HERLAMBANG JALUARDI
·3 menit baca
Di ranah musik dalam negeri, Jan Djuhana adalah sosok besar. Selama bernaung di sejumlah label rekaman, kepekaannya melahirkan artis-artis ternama yang masih berkibar hingga sekarang, seperti band Sheila on 7, Padi, KLa Project, Cokelat, dan Dewa 19. Kiprahnya tercatat dalam buku setebal 400-an halaman dengan judul Di Balik Bintang: Jan Djuhana dalam Industri Musik Indonesia.
Buku yang diterbitkan Kepustakaan Populer Gramedia pada Maret 2022 ini bergaya otobiografi dengan sudut pandang orang pertama. Jan Djuhana menceritakan kisahnya kepada wartawan Frans Sartono, yang memulai proyek ini sejak 2020. Frans, yang telah mengenal Jan selama lebih dari 20 tahun lalu menuliskan cerita itu.
”Awalnya saya ragu menerima tawaran dari penerbit. Namun, menurut saya kiprah Pak Jan amat-sangat-layak dibukukan. Selain sering bertemu Pak Jan untuk urusan peliputan, saya juga menikmati album-album yang dia produseri sejak dulu. Jadi, saya akan merasa bersalah jika tidak menerima tawaran itu,” kata Frans, yang menjadi wartawan kebudayaan—termasuk musik—selama lebih dari 30 tahun ini.
Acara peluncuran buku ini berlangsung di Hard Rock Café, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Selain dihadiri Jan berserta keluarga, penulis buku, datang pula sejumlah artis-artis yang pernah diorbitkan Jan, seperti Pingkan Mambo mantan personil duo Ratu, Hendy dan Thomas dari band Gigi, Teguh dan Sony dari band Vagetoz, Piyu dari Padi, serta Eross dari Sheila on 7.
Mereka bergantian memberi testimoni perihal hubungan mereka dengan Jan Djuhana. Cerita-cerita yang terlontar di acara pada siang hingga sore itu seperti melengkapi kisah yang tertulis di buku. Di buku, misalnya tersebutkan bagaimana Adam dan Eross (Sheila on 7) gugup ketika bertemu pertama kalinya bertemu Jan di kantor Sony Music Indonesia.
Di acara itu, Eross menambahkan, ”Sebelum sampai di kantor Sony itu, Adam bilang ke saya, ’Ros, mukanya dimelas-melasin biar diterima, ya.’ Ternyata Pak Jan sangat ramah menyambut kami, jadi nggak perlu begitu. Pulangnya, Pak Jan bahkan sampai mengantar kami ke lift dan memencetkan tombol,” ucap Eross.
Sheila on 7 adalah salah satu band yang mendapat anggukan kepala Jan Djuhana ketika mereka mengantar demo. Pada saat itu, band asal Yogyakarta itu belum tenar. Bahkan demo mereka kerap ditolak perusahaan rekaman lain. Jan yang memberi kesempatan buat anak-anak muda itu, karena menganggap lagu ”Kita” punya potensi laris.
Album perdana Sheila on 7 laku 1,2 juta keping, angka yang fantastis dan mustahil terulang lagi di masa kini. Sebelumnya, Jan juga mengangkat band rock /rif dari Bandung ke kancah musik nasional.
Dalam buku, pembaca juga bakal mendapati kisah serupa dari band KLa Project dan Dewa 19, misalnya. Demo lagu kedua band ini dianggap mendahului jaman sehingga banyak ditolak perusahaan rekaman lain. Kepekaan telinga Jan Djuhana yang menangkap potensi tersembunyi di baliknya. Terbukti, dua nama ini masih tenar hingga sekarang.
Tak hanya menyoroti bintang-bintang yang diorbitkan, buku ini juga mengungkap masa kecil Jan yang telah akrab dengan dunia seni. Dia juga sempat main band di masa remaja. Setelah itu, Jan merekam lagu-lagu kesukaannya dari piringan hitam ke kaset dan memasarkannya di bawah payung label Team Records.
Ahmad Dhani, pentolan Dewa 19 bertestimoni dalam buku. Menurut dia, kepekaan Jan terlatih sejak terbiasa bikin kompilasi hit lagu-lagu barat sejak 1980-an. ”Jadi secara tidak langsung, sudah sah Pak Jan jadi ‘doktor’ bidang lagu hit. Terbukti, lagu ‘Kangen’ yang saya sendiri kurang suka menjadi lagu hit sepanjang masa,” demikian ungkap Dhani.
Buku ini memang berorientasi pada sosok Jan Djuhana. Namun, di balik itu, sebuah rentang sejarah musik Indonesia tercatat dan terceritakan melalui kacamata sang produser bertelinga emas ini.