Aktris senior Rima Melati berpulang di usia 82 tahun. Peraih Piala Citra sebagai Pemeran Utama Wanita Terbaik tahun 1973 ini selama ini aktif mengampanyekan kesadaran akan kanker payudara dan bahaya merokok.
Oleh
WISNU DEWABRATA
·3 menit baca
KOMPAS/LASTI KURNIA
Rima Melati di Pagelaran Busana 30 tahun Ramli "Sampur Galore" di Hotel Nikko, Jakarta, Rabu (26/7/2006).
JAKARTA, KOMPAS — Dunia perfilman Tanah Air kembali berduka, kali ini dengan kepergian aktris senior Rima Melati di usia 82 tahun. Rima meninggal saat dalam perawatan medis intensif di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.
Hal itu dibenarkan putra ketiga Rima, Aditya Tumbuan, saat dihubungi per telepon, Kamis (23/06/2022). Dari pernikahannya dengan aktor senior Frans Tumbuan, Rima memiliki tujuh putra. Frans telah lebih dulu berpulang pada tahun 2015 karena sakit.
Belum ada informasi terkait kapan dan di mana jenazah Rima akan dimakamkan. Putra keenam Rima, Yonky Tumbuan, mengatakan, pihak keluarga masih mempersiapkan upacara dan ibadah kebaktian. ”Nanti saya akan informasikan lagi begitu ada kepastian soal waktu dan tempat pemakaman,” ujar Yonky singkat.
Rima dikenal sebagai pemain film senior yang produktif dan legendaris. Dia lahir di Tondano, Sulawesi Utara, pada 22 Agustus 1939. Mendiang meraih penghargaan Piala Citra pertamanya tahun 1973 untuk kategori Pemeran Utama Wanita Terbaik melalui aktingnya di film Intan Berduri. Di film itu, Rima beradu akting dengan aktor serba bisa Benyamin Sueb, yang juga meraih penghargaan Pemeran Utama Pria Terbaik.
KOMPAS/PRIYOMBODO (PRI)
Aktris senior Rima Melati 05-12-2007
Teman energik
Saat dihubungi terpisah per telepon dalam perjalanan menuju RSPAD Gatot Subroto, aktris senior Widyawati mengaku sangat terpukul dengan kepergian sahabatnya itu. Menurut Widyawati, dirinya selama ini sudah menganggap mendiang seperti kakak kandungnya sendiri.
Widyawati mengatakan, dirinya terus mengikuti dan memantau kondisi kesehatan mendiang, yang sempat dirawat di RS Pondok Indah Bintaro selama sebulan sejak hari ketiga Lebaran lalu. Widyawati memantau kondisi kesehatan Rima melalui putra dan menantu mendiang.
”Setelah sebulan, karena mau cuci darah, beliau dipindah ke RSPAD dan sempat dirawat di sana sekitar dua minggu. Sampai kemudian sore tadi saya dapat kabar duka,” ujar Widyawati.
Ia menceritakan, pada Kamis sore anak dan menantu mendiang sempat memberi kabar tentang kondisi Rima yang sempat kritis. Tak lama berselang, kata Widyawati, datang lagi kabar bahwa Rima telah meninggal dunia.
Semasa hidupnya, Rima dikenal sebagai seorang penyintas kanker payudara dan aktif mengampanyekan kesadaran akan kanker payudara lewat Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta. Dia juga aktif mengampanyekan bahaya merokok di Yayasan Indonesia Tanpa Tembakau (YITT).
KOMPAS/DON SABDONO (DON)
Meriem Bellina (rambut panjang) bersama Rima Melati (tengah) dan El Manik pada malam pengumuman pemenang Festival Film Indonesia 1984.
”Beliau sudah seperti kakak. Usia kami terpaut 11 tahun. Beliau teman yang sangat menyenangkan, periang, dan humble sekali. Terakhir kali saat dipindahkan ke RSPAD, saya sedih melihat beliau hanya terduduk diam dengan beberapa alat bantu medis di sekelilingnya. Saya menangis karena saya tahu bagaimana beliau dahulu adalah orang yang sangat energik,” ujarnya.
Saat dirawat di RS Pondok Indah Bintaro, ucap Widyawati, mendiang sudah sulit berkomunikasi walau masih bisa merespons saat dirinya menyapa dan memanggil nama Rima dalam bahasa Belanda. ”Putranya, Aditya, sempat beberapa kali mengabari kalau saat dipindah ke RSPAD, beliau membuka mata. Terakhir sebetulnya saya juga dikabari kalau beliau sudah akan dipindah ke ruang perawatan biasa,” ujar Widyawati.
Widyawati menambahkan, semua waktu kebersamaan dirinya dengan mendiang sangatlah berkesan. Saat mendiang suaminya, Sophan Sophiaan, dan suami Rima, Frans Tumbuan, masih ada, mereka kerap saling mengunjungi.
Keluarga mereka juga sangat dekat dan bahkan sudah seperti bersaudara. Widyawati bercerita mengenal Rima pertama kali dari ibunya, yang juga aktif di perfilman Tanah Air. Saat itu, Rima masih bergabung dalam kelompok penyanyi wanita terkenal tahun 1960-an, Baby Dolls, yang juga beranggotakan Baby Huwae, Gaby Mambo, dan Indriati Iskak.
”Rima juga sering bermain dalam banyak film yang dibintangi Sophan. Kepergian beliau adalah kehilangan yang sangat besar bagi saya dan juga termasuk bagi dunia perfilman kita,” ujar Widyawati.
KOMPAS/PAT HENDRANTO (PH)
Rima Melati tengah mencoba gaun pengantin dari batik karya ibunya sendiri, Non Kawilarang, di rumahnya di Jakarta, 22-1-1974.