Menyambut Isyana yang Baru
Isyana Sarasvati benar-benar menunjukkan sosoknya yang baru. Saat tampil di Kelenteng Sam Poo Kong, Semarang, Jateng, Isyana tanpa ampun menghujani penonton dengan aksi musiknya yang cadas mengentak.
Isyana Sarasvati benar-benar menunjukkan sosoknya yang baru. Saat tampil di Kelenteng Sam Poo Kong, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (17/6/2022), dalam rangkaian tur konser Lexiconcert, Isyana tanpa ampun menghujani penonton dengan aksi musiknya yang cadas mengentak. Malam di Sam Poo Kong pun banjir endorfin.
Intro lagu ”Il Sogno” yang megah dengan vokal soprano Isyana yang melengking tinggi membuat penonton yang rapat memadati bibir panggung terdiam menahan napas. Saraf mereka tengah mengendur setelah ”My Mistery” yang merupakan salah satu lagu dari album mini terbaru milik Isyana tuntas dibawakan.
Lantunan vokal Isyana yang beradu tinggi dengan suara permainan biola yang megah meliuk-liuk, terasa membuai kerumunan yang terdiam. Namun begitu, musiknya yang bertempo cepat dan mengentak terdengar, penonton kembali memanas. Di barisan depan, penonton pun ber-head banging sembari mengacungkan salam tiga jari.
Energi itu mengalir hingga penonton di bagian belakang yang sibuk mengabadikan aksi Isyana dari atas panggung menggunakan telepon genggam. Sebagian menggerakkan badan, mengikuti irama lagu sembari mengacungkan tangan ke udara. Wajah-wajah mereka semringah, mata mereka berbinar, takjub dengan aksi Isyana di atas panggung.
Gerimis yang sempat muncul di awal konser telah menghilang. Kelenteng Sam Poo Kong yang gemerlap tampak megah di antara dentuman suara musik. Sebelumnya, akibat gerimis, konser yang sedianya dimulai pukul 19.00 mundur setengah jam.
Penonton berhamburan mencari tempat berteduh. Penyelenggara pun membagi-bagikan jas hujan. Namun, gerimis kemudian reda menjelang pukul 19.30 WIB. Penonton kembali merangsek ke depan. Tak sabar menyaksikan aksi Isyana yang tertunda.
Dua layar besar di samping kiri dan panggung menampilkan video perjalanan Isyana dari kecil hingga remaja. Menjelang konser dimulai, terdengar suara Isyana menyapa penonton, ”Bersiaplah menjadi saksi lahirnya aku yang baru.”
Panggung pun memerah, mengantarkan ”Sikap Duniawi”, disusul ”Ragu Semesta” dan ”Pendekar Cahaya”. Penonton terkesima. Banyak di antara mereka baru pertama kali menyaksikan Isyana tampil langsung di atas panggung, terlebih akibat pandemi Covid-19.
”Lexiconcert mana suaranya? Selamat malam Sam Poo Kong. Senang banget bisa balik ke Semarang meski harus tertunda selama dua tahun karena ini mimpi Isyana untuk bisa bawa Lexicon ke Semarang. Hujan-hujan dikit enggak apa-apa ya, biar kita bisa senang-senang bersama,” sapa Isyana.
Dia takjub, juga senang, penonton rupanya tak hanya datang dari Semarang, tetapi juga dari Jakarta, Bandung, Tegal, Pekalongan, hingga Merauke. Penggemarnya ada yang berstatus bapak-ibu alias warga senior. ”Aku enggak nyangkaLexicon punya pendengar sebanyak ini. Album ini sangat berarti buat aku. Dan aku senang bawa album ini ke Semarang,” tuturnya.
Panggung terus memanas. Kadang mengentak, kadang juga melambat, memberi kesempatan untuk penonton beristirahat. Saat Isyana melantunkan ”Untuk Hati yang Terluka”, seorang penonton digotong keluar dari kerumunan karena pingsan berdesak-desakan dengan penonton lain.
Dukungan
Aksi Isyana dan The Tuttis malam itu berakhir menjelang pukul 22.00. Selain menyanyi dan memainkan alat musik, Isyana juga menunjukkan aksinya yang lucu dan menghibur di atas panggung. Dia tak sungkan berjoget ala jaipong, merebahkan badan di panggung, atau melompat-lompat di atas panggung.
Isyana kini memang dikenal sebagai sosok yang lebih menyenangkan, bodor, dan apa adanya. Musiknya pun berubah semakin cadas. Melihat Isyana memainkan kibor dan keytar sembari menyanyi, sungguh atraksi yang menakjubkan.
Sebagai bintang tamu, hadir Gamaliel yang antara lain melantunkan ”Ada Apa dengan Cinta” bersama Isyana. Hadir juga kakak kandung Isyana, Rara Sekar, mantan personel Banda Neira. Mereka berduet membawakan ”Keep Being You” juga ”Luruh”. ”Semarang, kota ketiga, dapet jackpot deh pokoknya,” ujar Isyana tentang kehadiran Rara dan Gamaliel sebagai bintang tamu.
Kekuatan vokal Isyana dan aksi musiknya yang tak main-main mendapat dukungan penuh dari The Tuttis, band pengiring Isyana. Mereka saling melengkapi. Baik Isyana dan The Tuttis sama-sama berhasil menyuguhkan kekuatan vokal dan musik yang sempurna. Bersama The Tuttis, Isyana menjelma menjadi sosok yang baru.
Dalam wawancara dengan harian Kompas pada awal kemunculannya, Isyana mengaku seorang introver. Musik, ujarnya, menjadi solusi untuk keluar dari sifatnya itu. Dulu, rambutnya panjang terurai, kini dia mengecat rambutnya dua warna, hitam dan merah.
Pada usia 16 tahun, Isyana memperoleh beasiswa dari Pemerintah Singapura untuk pendidikan Music Performance di Nanyang Academy of Fine Arts (NAFA), Singapura. Ia juga memperoleh beasiswa penuh untuk studi lanjutan di Bachelor of Music with Honours Funded Degree Programme in Collaboration with RCM di London, Inggris.
Dengan memadukan genre opera dan pop, Isyana masuk ke industri musik Tanah Air. Album ketiganya, Lexicon, yang dikerjakan taun 2018-2019, rupanya menjadi sebuah kelahiran baru bagi Isyana, baik dari sisi musik maupun sisi personalnya. Tak heran bila di awal konser, Isyana yang terlibat penuh dalam penggarapan album itu mengajak penonton menyambut sosoknya yang baru.
Rama Setiawan (30), penonton asal Makassar yang datang dari Jakarta untuk menyaksikan konser Isyana, memuji penampilan Isyana malam itu. ”Ini adalah konser band lokal yang paling bikin saya keringetan,” ujar Rama.
Meski membeli tiket VIP yang mengharuskannya duduk di bangku penonton, Rama tak peduli. Saat lagu yang disuguhkan mengentak, dia maju ke barikade, ber-head banging hingga berkeringat. Penonton yang membeludak, bahkan konon lebih ramai dari konser di Bandung sebelumnya, membuatnya makin bersemangat.
Menurut Rama, yang telah menjadi penggemar Isyana sejak awal kemunculannya, Isyana kini telah menjadi sosok yang benar-benar baru dan berbeda. ”Dulu di album pertama itu bukan Isyana yang asli, dari cara dia nyanyi. Karena emang album itu buat nyari nama sih ya. Kalau sekarang, cara nyanyinya udah benar-benar enggak ditahan lagi. Aku prefer Isyana yang sekarang, sama musiknya yang mix antara klasik, rock, metal,” katanya.
Rama berharap, Isyana terus konsisten di jalur musiknya saat ini bahwa musik adalah caranya untuk mencurahkan jiwanya. Terlebih sejak awal Isyana memang mengaku menyukai musik metal. ”Pasarnya juga udah terbuka sekarang,” katanya.
Hasta (33), penonton asal Salatiga, pun merasa lebih pas dengan sosok Isyana saat ini. Meski sejak awal sudah mengikuti karier Isyana, kesukaannya pada Isyana baru muncul setelah Isyana merilis Lexicon. ”Kan jadi lebih nge-rock gitu ya. Makanya dibela-belain nonton,” ujarnya.
Sementara Wanda (32), penonton asal Semarang, makin menyukai Isyana setelah melihat penampilan Isyana dengan band death metal Dead Squad di lagu ”Il Sogno”.
Selamat datang Isyana yang baru....