Awal 2022, DisneyPlus Hotstar Tumbuh Pesat di Asia Tenggara
Pada kuartal pertama tahun 2022, Disney+ Hotstar tumbuh pesat di kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
LOS ANGELES, KAMIS — Di awal tahun 2022, Disney+ Hotstar mencatat pertumbuhan luar biasa di kawasan Asia Tenggara meskipun Netflix masih memimpin di kawasan ini. Jumlah pelanggan penyedia layanan aliran video atau streaming asal Amerika Serikat ini berkembang pesat khususnya di Indonesia.
Lembaga riset, Media Partners Asia (MPA), pada akhir Mei 2022 melaporkan, Disney+ Hotstar meraih 22 persen pelanggan streaming baru di Asia Tenggara dalam kuartal pertama tahun 2022. Dalam periode ini, kawasan ini menambah 2,8 juta pelanggan platform video berbayar secara keseluruhan sehingga total terdapat 39,5 juta pelanggan.
Pertumbuhan Disney+ Hotstar paling menonjol terjadi di Indonesia dengan menjadi layanan streaming berbayar pertama yang menjangkau 5 juta pelanggan di negara ini. Sebagai negara dengan populasi terbanyak keempat di dunia, Indonesia merupakan pasar potensial. Sebab, jumlah total pelanggan streaming kini mencapai 17,4 juta pelanggan dan terus meningkat.
”Indonesia terus menjadi arena kompetisi dan neraca bagi para penyedia layanan streaming untuk bertahan,” kata analis MPA, Dhivya T.
Disney+ Hotstar dan layanan OTT lokal, Vidio, memimpin pasar video Indonesia selama kuartal pertama 2022. Pangsa konsumsi dua layanan ini naik masing-masing sebesar 15 persen dan 28 persen, naik dibandingkan dari 10 persen dan 19 persen pada kuartal keempat 2021. Pangsa konsumsi platform lainnya diikuti oleh WeTV, Netflix, dan Viu.
Kompetisi platform video berlangganan di kawasan ini akan terus sengit. ”Kami menduga persaingan video premium akan semakin intensif akhir tahun ini karena pendatang seperti Amazon Prime Video land dan pemain lama terus berinvestasi dalam konten lokal, kemitraan, pemasaran, dan branding untuk memenangi pelanggan,” ujar Dhivya T.
Netflix memimpin
Riset Media Partners Asia menemukan, Netflix memimpin pangsa konsumsi video berlangganan di seluruh Asia Tenggara. Di Thailand, misalnya, lembaga riset ini memperkirakan bahwa Netflix mengambil 24 persen dari total menit streaming video premium, melampaui platform internasional WeTV dengan besaran 22 persen”.
Direktur Eksekutif MPA, Vivek Couto, mengatakan, era baru terkait streaming pascapandemi Covid-19 bisa tercipta di Asia Tenggara. Potensi ini dilihat dari keberadaan pemain lama, kehadiran pendatang baru, dan tren ekonomi makro.
”Pertumbuhan pelanggan cenderung moderat karena kondisi ekonomi makro yang lambat di Asia Tenggara. Tekanan inflasi dapat memengaruhi dompet konsumen, sementara konten baru naik turun dan kemudahan akses kemungkinan akan menjadi kunci untuk mendorong akuisisi pelanggan serta membatasi gejolak,” ujar Couto.
MPA turut menemukan pengaruh konten drama Korea. Konten Korea mencakup 30 persen dari total konsumsi video premium di Asia Tenggara pada kuartal pertama, dipimpin oleh deretan K-drama di Netflix yang diikuti oleh Viu dan Disney+ Hotstar. Sementara konten Hollywood tertinggal dengan pangsa 23 persen dari total menit yang dikonsumsi di wilayah tersebut.
Namun, di pasar berbahasa Inggris, seperti Filipina, Malaysia, dan Singapura, konten Amerika Serikat mencakup 33-44 persen dari konsumsi. Permintaan konten dari Indonesia, Thailand, dan Filipina juga sedang meningkat, didukung oleh penayangan konten lokal di Vidio, Disney+ Hotstar, WeTV, dan Viu. (The Hollywood Reporter)