Merayakan Kenangan ala The Script
Tidak hanya The Script yang menjadi aktor utama di atas pentas, para penggemar yang menontonnya ikut hanyut merayakan kenangan-kenangan dalam hidup selama konser yang berlangsung di Glasgow, Skotlandia.

Aksi panggung The Script yang beranggotakan Danny ODonoghue, Mark Sheehan, dan Glen Power di gedung The OVO Hydro–Scottish Event Campus, Glasgow, Skotlandia, Jumat (27/5/2022). Lewat konser tersebut, The Script mengajak penggemarnya merayakan beragam kenangan dalam kehidupan.
Lewat aksi panggungnya, The Script mengajak para penonton merayakan kenangan dalam hidup. Dari kenangan akan kampung halaman hingga mantan tersalurkan lewat lagu dan musik selama konser yang berlangsung sekitar 100 menit.
Perayaan kenangan itu terasa dalam konser The Script di gedung The OVO Hydro–Scottish Event Campus, Glasgow, Skotlandia, Jumat (27/5/2022). Konser tersebut berada dalam rangkaian tur bertajuk ”Greatest Hits Tour 2022”.
Danny O’Donoghue, Mark Sheehan, dan Glen Power tak sendirian mengelilingi Britania Raya dan Irlandia sejak pertengahan Mei 2022. Mereka menggandeng Ella Handerson, penyanyi asal Britania Raya, untuk membuka konser. Penonton memasuki gedung area konser sejak pukul 18.30. Mereka antre mengular di depan pintu gedung yang berkapasitas 14.300 orang itu. Ada yang duduk, ada pula yang berdiri di depan panggung.
Mengenakan setelan blazer dan celana berwarna fuchsia merah muda, Ella naik ke atas panggung sekitar pukul 19.30. Di tengah pertunjukkannya, dia mulai memantik penonton untuk merayakan kenangan, salah satunya lewat lagu ”Brave”. Dia mengatakan, lagu ini mengingatkannya pada situasi ketika berhadapan dengan kesehatan mental.
Selang satu jam, penonton menikmati waktu bersama artis jebolan The X-Factor Britania Raya itu. Mereka bernyanyi bersama lewat sejumlah lagu, seperti ”Ghost”, ”This is Real”, dan ”Crazy What Love Can Do”.
Setelah jeda, lampu arena konser yang semula menyala kembali meredup. Lampu sorot dan layar panggung menjadi sumber sinar utama. Disambut sorakan dan tepuk tangan penggemar, Danny, Mark, dan Glen menggebrak panggung lewat lagu ”Superheroes”.
Kampung halaman
Di atas panggung utama, The Script memainkan lima lagu. ”Saya mengharapkan pertunjukan di Skotlandia seperti di kampung halaman,” kata Danny sebelum memainkan lagu berikutnya, yakni ”Paint the Town Green”.

Aksi panggung The Script yang beranggotakan Danny ODonoghue, Mark Sheehan, dan Glen Power di gedung The OVO Hydro–Scottish Event Campus, Glasgow, Skotlandia, Jumat (27/5/2022). Lewat konser tersebut, The Script mengajak penggemarnya merayakan beragam kenangan dalam kehidupan.
Lagu ini mengisahkan seseorang yang merindukan kampung halamannya di Dublin, Irlandia. Demi menggenapi harapannya, dia mengganti kata Dublin menjadi Glasgow dalam lirik ”And that life you had in Dublin now ain't nothin’ but a dream. To be right there in that moment, you'd give anything to be”.
Setiap lirik dalam lagu itu menggambarkan Dublin. Ada festival Saint Patrick’s Day yang memanggil pulang. Ada pula kenangan naik kereta bawah tanah atau subway di jalur Luas untuk pergi ke Hudson atau Lifey. Tak lupa warna hijau yang menjadi warna tersohor di Irlandia. Selama lagu dimainkan, pencahayaan panggung pun berwarna hijau.
Mengharapkan Skotlandia menjelma sesaat menjadi kampung halaman The Script bukanlah hal yang muluk-muluk. Irlandia memiliki sejumlah kemiripan dengan Skotlandia. Publikasi berjudul ”Journal of Irish and Scottish Studies” menyebutkan, pada abad ke-17 terjadi migrasi dari Skotlandia ke Ulster atau Irlandia bagian utara dan dua abad setelahnya, penduduk Irlandia bermigrasi ke Skotlandia. Kedua negara juga memiliki akar budaya dari bangsa Celtic dan bahasa tradisional Gaelic.
Di tengah lagu tersebut, Danny, Mark, dan Glen berpindah panggung. Mereka turun dari panggung utama, lalu berjalan lewat sisi kanan dan menapaki jalur yang sudah disiapkan di antara kerumunan penonton. Dekat dengan tribune bangku penonton, terdapat panggung kecil yang luasnya berukuran sekitar seperempat hingga sepertiga panggung utama. Dentuman perkusi yang memainkan ketukan lagu ”Paint the Town Green” mengiringi selama mereka berjalan.
Berselang 2,5 menit, refrain ”just like home, let’s color the streets like our own, let’s make this place feel like our home. If it’s just you and me, it’s alright ’cause tonight we’re gonna paint the town green” kembali berkumandang dari panggung kecil. ”Lagu ini tampaknya juga akan membuat saya memikirkan Glasgow lagi dan lagi,” kata Danny setelah selesai bernyanyi.
Dari panggung yang sama, dia juga mengajak penonton kilas balik ke masa-masa awal The Script terbentuk di Irlandia. Lewat lagu ”Before the Worst” yang ditulis bersama Glen dan Mark pada album pertama, dia merayakan persahabatan. Pada lagu ini, dia bernyanyi sambil memainkan keyboard.

Aksi panggung The Script yang beranggotakan Danny ODonoghue, Mark Sheehan, dan Glen Power di gedung The OVO Hydro-Scottish Event Campus, Glasgow, Skotlandia, Jumat (27/5/2022). Lewat konser tersebut, The Script mengajak penggemarnya merayakan beragam kenangan dalam kehidupan.
Merayakan kampung halaman sepaket dengan mengenang momen bersama keluarga. Pada lagu kesepuluh, Danny menyanyikan ”If You Could See Me Now” yang dituliskan untuk ayah Danny yang meninggal dunia pada 14 Februari. Sebelum lagu itu dimainkan, Danny berpindah lagi untuk bernyanyi di tengah tribune penonton.
Lewat lagu itu, dia mengenang hubungannya dengan sang ayah, terutama ketika dia masih muda dan dalam hal bermusik. ”Semoga dia (sang ayah) melihatku di sini dari atas sana,” ujarnya menjelang menyanyikan lagu tersebut.
Kenangan mantan
Lirik-lirik putus cinta ala The Script sudah menjadi lagu kebangsaan kaum patah hati. Kalimat dalam lagu-lagu tersebut dapat menjadi pesan yang disampaikan untuk mantan pada masa lalu. Saat berada di tengah tribune, Danny meminta seorang penonton perempuan menelepon mantannya. ”Halo Jimmy, ini lagu untukmu. Tetaplah tersambung ditelepon,” katanya begitu si mantan mengangkat telepon.
Arena konser pun langsung dipenuhi senandung: ”and my mates are all there tryna calm me down ’cause I’m shouting your name all over town. I’m swearing if I go there now, I can change her mind turn it all around. And I know that I’m drunk but I’ll say the words and she’ll listen this time even though they’re slurred. So I dialed her number and confessed to her. I’m still in love but all I heard was nothing”. Layar panggung sesekali menampilkan wajah si mantan yang ditelepon.
Menelepon mantan dari penggemar sambil menyanyikan lagu ”Nothing” dari tribune penonton menjadi puncak aksi panggung Danny dalam merayakan kenangan putus cinta. Sebelumnya, di atas panggung kecil, Danny duduk dan menyanyikan lagu ”The Man Who Can’t Be Moved”.

Aksi panggung The Script yang beranggotakan Danny ODonoghue, Mark Sheehan, dan Glen Power di gedung The OVO Hydro-Scottish Event Campus, Glasgow, Skotlandia, Jumat (27/5/2022). Lewat konser tersebut, The Script mengajak penggemarnya merayakan beragam kenangan dalam kehidupan.
Meskipun tidak bernuansa putus cinta, lagu ”Never Seen Anything ’Quite Like You’” membuat Putu Ayu Indira Ardiyatna mengenang mantannya di zaman putih abu-abu saat menikmati konser The Script. ”Dulu dia (mantan) suka menyanyikan lagu itu untukku. Kami berdua sama-sama menyukai lagu The Script,” ujar mahasiswa strata-II (S-2) University of Glasgow asal Indonesia itu saat ditemui, Jumat (3/6/2022).
Di atas panggung utama, The Script juga memainkan lagu ”Six Degrees of Separation”. Lagu ini menjadi favorit Wan Izalea Dayana Binti Mohd Khairy, mahasiswa S-2 University of Glasgow asal Malaysia. ”Malam ini kita akan menangis,” katanya saat menunggu konser dimulai.
Menjelang konser berakhir, The Script membawakan ”Breakeven”, salah satu lagu kebangsaan patah hati populer. Di lagu kedua, mereka juga mengajak penonton berjoget di tengah rasa sakit hati lewat lagu ”Rain”. Secara total, mereka memainkan 19 lagu dari keenam album yang dirilis sepanjang 2008-2019.
Lagu ”Hall of Fame” menutup konser pada Jumat malam itu. Bagi Qinthar Aghnia Audiawarman, mahasiswa S-2 University of Glasgow, lagu itu membuatnya mengenang masa-masa sekolah yang penuh tuntutan. Menurut dia, lagu tersebut menjadi penyemangat. Secara pribadi, lagu itu memberikan pesan, tidak perlu menjadi orang yang tersohor untuk bermanfaat bagi orang lain. ”Kita bisa bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, ataupun komunitas terdekat kita,” ujarnya.
Tak bisa dimungkiri, kenangan yang membentuk diri dan pribadi hingga saat ini patut dirayakan lewat alunan musik dan lagu. Bahkan, tak jarang kenangan-kenangan itu mengantarkan pada kemenangan hidup, baik kecil maupun besar.