Horor KKN Nan Fenomenal
Film horor besutan sutradara Awi Suryadi, KKN di Desa Penari, hingga Kamis (19/5/2022) sore telah ditonton 7,2 juta penonton. Film ini memecahkan rekor film horor dan film nasional dengan jumlah penonton tertinggi.
Film horor besutan sutradara Awi Suryadi, KKN di Desa Penari, hingga Kamis (19/5/2022) sore telah ditonton 7,2 juta penonton. Selain memecahkan rekor film horor dengan jumlah penonton tertinggi, film ini juga menjadi film dengan jumlah penonton terbanyak dalam sejarah perfilman di Tanah Air.
KKN Di Desa Penari yang diproduksi oleh Rumah Produksi MD Pictures tersebut berkisah tentang enam mahasiswa yang sedang menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di sebuah desa. Mereka adalah Nur (Tissa Biani), Widya (Adinda Thomas), Ayu (Aghniny Haque), Bima (Achmad Megantara), Wahyu (Fajar Nugraha), dan Anton (Calvin Jeremy).
Sebagai program KKN pertama di desa tersebut, mereka berharap bisa memberi sumbangsih bagi kemajuan desa. Sayangnya sejak awal kedatangan mereka, banyak hal aneh bermunculan. Saat berkeliling desa bersama Pak Prabu (Kiki Narendra), sang Kepala Desa, Nur misalnya, melihat makhluk hitam besar dengan mata merah menyala yang tak pelak membuatnya ketakutan.
Banyak lagi hal lain yang membuat penasaran. Seperti Widya yang penasaran dengan banyaknya sesajen yang diletakkan di berbagai tempat. Bahkan Wahyu yang kocak pun penasaran mengapa setiap batu nisan di pemakaman dibungkus kain hitam.
Suasana desa yang sepi, terletak di tengah hutan tanpa jaringan listrik, makin membuat suasana desa terlihat mencekam. Nuansanya terasa angker, terlebih dengan banyaknya lokasi atau bangunan-bangunan yang tak lumrah, pun terlarang. Penduduknya pun didominasi orang-orang tua. Tak ada anak-anak atau orang muda di desa tersebut.
Pelan namun pasti, penonton terus digiring ke dalam suasana mencekam, berganti-gantian dengan pemandangan indah dari hasil pengambilan gambar yang estetik. Tak bisa dimungkiri, banyak gambar-gambar indah disuguhkan di film ini. Nuansa mistis dan horor disuguhkan dalam bungkusan gambar-gambar lokasi yang indah serta sudut-sudut pengambilan gambar puitik, menciptakan aroma kengerian yang terasa organik dan nyata. Jalinan ceritanya mengalir, membuat film ini menarik untuk terus diikuti.
Di tangan Awi, horor di film yang diadaptasi dari thread twitter milik Simple Man ini memang terasa menggigit. Kelindan antara kultur, aroma mistis yang kuat serta latar luar ruang yang bernuansa mencekam namun puitik, menjadi horor baru yang berbeda dengan horor-horor Garapan Awi sebelum ini.
Begitupun sosok lelembut yang menjadi daya tarik utama film ini. Sosok lelembut yang bernama Badarawuhi (Aulia Sarah), tak muncul dalam wujud mengerikan namun justru cantik jelita.
Keberadaannya di desa tersebut, telah membuat banyak keganjilan terjadi. Karena Badarawuhi, alih-alih sukses merampungkan program kerja yang mereka rencanakan, KKN itu hancur berantakan karena kesalahan yang diperbuat Bima dan Ayu hingga merenggut nyawa mereka.
Luapan emosi yang ditampilkan para pemain, terutama Nur dan Widya, sungguh terasa menggerus emosi. Pesan film ini jelas, di mana kaki berpijak, di situ langit dijunjung.
Bersyukur
Dalam wawancara Jumat (20/5/2022) sore, Awi mengatakan, merasa bahagia dan bersyukur atas pencapaian film KKN di Desa Penari. Sejak awal Awi memang sudah mematok target pribadi, ingin film ini mengalahkan rekor film horor besutannya sebelumnya, yaitu Danur, dengan 2,7 juta penonton.
“Jadi saya pikir ya saya ngukur effort saya sendiri aja sih. Effort yang saya masukkan ke proyek KKN melebihi effort saya di Danur 1, artinya ya saya berharap ini bisa ngalahin 2,7 juta. Ternyata nggak hanya memecahkan rekor untuk film horor aja, tapi juga film Indonesia,” ujarnya, bungah.
Kesuksesan KKN di Desa Penari, menurut Awi, tak lepas dari dukungan penuh yang diberikan Manoj Punjabi, CEO MD Pictures yang menjadi produser film KKN di Desa Penari. Sejak awal, Manoj sudah memberikan komitmen untuk meningkatkan production value film KKN dibanding film-film yang pernah mereka buat sebelumnya, yaitu Danur Universe.
“Kalau di Danur boleh dibilang, saya syutingnya cukup ekspres. Setiap judul Danur rata-rata shooting cuma 12-13 hari. Kalau ini, karena tuntutan naskah, awalnya dikasih shooting 25 hari. Lalu karena kendala cuaca, hujan badai, akhirnya total jadi 33 hari,” ujarnya.
Dengan panjangnya waktu syuting, Awi jadi lebih leluasa mengerjakan adegan-adegan di KKN. Setiap adegan bisa dia olah lebih matang lagi. Awi misalnya, mengerahkan pawang untuk menyediakan ular endemis sesuai lokasi yang ditampilkan di film.
“Cari sampai Cilacap dan dibawa ular-ular kecil. Saya sudah berkomitmen sejak awal, enggak mau pakai CGI (gambar yang dibuat dengan komputer),” katanya.
Selain itu, pemilihan lokasi juga turut memberi andil. Sebelumnya, Awi lebih banyak syuting di Jabodetabek, kecuali Danur 3.
“Kalau ini juga karena kita udah komit mau cari lokasi yang bisa deliver thread-nya Simple Man, ya udah kita mutusin ke Yogyakarta. Hutannya kita udah suka, kita bikin bilik mandinya Nur dan Widya dan lainnya. Effortnya jauh lebih tinggi dibanding sebelumnya. Kalau kata Pak Manoj, ini next level, kita naikin level kita dari Danur 1, 2, 3,” kata Awi.
Hal-hal itu, ujarnya, akhirnya berefek pada gambar-gambar yang dihasilkan. Meski ada yang tak suka dengan filmnya, namun tak ada yang tak sepakat bahwa gambar-gambar yang dihasilkan sangat bagus. “Jadi secara visual kelihatan, apapun. Maksudnya duit yang kita keluarkan, selama produksi itu kelihatan di layar,” kata Awi.
Begitu pula dalam menentukan para pemain. Awi mengaku sangat berhati-hati. Badarawuhi adalah pemeran yang paling lama masa casting-nya.
“Kita juga cukup waktu untuk melakukan workshop. Mereka latihan dialek Jawa. Untungnya juga beberapa dari mereka udah pernah satu produksi, jadi mereka udah sahabat in real life. Tiap hari shooting ada acting coach, ada dialek coach yang temenin mereka. In between take mereka tetap berdialog bahasa Jawa,” imbuh Awi.
Optimistis
Saat Gala Premier KKN di Desa Penari, optimisme sudah tebersit dari wajah semringah Pendiri dan Chief Executive Officer MD Pictures Manoj Punjabi. “Harapan saya memang memecahkan rekor. Malah, feeling (perasaan) saya sangat kuat,” ujarnya seraya tersenyum, di Jakarta, Jumat (22/4/2022).
Saat itu, ia tak menyebut perkiraan jumlah penonton KKN di Desa Penari namun sebagai refleksi, Kukira Kau Rumah disaksikan hingga 2,21 juta orang. Tak heran Manoj menaruh harapan besar. Drama yang sama-sama diproduksi MD Pictures itu memecahkan rekor film dengan penonton terbanyak pada masa pandemi.
“Waktu itu, pandeminya cukup merisaukan. Sekarang, kontennya bagus, harus lebih banyak ditonton meski bersaing dengan empat film besar lain,” katanya.
Setelah dua tahun dipendam, film itu dirilis pada 30 April 2022. Manoj sempat diprotes warganet. Mereka menggerutu dan menyatakan ogah menonton KKN di Desa Penari. Giliran film itu dipastikan mengisi bioskop, warganet menyambut hangat.
“Saya dianggap PHP (pemberi harapan palsu). Sekarang, mereka gembira. Namanya benci tapi cinta,” katanya sambil terbahak.
Ia menilai peluncuran KKN di Desa Penari saat libur Lebaran sangat tepat. Manoj mengatur pula strategi dengan memasang dua versi filmnya, cut dan uncut. Ia khawatir fans bakal kecewa jika visualisasinya tak sesuai dengan cerita daring yang viral.
“Persoalannya, beberapa adegan kategorinya untuk penonton umur 17 tahun ke atas. Kalau enggak tersedia pilihan buat penonton umur 13 tahun, susah,” katanya.
Manoj mempersilakan penonton remaja menyaksikan versi cut dengan selisih durasi delapan menit. Bioskop pun dibebaskan menayangkan kedua versi atau satu saja. Manoj membahas KKN di Desa Penari dengan Lembaga Sensor Film.
“Mereka bilang tak pernah melakukannya terhadap dua film serentak. Setahu saya, baru pertama kali di Indonesia. Biayanya ekstra tapi saya pengin penonton senang,” ucapnya.
Manoj tak menampik jika permintaan untuk film yang shooting-nya dilakukan di Yogyakarta itu termasuk tinggi. Salah satunya ular yang sangat banyak. “Harus asli. Kalau efek spesial gampang banget. Jadinya sangat challenging (menantang) mendapatkan ular,” ujarnya.
Masalahnya, bukan terletak pada murah atau mahal, namun Manoj ingin hewan riil yang merambati pemain-pemain film itu dengan emosi. “Perasaan itu suka diremehkan, padahal penting. Kalau ularnya komputerisasi, kelihatan tapi saya mau pengalaman baru,” katanya.
Ia juga bersikeras membangun set di tengah hutan. Manoj yang sempat mengunjungi lokasi shooting pun terpaksa menghadapi banyak tantangan. “Hujan deras, setnya lengser, dan pohon tumbang. Saya mau buru-buru rilis tanggal 20 Maret 2020. Tahu begitu (tertunda), santai saja,” ujarnya sembari tertawa.
Manoj rupanya terbukti. Hingga hari ini, belum tampak tanda-tanda jumlah penonton KKN di Desa Penari melandai.