Menari Bersama Imajinasi Van Gogh
Melalui pameran tiga dimensi ini, pengunjung diajak mengenal sisi lain sang pelukis sekaligus menari bersama imajinasi Van Gogh.
Nyaris 150 tahun lalu, seorang pemuda bernama Vincent Willem van Gogh terdampar di London, Inggris, sebagai pramuniaga. Di London, ia jatuh cinta dengan budaya Inggris. Van Gogh muda sering blusukan ke galeri seni dan membaca karya sastra. Perjalanan hidup mengantarnya menjadi pelukis legendaris dengan karya seni melampaui generasi.
Perjalanan hidup Van Gogh, beserta karya-karya yang menggugah dunia, dapat dilihat di pameran interaktif ”Van Gogh–the Immersive Experience” di London. Sebelum sampai London, pameran ini keliling dunia antara lain di Washington DC, New York, Tel Aviv, dan Beijing. Bagi pengagum Van Gogh, ada perasaan sentimental karena di kota ini sang pelukis pertama kali menyelami dunia seni. Melalui pameran tiga dimensi ini, pengunjung diajak mengenal sisi lain sang pelukis sekaligus menari bersama imajinasi Van Gogh.
Memasuki ruang pameran di 106 Commercial Street, London, Jumat (1/4), tulisan besar ”Van Gogh–the Immersive Experience” dengan latar lukisan bunga matahari. Bunga berwarna kuning itu memberikan kesan ceria, sesuai cuaca London yang mulai memasuki musim semi. Tidak melewatkan kesempatan, banyak pengunjung berfoto di depan tulisan yang Instagram-able ini. Setelah melewati tulisan, saya masuk ke lorong yang mengantar ke dalam ruang pameran dengan perpaduan karya lukis, suara, teknologi, dan gambar tiga dimensi.
Ruang pameran Van Gogh terbagi menjadi tiga bagian. Ruang pertama merupakan virtual museum. Di ruang ini ditampilkan karya-karya sang seniman dan perkembangan gaya melukisnya. Karya-karya Van Gogh ditampilkan dengan cara yang mengejutkan melalui perpaduan musik dan animasi. Karya lukis yang menggambarkan sungai, misalnya, ditampilkan melalui animasi air yang mengalir kemudian membentuk aliran danau virtual. Demikian juga seri lukisan bunga matahari yang ditampilkan dari satu tangkai kemudian berkembang menjadi rangkaian bunga dalam vas. Cara ini berhasil membuat lukisan Van Gogh terasa lebih hidup.
Hal lainnya, karya Van Gogh ditampilkan bersama tulisan tangannya. Misalnya, ia menulis: ”Great things are done by a series of small things brought together (Hal-hal besar dilakukan oleh serangkaian hal-hal kecil yang disatukan)”. Hal ini menunjukkan kebiasaan sang seniman yang kerap menuliskan kata-kata mutiara pada lukisan. Selain itu, kalimat yang ia tuliskan juga menggambarkan prinsip dan cara hidupnya sehari-hari.
Bagian kedua dari ruang pameran berusaha menghidupkan karya Van Gogh melalui pameran tiga dimensi. Contohnya, lukisan ”The Bedroom” dihadirkan dalam bentuk replika ruang tidur lengkap dengan kasur, meja, dan kursi. Keunikan Van Gogh adalah ia menjadikan lingkungan tempat tinggalnya sebagai inspirasi. Ruang tidur sekaligus studio melukisnya semasa tinggal di Perancis, pada Februari 1988-Desember 1890, ini dijadikan inspirasi melukis.
Bagian terakhir pameran ini merupakan yang terbaik. Bagian ini menampilkan gaya melukis Van Gogh yang telah berkembang dari awal ia mulai melukis hingga gaya terakhirnya. Beberapa lukisan menampilkan kesederhanaan suasana perdesaan, atau keceriaan melalui warna dan bentuk bunga dan pemandangan alam, tapi tak jarang ia juga melukis sesuatu yang gelap. Suasana rumah sakit jiwa tempat ia pernah dirawat, misalnya, dilukis dengan muram.
Lukisan-lukisan ini ditampilkan melalui proyektor 360 derajat yang ditembakkan di empat sisi tembok dan atap dan lantai ruangan. Penonton menyaksikan lukisan sambil duduk di kursi santai, atau berbaring menatap langit-langi ruangan. Dengan perpaduan cahaya, gambar bergerak, dan musik yang selaras dengan mood lukisan, pengunjung diajak tidak hanya menjadi penonton karya seni, tapi juga menjadi bagian dalam imajinasi dan suasana hati sang pelukis.
Ketika lukisan menampilkan suasana perdesaan, muncul perasaan tenang. Dari layar proyektor terlihat delman yang bergerak, aliran air, juga tanaman yang bergoyang tertiup angin. Begitu lukisan Starry Night yang muncul, bintang-bintang bergerak membuat imajinasi melayang.
”Pameran ini membuat saya emosional,” kata pengunjung pameran asal Indonesia, Joshua Ardhito D Harmani. Mahasiswa jurusan Public Health di London School of Hygiene and Tropical Medicine ini mengatakan, ia sangat terkesan karena pengujung diajak mengenal sejarah hidup Van Gogh dan berbagai lukisan yang menggugah. Selain itu, ia juga berkesempatan mewarnai beberapa lukisan Van Gogh. ”Benar-benar mengembalikan nostalgia masa kecil,” katanya.
Pengunjung lainnya, Daniel Alexander Adipradhana, menuturkan, pameran ini memberikan impresi yang cukup personal dan menyentuh hati. ”Saya paling suka bagian akhir pameran. Di ruang terakhir ada banyak kursi santai sehingga pengunjung bisa istirahat sejenak, tenggelam dalam imajinasi masing-masing sambil menikmati animasi lukisan Van Gogh,” kata pemuda yang kuliah di Royal College of Music Jurusan Collaborative Piano ini.
Sumber inspirasi
Van Gogh merupakan pelukis yang lahir di Belanda pada 1853. Ayahnya pernah menjabat sebagai menteri negara dan ibunya seorang seniman. Pada usia 15 tahun, keluarga Van Gogh mengalami kesulitan ekonomi. Ia lalu bekerja di galeri seni milik pamannya di Den Haag, Belanda. Pemuda ini sempat dipindahkan bekerja sebagai pramuniaga di London. Di waktu luang, Van Gogh mengunjungi galeri seni dan membaca karya sastra.
Ia kemudian pindah di Borinage, Belgia. Ketika kembali ke Belanda, pemandangan alam menginspirasinya untuk melukis. Ia menyukai warna alam, seperti putih, coklat tanah, dan ungu. Warna cerah yang sebelumnya sering digunakan Van Gogh berangsur-angsur berubah menjadi warna gelap seiring dengan pengalaman hidupnya yang mengalami gangguan mental.
Van Gogh sempat dirawat di rumah sakit jiwa di Saint-Remy-de-Provence, Perancis, setelah memotong telinganya sendiri. Tempatnya dirawat dikelilingi oleh hamparan ladang gandum, kebun anggur, dan ladang zaitun. Kanvas, cat minyak, dan pemandangan alam menjadi pelipur lara selama masa pengobatan. Pada 1890, Van Gogh kembali ke Paris. Ia melukis karya terakhirnya, sebelum meninggal di pangkuan saudaranya, Theo, pada usia 37 tahun.
Mengamati lukisan Van Gogh seperti membaca diari kehidupannya. Ada sisi pahit juga manis. Ada warna terang juga gelap. Terang, bayangan, dan goresan, membentuk karya seni penuh inspirasi. Banyak yang menganggap kisah hidup Van Gogh penuh kesedihan. Namun, fase kesedihan yang dihadapi seseorang bukanlah satu-satunya hal yang mendefinisikan siapa mereka. Pameran Van Gogh justru membawa pengunjung memahami karya lukisnya yang merupakan buah cinta dan ketulusan sang seniman dalam berproses dalam dunia seni.
Konsistensi Van Gogh dalam berkarya dapat terlihat dari seri lukisan sunflowers (bunga matahari) yang dibuatnya selama bertahun-tahun. Bunga berwarna kuning melambangkan harapan, hal baik, energi, dan masa depan. Lukisan bunga matahari juga menunjukkan fase kehidupan manusia. Saat ini, bunga matahari dikenal sebagai simbol perdamaian di Ukraina.
Van Gogh menciptakan seri lukisan bunga matahari sejak 1887 ketika ia tinggal bersama Theo. Lukisannya menampilkan bunga matahari di dalam kanvas yang berada di atas meja. Pelukis yang telah melahirkan lebih dari 2.000 karya ini lalu menggambar bunga matahari dengan gaya berbeda sepanjang 1888–1889.
Rupanya, selama hidupnya ia telah menggambar sebelas lukisan dengan obyek yang sama. Lukisan bunga matahari yang paling terkenal kini disimpan di National Gallery, London. Sementara salah satu lukisan hilang saat Perang Dunia Kedua. Di studionya di Arles, pada 1888, Van Gogh menulis surat untuk Theo: ”Saya akan melukis bunga matahari setiap pagi, sejak matahari terbit karena bunga ini cepat layu, dan ini akan berarti melakukan segala sesuatunya dalam sekali kesempatan.”
Selain menggambar bunga matahari, Van Gogh juga melukis bunga lili dan mawar. Warna lukisan yang ada sekarang sudah banyak berubah dengan aslinya. Warna violet bunga lili sebelumnya biru. Peneliti menemukan warna itu berubah karena ketidakstabilan pigmen. Namun, perubahan warna ini tidak mengubah keindahan karya yang dihasilkan. Lukisan bunga lili juga menemaninya selama seniman itu berada pada kondisi gangguan kesehatan mental.
Karya yang juga menarik adalah ”Starry Night” yang merupakan karya hasil dari imajinasi, memori, dan emosi selama mengalami gangguan kesehatan mental. Ia menggambar ini ketika dirawat. Lukisan yang dibuat dengan cat minyak ini mengambarkan pemandangan langit bertabur bintang. Menatap lukisan ini membawa saya terbang pada imasjinasi dan mimpi Van Gogh yang kaya intepretasi.