Upaya untuk menjaga spirit inklusif, Academy Awards 2022 mempertahankan keberagamannya. Tak hanya tentang warna kulit, ras, dan jender. Kali ini, waktunya siapa pun berhak bersuara dan mendapat ruang di panggung.
Oleh
RIANA A IBRAHIM, ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
Upaya untuk menjaga spirit inklusif, Academy Awards 2022 mempertahankan keberagamannya. Tak hanya tentang warna kulit, ras, dan jender. Kali ini, waktunya siapa pun berhak bersuara dan mendapat ruang di panggung supremasi tertinggi industri perfilman.
Semua tamu yang hadir di Dolby Theatre, Los Angeles, Amerika Serikat, Minggu (27/3/2022) malam, sontak berdiri dan serempak mengangkat kedua tangan dan menggerakkannya sebagai tanda bahasa isyarat Amerika yang berarti tepuk tangan. Respons itu dilakukan mengapresiasi film CODA yang berhasil meraih kategori film terbaik pada perhelatan Academy Awards Ke-94 ini.
Film berdurasi 111 menit ini berisi tentang seorang anak perempuan, Ruby, yang hidup bersama ayah, ibu, dan kakaknya yang tuli. Sesuai dengan judul film itu, CODA merupakan kependekan dari children of deaf adults atau sebutan untuk anak-anak dengan pendengaran normal yang tinggal dan besar dengan keluarga tunarungu. Ceritanya pun tak jauh dari kondisi tersebut dan upaya si anak untuk didengar serta bagaimana keluarganya berusaha bersuara untuk berdaya.
Kisah yang diadaptasi dari film Perancis bertajuk ”La Famille Bélier”(2014) ini juga mampu meraih skenario adaptasi terbaik. Keseluruhan tiga Piala Oscar yang diraih film ini serasa suara terpendam yang akhirnya mengemuka. Seperti suara Ruby yang menyentuh keluarganya yang tuli. Begitu pula keluarganya yang akhirnya mampu berdaya.
Dilansir dari The New York Times, selain film terbaik dan skenario adaptasi terbaik, CODA juga memenangi kategori pemeran pendukung pria terbaik. Troy Kotsur yang merupakan aktor tuli dan berperan sebagai ayah Ruby memecah kebekuan selama 35 tahun bagi artis seni peran tuli. Sebelumnya, pada 1987, Marlee Matlin untuk pertama kali menjadi aktris Tuli yang meraih Piala Oscar sebagai pemeran terbaik. Matlin sendiri ikut serta dalam CODA, yakni berperan sebagai ibu Ruby.
Aktris Youn Yuh-Jung, peraih pemeran pendukung perempuan terbaik Academy Awards 2021, mengumumkan nama Kotsur dengan menggunakan bahasa isyarat. ”Ini menakjubkan. Aku tak mempercayai ini. ASL (America Sign Language) telah menyelamatkan hidupku. Karena itu, aku bisa membaca, menguasai bahasa Inggris, matematika, dan sains, terutama membantuku terjun di teater dan memahami skenario. Bahasa isyarat begitu kaya,” ungkap Kotsur saat berpidato dengan bahasa isyarat di podium kemenangan, dikutip dari The Washington Post.
Sementara itu, pada kategori puncak, yakni film terbaik ini, CODA bersaing dengan delapan film lain. Antara lain Belfast, Don’t Look Up, Drive My Car, King Richard, Licorice Pizza, Nightmare Alley, West Side Story, Dune yang mengumpulkan enam Piala Oscar, dan The Power of Dog yang sempat dijagokan menjadi pemuncak.
Representasi
Sesungguhnya, isu disabilitas bukanlah hal baru. Sudah mulai banyak film yang merepresentasikan kaum termarjinalkan itu. Namun, di Oscar, isu ini selalu hangat dibahas lantaran film-film tentang disabilitas yang menang untuk empat kategori bergengsi masih bisa dihitung dengan jari.
Beberapa di antaranya Rain Man (1988), Forrest Gump (1994), Ray (2004), King’s Speech (2010), dan The Shape of Water (2017) yang mengangkat isu disabilitas ini. Dari tunawicara, tunanetra, hingga autisme pernah diangkat.
Namun, khusus membahas tuli, dua film yang menembus Academy Awards yakni Children of Lesser God (1986) yang membawa Matlin meraih Piala Oscar dan Sound of Metal (2019). Hanya saja Sound of Metal tak menggandeng kawan tuli untuk berperan di situ.
Di tengah kontroversi yang masih membayangi perhelatan Academy Awards hingga insiden kekerasan yang dilakukan aktor Will Smith terhadap komedian Chris Rock, upaya merangkul beragam kalangan ini masih bergulir. Kemenangan Smith untuk kategori aktor terbaik hingga film animasi Encanto merupakan perwujudan kesetaraan ras dan warna kulit.
Diambil dari The Guardian, capaian Ariana DeBose yang memenangi pemeran pendukung perempuan terbaik lewat perannya sebagai Anita di West Side Story juga menjadikannya perempuan queer pertama berdarah Puerto Rico yang meraih Piala Oscar. Kesetaraan jender juga terpancar dari kemenangan berturut-turut sutradara perempuan.
Setelah Chloe Zhao lewat Nomadland pada tahun lalu, Jane Campion membukukan namanya sebagai sutradara terbaik melalui The Power of Dog. Film CODA juga digerakkan oleh perempuan, yakni Sian Heder sebagai penulis naskah dan sutradara.
The Academy sendiri telah meluncurkan Aperture 2025 sebagai tindak lanjut dari inisiatif A2020 yang menggandakan jumlah perempuan dan komunitas etnis/ras yang kurang terwakili secara signifikan pada tahun 2020. Academy Aperture 2025 bertujuan untuk memajukan dialog dan menantang sejarah untuk menciptakan komunitas yang lebih adil dan inklusif.
Institusi ini terus berusaha memperbaiki demografi keanggotaan organisasi agar lebih inklusif. Untuk anggota kelas 2021, The Academy mengajak 395 seniman dan eksekutif baru, dikutip dari pernyataan pers di Oscar.org yang dirilis pada Juli 2021.
”Keputusan pemilihan keanggotaan didasarkan pada kualifikasi profesional, dengan perwakilan, inklusi, dan kesetaraan tetap menjadi prioritas Academy Aperture 2025,” tulis The Academy.
Kelas 2021 terdiri dari 46 persen perempuan, 39 persen komunitas etnis/ras yang kurang terwakili, dan 53 persen perwakilan internasional dari 49 negara di luar Amerika Serikat.
Kembali pada film yang merupakan medium bersuara. Academy Awards bukan semata hiburan, melainkan juga ruang apresiasi bagi mereka yang sungguh sepenuh hati mengejar prestasi. Capaian yang sepatutnya tak dibatasi karena kondisi fisik, warna kulit, ras, ataupun jender.