Kritikus film Roger Ebert pernah menyatakan bahwa nyaris semua film yang banyak menampilkan motor punya tokoh utama pelawan hukum, atau mereka yang disingkirkan dari masyarakat konvensional.
Oleh
HERLAMBANG JALUARDI
·6 menit baca
Sejak lama, banyak film menyertakan motor sebagai salah satu bintangnya, alias berperan vital. Penunggangnya, biasanya aktor utama, tercitra sebagai individu bebas, penyuka tantangan, dan bersikap acuh tak acuh; menguatkan jalan ceritanya. Dari kuda besi, James Bond hingga Dilan adalah penunggang motor yang tampak tangguh, tapi bisa juga rapuh.
James Bond mengebut di atas motor tril rampasan dari orang yang semula hendak membunuhnya. Dengan penuh aksi di atas roda dua, dia naik-turun tangga, menyusuri gang sempit di pedalaman Italia, sampai jumping ke atas tembok. Jagoan kita ini harus buru-buru menghindar kejaran musuh yang pakai mobil dan motor. Dia menjemput kekasihnya yang menunggu di hotel. Itulah secuplik adegan film No Time to Die (2021) yang baru berjalan di tiga menit awal.
Dalam adegan itu, motor bagi Bond yang necis adalah tunggangan kala kepepet, yang penting bisa kabur dari musuhnya, dan segera bertemu kekasihnya, Madeleine (Lea Seydoux), yang aduhai menawan. Ketegangan belum berakhir ketika mereka berdua bertemu. Motor rampasan tadi digeletakkan begitu saja di pelataran hotel.
Motor sebenarnya hampir selalu ada di film seri James Bond. Namun, peran motor tak lebih menonjol dibandingkan mobil. Bond pakai motor kalau sedang terdesak, kabur dari musuh di gang-gang sempit. Para lawan Bond yang lebih sering ditampilkan menunggang motor.
Kesannya motor adalah tunggangan penjahat yang menakutkan. Musuh bermotor diperlukan sebagai pasukan tambahan untuk mengepung Bond. Bahkan, masih di No Time to Die, suara raungan motor memantik teror ketika Bond dan Medeleine sedang bersembunyi di hutan.
Di adegan lain di film itu, motor juga nampang di adegan romantis. Ceritanya, Bond baru bertemu perempuan bernama Nomi di sebuah bar. Mereka lalu pulang bareng. Nomi menawarkan Bond membonceng. Jagoan kita barang tentu tak menolak. Mereka lantas berboncengan menuju bungalow. Motor tunggangan Nomi ”kurang macho”, yaitu skuter Lambretta.
Beda dengan film The Batman (2022) yang masih tayang di bioskop. Adegan yang menampilkan motor lebih banyak dibandingkan film No Time to Die. Di film pahlawan berjubah ini, motor jadi tunggangan sehari-hari, sekaligus tunggangan beraksi para protagonisnya, yaitu Bruce Wayne alias Batman (Robert Pattinson) dan Selina Kyle alias Catwoman (Zoe Kravitz).
Motor tunggangan Selina juga bukan motor santai layaknya skuter yang dipakai Nomi di No Time to Die. Selina mengebut menyusuri jalan-jalan kelam kota Gotham dengan motor rakitan, atau custom. Modelnya bergaya café racer, gaya motor balap jalanan dari dekade 1970-an.
Menurut situs The Return of Café Racers, motor tunggangan Selina ini adalah modifikasi dari motor BMW R Nine T berjenis roadster. Bentuk tudung lampu depan, tangki bahan bakar, dan tonjolan radiator menguatkan dugaan itu. Dalam film, motor itu berkelir hitam polos seluruhnya, tak ada identitas pabrikan mana pun.
Selina, yang digambarkan berorientasi gender lentur, pakai helm penuh (full face) dan jaket kulit ketat serba hitam. Selina sepertinya lebih taat aturan keselamatan—meski nyetirnya juga ugal-ugalan—karena dia pakai helm, tak seperti Batman yang topengnya ada “tanduk” kecil itu.
Penumpas kejahatan
Motor yang dipakai Bruce Wayne, si Batman, juga hitam polos. Dengan model hampir serupa, tunggangan Batman tampak berdimensi lebih besar dibandingkan tunggangan Catwoman. Desain motor Batman, atau disebut Batcycle, dikerjakan oleh seniman Ash Thorp, yang juga mendesain Batmobile untuk film ini.
Batcycle di film The Batman terlihat jauh lebih sederhana dan “masuk akal” dibandingkan Batpods, motor di seri Batman sebelumnya, The Dark Knights. Ini sejalan dengan visi Matt Reeves yang menampilkan sosok Batman yang belum terlalu mapan sebagai penumpas kejahatan. Batman di The Batman adalah jagoan yang berjibaku dengan dendamnya.
Dalam akun Instagram-nya, Ash Thorp menjabarkan, Batcycle adalah adalah versi roda dua dari Batmobile. “Sebuah motor yang dibikin dan dibangun Bruce (Wayne) sendiri di garasinya bersamaan dengan dia membangun Batmobile,” tulis Thorp. Ya, rupa Batmobile di film ini juga terlihat seperti mobil rakitan, gabungan berbagai rupa elemen.
Rancangan Thorp terbentuk melalui risetnya pada berbagai model motor yang ada. Batcycle ini, tulis dia, mengampu dimensi panjang ala Suzuki Hayabusa “supaya Batman bisa mencokok penjahat dalam kecepatan tinggi“. Lengan ayun motor yang terlihat solid lantas tersambung dengan kerangka yang terekspos layaknya berbagai model motor keluaran Ducati.
Karakter Batman di film ini yang belum terlalu mapan sebagai penumpas kejahatan rasanya tepat menggunakan motor. Di film berdurasi hampir tiga jam ini, Batman lebih terkesan sebagai pemberontak. Dalam memburu mafia yang diduga membunuh orangtuanya, Batman juga berseteru dengan kepolisian Gotham yang korup. Motor jadi mitranya melawan hal-hal mapan.
Membicarakan motor dalam sinema tak terlepaskan dari film klasik Easy Rider (1969) yang dibintangi Peter Fonda, Jack Nicholson, serta Dennis Hopper—juga sutradaranya. Wyatt (Fonda) dan Billy (Hopper) adalah sejoli yang gemar bermotor jenis chopper. Keduanya pakai motor Harley-Davidson Hydra Glide keluaran 1952.
Film ini bisa jadi peletak fondasi film-film tentang kehidupan pemotor di AS, meski sebelumnya sudah ada The Wild One (1953) yang dibintangi Marlon Brando. Bedanya, The Wild One pakai motor Triumph bikinan Inggris, sementara Easy Rider pakai Harley-Davidson, merek kebanggaan AS. Apalagi, tangki motor tunggangan Wyatt berlukis motif bendera AS. Jadilah dia Kapten Amerika di atas kuda besi.
Dalam Easy Rider, Wyatt dan Billy berkendara menyusuri sisi selatan AS. Dalam perjalanan itu, mereka diam-diam menyelundupkan narkotika untuk pergi ke New Orleans mengikuti parade. Di jalan, pemuda luntang-lantung ini kerap ditolak oleh motel dan kafe karena penampilannya yang urakan. Tapi mereka tak peduli. Bagi mereka, kebebasan memilih di atas segalanya.
Melawan kemapanan
Mendiang kritikus film Roger Ebert pernah menyatakan bahwa nyaris semua film yang banyak menampilkan motor punya tokoh utama pelawan hukum, atau mereka yang disingkirkan dari masyarakat konvensional. “Mereka menolak nilai-nilai kemapanan. Kadang mereka pakai narkotika, berbaku hantam, dan polisi membenci mereka. Namun, biasanya ada sisi kepahlawanan di dalamnya,” kata Roger di situs rogerebert.com.
Pandangan Roger sulit disangkal. Berbagai film bersentral kehidupan pemotor setelah Easy Rider banyak yang berpremis seperti itu. Film Terminator 2: The Judgement Day (1994) serta Ghost Rider (2007) adalah segelintir contohnya. Serial televisi Sons of Anarchy juga memenuhi unsur itu: motor besar, baku hantam, melawan polisi, jualan narkotika.
Premis seperti itu juga sampai di film-film produksi Indonesia. Pada 1977, ada film Ali Topan Anak Jalanan yang dibintangi Junaedi Salat dan Yati Oktavia. Ali Topan (Junaedi) berasal dari keluarga mapan tapi kurang mendapat kasih sayang; ayahnya suka main serong, dan ibunya jarang di rumah. Ali Topan jadi resah, dan menemukan kehidupan menyenangkan di jalanan bersama motor trail-nya. Di lain sisi, Ali cemerlang di sekolah.
Ali naksir teman sekolahnya, Anna Karenina (Yati Oktavia). Selaras dengan Ali yang menemukan kebebasan di jalanan, Anna merasa terkungkung dalam aturan keluarganya. Hubungan mereka ditentang banyak pihak. Tapi, namanya anak muda, jalani saja dulu. Film ini memotret kehidupan masyarakat yang sedang berubah seiring pembangunan yang berorientasi ekonomi.
Motor juga dominan di tiga judul seri film bertokoh Dilan, yaitu Dilan 1990 (2018), Dilan 1991 (2019), dan Milea: Suara dari Dilan (2020). Agak berbeda dengan Ali Topan, Dilan (Iqbaal Ramadhan), si penunggang Honda CB 100, berasal dari keluarga harmonis. Tapi ayahnya suka main gampar. Dilan juga komandan tempur geng motor yang berkembang di sekolahnya. Geng motor di film ini saling serang.
Motor di film Dilan jadi sarana aktualisasi diri remaja, juga tunggangan bertempur. Namun begitu, di motor pula, Dilan dan Milea (Vanesha Prescilla) berboncengan mesra; Milea memeluk Dilan di atas motor ketika hujan turun. DI seri pertama trilogi ini, Dilan jarang terlihat pakai helm ketika berkendara. Ah, mungkin dia pikir dia Batman.