Bisa tinggal di rumah mewah dilengkap beragam fasilitas dan pelayanan canggih tapi dengan harga sewa terjangkau pastinya jadi idaman. Namun, bagaimana jika rumah itu menyimpan banyak misteri yang bahkan terkait kematian?
Oleh
WISNU DEWABRATA
·4 menit baca
Tawaran untuk tinggal di sebuah rumah mewah bercita rasa arsitektur indah nan unik pastinya sangat sulit ditolak. Apalagi rumah itu dilengkapi fitur teknologi canggih dan berlokasi di area strategis.
Daya tarik lain dari rumah itu adalah biaya sewa yang bisa dinegosiasikan sepanjang penyewa bersedia ikut aturan main dari pemilik rumah jika memang ingin tinggal di situ. Tak hanya itu, isi rumah pun sudah terjamin lengkap, sepaket dan senada dengan arsitektur rumah. Pokoknya calon penghuni tinggal angkat koper, datang, masuk, dan tinggal di dalamnya.
Namun begitu, akankah semua tawaran menarik tadi bakal tetap diambil setelah tahu ternyata rumah itu berlatar belakang kisah misterius, yang bahkan juga terkait dengan kematian?
Jawabannya menjadi bagian utama kisah dan alur cerita miniseri empat episode, The Girl Before (2021), yang tayang perdana pada 10 Februari 2022 di HBO Go. Drama romansa mencekam berplot melintir (twist) asal Negeri Britania Raya itu diadaptasi dari novel yang terbit di tahun 2016. Buku dengan judul yang sama telah terjual lebih dari 1 juta kopi.
Dikisahkan karakter utama, Jane (Gugu Mbatha-Raw), yang mendapat kesempatan pindah ke rumah ultraminimalis sangat asri rancangan seorang arsitek eksentrik misterius Edward Monkford (David Oyelowo). Rumah mahal yang hanya bisa disewa dengan harga terjangkau jika bersedia mematuhi aturan ketat pemilik.
Beberapa peraturan yang harus dipatuhi antara lain dilarang memelihara hewan, mempunyai anak, dan bahkan membawa barang-barang perabotan sendiri. Selain itu, penyewa juga akan diinspeksi secara berkala serta diwajibkan untuk menjawab sejumlah pertanyaan ala sebuah survei.
Pertanyaan-pertanyaan bisa muncul tiba-tiba secara acak melalui sistem operasi elektronik yang canggih di dalam rumah itu. Sistem operasi bernama Housekeeper dalam rumah tersebut juga berfungsi mengatur segala keperluan rumah serta penghuninya secara otomatis serta di saat itu juga (real time).
Setelah beberapa lama tinggal di dalam rumah pintar itu, Jane semakin merasa kalau rumah dan aturan-aturan yang menyertai justru mengubah dirinya secara tak terduga. Apalagi belakangan dia pun akhirnya mengetahui sosok mendiang perempuan, yang pernah tinggal di rumah itu sebelum dirinya.
Tak hanya mirip secara fisik, sosok Emma (Jessica Plummer), gadis yang tinggal di rumah itu sebelum Jane, juga punya sejumlah latar belakang kurang lebih sama rumitnya. Seperti juga Jane, Emma, yang tinggal bersama kekasihnya, Simon (Ben Hardy), dibayang-bayangi oleh sebuah kejadian traumatis.
Dua perempuan yang tinggal di rumah sama pada periode waktu berbeda itu masing-masing mengalami sebuah peristiwa, yang membawa luka psikologis mendalam, sebelum pindah ke rumah tersebut. Penggambaran keberadaan keduanya dilakukan bergantian secara paralel dalam setting waktu berbeda tetapi bersandingan sepanjang film.
Pendekatan cara penggambaran ber-setting waktu selang seling seperti itu terbilang menarik dan menjadikan alur cerita menjadi dinamis. Apalagi mengingat sejumlah peristiwa memang terkesan saling terkait lantaran sama-sama terhubung dengan karakter si pemilik rumah, Edward.
Penulis novel asli, JP Delaney atau nama samaran (pseudonym) dari sang pengarang, Tony Strong, ikut terlibat menggarap naskah miniseri ini. Dia bekerja sama dengan Marissa Lestrade. Sementara penyutradaraan dilakukan nominasi Emmy Awards, Lisa Brühlmann, yang sekaligus juga menjadi produser eksekutif.
Dalam sebuah wawancara dengan HBO Go, sang sutradara mengaku awalnya tertarik dengan premis film, yang intinya menyebut bagaimana seseorang bisa berubah lantaran pengaruh lingkungannya. Namun, setelah mempelajari lagi naskahnya, Brühlmann menilai film itu bercerita hal-hal lain, yang jauh lebih mendalam.
”Saya sadar film ini ternyata juga bercerita tentang persahabatan dan solidaritas antar perempuan. Tentang bagaimana perempuan bisa saling membela dan membantu satu sama lain. Saya pikir semua itu sangat indah dan layak untuk disuarakan,” ujar Brühlmann.
Dalam wawancara terpisah, pemeran Emma mengaku sangat tertarik dengan alur cerita di miniseri itu walau belum pernah membaca versi novelnya. Plummer juga senang lantaran bisa beradu akting dengan Ben Hardy. Pada kehidupan nyata, Plummer dan Hardy, pemeran drumer Queen, Roger Taylor di film Bohemian Rhapsody (2018), adalah pasangan kekasih.