Wabah Zombi dan Perundungan di Sekolah ”Negeri Ginseng”
Serbuan zombi dalam film Korea semakin menguat beberapa tahun terakhir. Zombi menyerbu kota, negara, sampai sekolah, dan kereta api. Penonton rupanya bersukacita dalam ketakutan.
Oleh
WISNU DEWABRATA
·4 menit baca
Sebagian pencinta film Korea punya kegandrungan tersendiri pada kisah-kisah fiksi horor tentang zombi. Hal itu setidaknya bisa terlihat dari sedemikian banyaknya film bertema sejenis, baik layar lebar maupun serial, dalam lima atau enam tahun terakhir.
Film-film bersubgenre zombi, entah berlatar zaman kerajaan, era modern, perdesaan, perkotaan, sekolah, apartemen, dan sebagainya mudah kita temui. Ada Zombie School (2014), sekuel Train To Busan (2016), Rampant (2018), Kingdom (2019), Peninsula (2020), #Alive (2020), dan yang terbaru All of Us Are Dead (2022).
Film-film jenis itu tampaknya digemari lantaran tingkat keseraman serta kengeriannya terbilang meyakinkan. Dalam banyak cerita zombi, banyak cerita berawal dari insiden infeksi virus, yang kemudian dengan cepat menular dan menyebar hingga menjadi wabah. Penularan biasanya dikisahkan terjadi lewat gigitan sang zombi ke setiap korbannya.
Kisah dalam All of Us Are Dead diawali keseharian sebuah sekolah menengah atas di kota Hyosan, lengkap dengan problematika seputar anak remaja dan para guru. Selain itu, disisipkan pula soal persahabatan, cinta monyet, aksi perundungan, seks bebas, siswa hamil, perilaku birokrat sekolah yang tak elok, serta soal perundungan.
Soal perundungan menjadi akar masal kemunculan wabah zombi dalam film ini. Sutradara Lee Jae-kyoo mengatakan, isu perundungan menjadi salah satu problematika yang ia sorot. Mengutip kantor berita Korsel, Yonhap, Lee menyebut apa yang terjadi di sekolah merupakan refleksi apa yang sebenarnya terjadi di masyarakat negerinya.
Lee mengaku tak ragu mengangkat dan menggambarkan masalah perundungan secara rinci dalam filmnya walau banyak kritik bermunculan. Dia mengakui banyak pihak merasa tak nyaman melihat rincinya penggambaran yang dibuatnya.
”Mereka ingin menjaga jarak dari semua itu. Namun, apa yang terjadi di lingkungan kita sebetulnya tak jauh berbeda dengan yang terjadi di sekolah-sekolah. Kita bisa menjadi penonton atau bahkan korban dengan atau tanpa kita menyadarinya,” ujar Lee mengingatkan.
Serial yang tayang perdana 28 Januari 2022 di platform penayang film digital berbayar (OTT) Netflix itu awalnya terkenal dalam bentuk komik web populer. Komik berjudul Now at Our School (Jigeum Woori Hakkyoneun) karya Joo Dong-Geun itu terbit pada 2009 di portal Napster.
Seperti film-film horor bersubgenre zombi lainnya, banyak adegan di film ini terbilang berkategori sadis, penuh darah, potongan tubuh, atau bagian tubuh yang tercabik-cabik. Bagi anak-anak dan mereka yang tak tahan melihat darah atau adegan sadis, sebaiknya tidak menonton film ini. Baiknya di-skip saja ketimbang bakal mengalami sulit tidur atau merasa mual gara-gara melihat banyak darah yang muncrat di sejumlah adegan.
Virus zombi
Wabah zombi diceritakan bermula dari penyebaran virus misterius secara tak sengaja di sekolah Hyosan. Seperti pakem cerita zombi lain, mereka yang tergigit tak lama akan langsung tertular dan berubah menjadi zombi.
Sementara itu, sejumlah siswa yang selamat di sekolah ini mencoba berjuang, saling jaga dan bertahan sambil menunggu datangnya bala bantuan. Mereka adalah sahabat sejak kecil, yakni Nam On-jo (Park Ji-hu) dan Lee Cheong-san (Yoon Chan-young), ketua kelas Nam-ra (Cho Yi-Hyun), gadis kaya tetapi jahat, Na-yeon (Lee Yoo-mi). Ada juga remaja pria idaman On-jo, Lee Su-hyeok (Park Solomon), perundung, Yoon Gwi-nam (Yoo In-soo), atlet pemanah sekolah, Ha-ri (Ha Seung-ri), dan gadis tomboy perokok, Park Mi-jin (Lee Eun-saem).
Kebanyakan pemain remaja yang terlibat di film ini masih terbilang baru di dunia film. Hanya Park Ji-hu yang lumayan punya prestasi dan patut diperhitungkan kariernya. Pada 2019, Park pernah memenangkan Tribeca Film Festivals Awards untuk filmnya, House of Hummingbird (2018).
Lebih lanjut, alur cerita All of Us Are Dead terutama berputar pada upaya untuk bertahan hidup sebisa mungkin dengan menghindari dan memerangi para mayat hidup. Selain itu, para remaja juga sama-sama berjuang untuk saling mengatasi dan menghadapi ego diri dan konflik di antara mereka.
Menariknya, di satu adegan salah seorang karakter menyinggung film lawas Train to Busan ketika mencoba memahami dan menjelaskan kemungkinan wabah zombi di film ini. Dengan acuan itu, mereka kemudian mencari cara untuk bisa bertahan hidup dan bersembunyi dari serangan para zombi, yang tak lain adalah teman-teman dan guru mereka sendiri.
Salah seorang pemain, Yoon Chan-young, mengaku sangat senang bisa terlibat di film ini. Hal itu lantaran dirinya memang penggemar berat versi kartun web cerita All of Us Are Dead sejak lama. Dia mengaku sangat senang bisa ikut terlibat dalam pembuatan film itu.
Yoon menceritakan, salah satu kecelakaan menarik yang terjadi saat proses pengambilan gambar. Insiden kecil yang melibatkan kamera itu malah justru tak dihilangkan dan menjadi bagian efek estetis yang muncul di filmnya.
”Saat adegan berkelahi saya melempar sebuah alat penyangga untuk alat musik. Tak disangka ada bagian dari alat itu terlepas dan melayang menghantam kamera. Akibatnya, bagian pelindung kamera jatuh. Ketika dilihat hasilnya seolah itu efek blackout dari gambar komputer grafis padahal kameranya betul-betul mati,” ujarnya.