Merekam Para Legenda Indonesia
Serial web Maestro Indonesia kembali mengeluarkan dua episode terbarunya pada awal tahun 2022, bercerita tentang dua tokoh yang berjasa terhadap negeri ini, Sulianti Saroso dan Ciputra.
Pada masa pandemi Covid-19 saat ini, nama Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Prof Dr Sulianti Saroso semakin dikenal masyarakat. Namun, tak semua orang paham atau mengenal dekat sosok yang namanya dipakai untuk rumah sakit khusus penanganan penyakit menular itu.
Begitu juga dengan sosok mendiang Ciputra, yang semasa hidupnya akrab disapa Pak Ci. Kebanyakan orang mengetahui Pak Ci hanya sebagai pendiri dan pemilik PT Pembangunan Jaya dan seorang pengusaha properti sukses.
Padahal, Pak Ci juga mendirikan Perkumpulan Bulutangkis (PB) Jaya Raya, Jakarta, yang sejak lama banyak menelurkan atlet bulu tangkis berprestasi di tingkat dunia. Pasangan ganda putri Greysia Polii dan Apriyani Rahayu, yang sukses menyabet medali emas Olimpiade Tokyo 2020, berasal dari PB tersebut.
Tak banyak orang mengetahui Pak Ci memiliki gairah dan kepedulian tinggi terhadap dunia olahraga, terutama bulu tangkis. Pak Ci sendiri di masa muda adalah seorang atlet lari berprestasi, yang mewakili Provinsi Sulawesi Utara dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) tahun 1952.
Pak Ci meyakini olahraga dapat membawa nama Indonesia harum di mata dunia.
Pak Ci meyakini olahraga dapat membawa nama Indonesia harum di mata dunia. Kepedulian dan komitmennya dalam mengembangkan olahraga bulu tangkis lewat PB Jaya Raya juga dilakukan dengan menjamin kelangsungan pendidikan para atlet binaannya.
Tak hanya membina dan melatih para atlet bulutangkis. Mereka juga mempersiapkan dan memberi para atlet itu dengan bekal pendidikan yang memadai. Bagi Ciputra, menjadi seorang atlet profesional tak harus selalu berarti tertinggal atau tak punya bekal akademik.
Selain berprestasi di cabang olahraganya, seorang atlet juga kelak bisa kompeten di bidang lain dengan bekal akademiknya tersebut. Termasuk jika mereka kemudian terlibat dalam sebuah kepengurusan organisasi keolahragaan terkait bidangnya.
Seri dokumenter
Nilai-nilai luhur, komitmen, serta pengorbanan untuk berkontribusi bagi bangsa dan negara dari kedua tokoh tadi coba diangkat lewat serial web Maestro Indonesia. Proyek kerja sama antara Miles Film dan PT Pembangunan Jaya itu mengeluarkan dua seri film dokumenter di awal 2022 ini, yakni tentang Ciputra dan Sulianti Saroso.
Dua episode terbaru yang ditayangkan di kanal Youtube ini merupakan kelanjutan dari beberapa episode tahun-tahun sebelumnya. Pada 2016, dua episode dirilis dengan mengangkat sosok Chairil Anwar untuk bidang sastra serta sosok Soejoedi Wirjoatmodjo untuk bidang arsitektur.
Tahun 2017, ada dua episode dokumenter lagi diluncurkan. Kedua episode itu mengangkat kisah sosok musisi Cornel Simanjuntak dan pembaru pemikiran dan gerakan Islam di Indonesia, Nurcholish Madjid.
”Pada dua episode tahun ini, webseries Maestro Indonesia mengangkat sosok Ciputra untuk bidang olahraga dan Sulianti Saroso di bidang epidemiologi. Serial web dokumenter ini kami buat agar anak-anak muda sekarang bisa mengenali sosok-sosok hebat dari negerinya sekaligus aspirasi yang mereka bawa,” tutur Mira Lesmana yang bertindak sebagai produser seri dokumenter ini dalam jumpa pers peluncuran dua episode terbaru tersebut, Rabu (19/1/2022).
Dalam kesempatan sama, sutradara Maestro Indonesia, Riri Riza, menyebut, lewat dokumenter ini anak muda diajak untuk memahami aspirasi para tokoh yang diangkat dengan cara menggambarkan dan menyentuh sisi kemanusiaannya.
Untuk lebih mendekatkan dokumenter ini ke penonton muda, aktor Nicholas Saputra dipilih sebagai host. Nicholas dinilai cocok, selain lantaran sudah dikenal luas, karena dinilai memiliki keingintahuan tinggi serta rajin meriset apa pun yang ingin diketahuinya.
Sebagai host, Nicholas juga melakukan wawancara ke sejumlah pihak yang paham dengan sepak terjang tokoh yang diangkat dalam dokumenter itu.
”Memang sempat ada beberapa nama calon host, tetapi kami kemudian memilih Nicholas karena kami menilai dia sosok yang pintar, curious, dan memiliki banyak pertanyaan,” ujar Mira.
Serial web dokumenter ini kami buat agar anak-anak muda sekarang bisa mengenali sosok-sosok hebat dari negerinya sekaligus aspirasi yang mereka bawa.
Perjalanan hidup
Sosok Sulianti Saroso dikenal sebagai putra kedua Moh Soelaiman, salah satu tokoh pendiri pergerakan nasional, Budi Oetomo. Pada masa Perang Kemerdekaan, Sulianti juga aktif membantu mengantar makanan ke garis depan untuk para pejuang.
Sebagai seorang dokter, Sulianti dikenal punya kepedulian besar terhadap kondisi kesehatan masyarakat dan negerinya. Dia disebut bisa saja bekerja sebagai dokter dengan spesialisasi lain atau menerima tawaran bekerja di luar negeri. Akan tetapi, Sulianti lebih memilih menekuni bidang kedokteran yang terkait dengan masalah penyakit menular dan infeksi.
Sepanjang kariernya, Sulianti dianggap berjasa dengan dua terobosannya di bidang kesehatan. Dia bekerja keras dalam mencegah dan mengendalikan penyakit cacar yang sangat menular. Sulianti juga menggagas program keluarga berencana (KB) lantaran prihatin dengan tingginya angka kematian ibu dan bayi di Indonesia ketika itu.
Sulianti juga merintis keberadaan pusat-pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) dan balai pengobatan sebagai ujung tombak penanganan masalah kesehatan di Tanah Air.
Selain sangat peduli dan intens menangani persoalan kesehatan masyarakat di Tanah Air, Sulianti juga dikenal aktif menjadi konsultan untuk dua badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yakni WHO dan Unicef.
Dalam wawancara di film dokumenter itu, Sulianti disebut sangat berjasa dalam menangani dan menghapus wabah cacar di Tanah Air. Dia juga disebut berjasa membawa serta memperkenalkan metodologi modern dalam menangani dan mengendalikan wabah di Indonesia.
Kesuksesan Sulianti dalam menangani dan mengendalikan wabah cacar dalam waktu 3,5 tahun juga diakui dunia ketika itu. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 1970 menjadikan Indonesia sebagai percontohan program penghapusan wabah cacar.
Tak hanya itu, Sulianti juga merintis keberadaan pusat-pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) dan balai pengobatan sebagai ujung tombak penanganan masalah kesehatan di Tanah Air. Dalam film dokumenter itu, Nicholas Saputra juga mewawancara dua anak Sulianti untuk mendapatkan gambaran sisi manusiawi lain sang tokoh.
Sementara terkait Ciputra, sutradara Riri Riza mengangkat soal kecintaan dan komitmen pengusaha properti itu terhadap dunia olahraga, khususnya bulu tangkis. Pendirian PB Jaya Raya menjadi salah satu pengejawantahan visi dan komitmen Ciputra dalam upayanya membawa nama harum Indonesia di dunia.
Sejak awal Ciputra meyakini cabang olahraga satu ini bakal bisa membawa nama Indonesia terkenal di mata dunia. Bagi Ciputra, olahraga juga dapat menghapus segala bentuk diskriminasi. Hal itu disadarinya sejak masih usia muda.
Dalam kepengurusan PB Jaya Raya, Ciputra juga melibatkan sejumlah mantan atlet berprestasi. Berkat dedikasinya tersebut, banyak atlet PB Jaya Raya sejak tahun 1976 hingga kini yang terus menorehkan prestasi puncak mereka dalam berbagai kejuaraan tingkat dunia.