Sepeninggal gitaris berpengaruh Eben, Burgerkill mulai menginjak dalam-dalam pedal gas mereka. Lagu baru diciptakan. Album baru sedang dimasak. Bendera setengah tiang telah terkerek tinggi-tinggi, siap berkibaran lagi.
Oleh
HERLAMBANG JALUARDI
·5 menit baca
Tahun 2021 dilalui band metal Burgerkill dengan teramat berat. Vokalis utama, Vicky Mono, mengundurkan diri, dan yang paling menohok adalah meninggalnya gitaris sekaligus motor band Aries Tanto alias Eben pada 3 September. Awal 2022 ini, bendera yang sebelumnya setengah tiang telah terkerek tinggi-tinggi, siap berkibaran lagi.
Penampilan perdana Burgerkill sepeninggal Eben terjadi lewat pertunjukan kecil atau showcase secara virtual di kanal Youtube mereka pada Sabtu (8/1/2022). Di panggung itu, dengan tata lampu menawan, terpampang empat sosok pria yang jadi formasi Burgerkill terkini. Mereka adalah gitaris Agung Ridho Widhiatmoko, Ramdan Agustiana pada bas, Putra Pra Ramadhan di balik perangkat drum, serta satu sosok baru Ronald Alexander Radja Haba sebagai vokalis.
Burgerkill menamai showcase mereka dengan judul yang gagah: After the Storm, atau terjemahan bebasnya, “Setelah Badai Berlalu”. Inilah presentasi perdana band asal Ujungberung, Kota Bandung setelah melewati berbagai turbulensi. Guncangan pertama terasa di awal 2021 ketika vokalis selama 13 tahun Vicky Mono mengutarakan niatnya mengundurkan diri.
Gonjang-ganjing vokalis itu diputuskan disudahi sekitar Agustus. Lewat unggahan di Instagram, Burgerkill merelakan keputusan Vicky, dan memantapkan tekadnya melaju. Yang belum terungkap di unggahan itu adalah siapa pengganti Vicky yang vokalnya terekam di tiga album studio Burgerkill.
“Waktu itu, Eben sudah mengusulkan nama Ronald sebagai vokalis baru. Kami, anggota lainnya, terus terang tidak punya nama alternatif lain. Akhirnya setelah bertemu langsung, rasanya chemistry antara Ronald dan kami langsung klik,” kata gitaris Agung, Jumat (14/1/2022).
Band, termasuk Eben, sempat berlatih bareng Ronald yang berasal dari band death metal Carnivored itu sebanyak tiga hingga empat kali. Mereka lalu sepakat untuk tidak mencari alternatif vokalis lain. Keputusan langsung diambil, Ronald yang jangkung itu jadi vokalis baru, tetapi pengumumannya ditunda dulu.
Tak lama urusan vokalis kelar, badai lebih besar menghantam: Eben meninggal dunia akibat serangan jantung ketika sedang di panggung. Eben adalah pendiri sekaligus satu-satunya anggota orisinal sejak band itu dibentuk pada 1995. Sosok Eben dan gagasan-gagasannya ibarat mesin berkapasitas besar yang melesatkan karier Burgerkill. Peristiwa itu terang-terangan membuat personel band lainnya limbung bukan kepalang.
”Sempat terpikir Burgerkill bakal bubar,” lanjut Agung, yang mengawali kariernya di band itu sebagai teknisi gitar Eben pada 2002 lantas dilantik sebagai gitaris Burgerkill setahun kemudian. Di masa-masa awal kepergian Eben, semua personel band, manajemen, dan kawan-kawan dekat selalu berkumpul di rumah Eben, tempat ia dikebumikan.
Restu keluarga
Selama masa duka itu, ucapan belasungkawa serta dukungan moral tak ada putusnya. Agung bilang, banyak kawan yang memberi semangat untuk terus melanjutkan karier Burgerkill. Agung dan personel lainnya punya keinginan yang sama. Apalagi, bagi dia, Burgerkill tak sekadar band saja, ada orang-orang di sekitar mereka yang telah menjadi keluarga besar.
Bagaimanapun, suara dari keluarga Eben dianggap jauh lebih penting. ”Saya ingat, ayahnya Eben bilang kepada kami, ’Burgerkill harus kalian terusin. Kalau enggak diterusin, kasihan perjuangan anak saya jadi sia-sia.’ Restu dari keluarga itu yang membuat kami makin semangat,” kata Agung. Panji Burgerkill urung diturunkan.
Mereka melanjutkan legasi Eben: kiprah Burgerkill yang telah mendunia. Posisi gitaris ritem yang ditinggalkan Eben tak tergantikan. Ini terbukti dalam showcase yang hingga hari ini videonya masih tersedia di Youtube itu. Di panggung, di antara posisi Ronald dan Ramdan, tersandar gitar Gibson SG 1961 seri reissue yang selama ini dianggap sebagai signature bunyi gitar Burgerkill.
Lampu sorot menyinari gitar berkelir merah tua berstiker Ramones itu. Eben, seolah-olah hadir di sana, mengisi pola riff pada empat lagu yang mereka bawakan, yaitu ”Undefeated”, ”Shadow of Sorrow”, ”Penjara Batin”, dan ”Roar of Chaos”. Pada nomor ”Undefeated” yang ritmis itu, part ritem yang sejatinya jatah Eben terdengar jelas. Padahal, hanya ada satu gitaris, yaitu Agung, yang sedang memainkan melodi.
Rupanya, bunyi ritem gitar itu sudah direkam sebelumnya. Agung merekam ulang semua pola ritem Eben. Ramdan yang jadi operatornya. Lantas, hasilnya disatukan dalam berkas audio bersama bebunyian lain ke dalam sequencer. Putra, sang penjaga ketukan, kebagian peran mengoperasikan sequencer itu di antara perangkat drumnya.
Penampilan mereka tak sedikit pun mengendur. Semua instrumen terdengar amat rapi; bising, padat, namun pemisahan bunyinya tertata baik. Artikulasi vokal Ronald terdengar jelas. Ketukannya pun disiplin. Tak heran, dalam sequencer Putra terselip metronom penjaga ketukan. Beginilah layaknya penampilan Burgerkill, meski formasi telah berganti.
Pola baru
”Roar of Chaos” adalah satu-satunya lagu yang sudah mereka hasilkan sepeninggal Eben. Lagu ini bertempo cepat, bisa dibilang ugal-ugalan. Birama semacam ini sudah mereka impikan bersama Eben, tetapi dulu masih sebatas keinginan. Jadi, ketika mereka sudah siap menulis lagu, bentuk seperti itulah yang dimunculkan dulu.
”Kemarin itu berat banget rasanya bikin lagu. Biasanya, kan, lagu-lagu Burgerkill dimulai dari gitar, obrolan saya dan Eben, selalu berdua. Ini jadi saya sendiri, tetapi mewakili dua kepala. Di kepala saya membayangkan, kalau melodinya begini Eben bakal suka atau enggak, ya. Itu emosional banget,” kenang Agung. Ronald menulis liriknya.
Menurut Ramdan, perubahan formasi dari lima menjadi empat orang berkonsekuensi memunculkan pola kerja kreatif baru. ”Sejak kolaborasi dengan Dewa (Agustus 2021), kami memulai cara berkreasi yang berbeda. Ide lagu direkam sendiri dulu, lalu dikirim ke yang lain. Nanti idenya dikembangkan bareng-bareng di rumah Agung. Ketika masuk studio udah tinggal latihan dan rekaman,” kata Ramdan.
Pola kerja sedemikian yang dipakai dalam pembuatan lagu ”Roar of Chaos”, yang kata Ramdan dimulai pada November silam. Cara kerja serupa bakal dipakai menggarap lagu-lagu berikutnya. Burgerkill mematok target merampungkan album di tahun 2022 ini. Selain album, mereka juga bersiap manggung di Wacken Open Air Festival di Jerman, Agustus mendatang. Ini bakal jadi penampilan kedua Burgerkill di salah satu festival metal terbesar di dunia tersebut.
Selepas ”badai”, Burgerkill menginjak dalam-dalam pedal gas mereka. Puisi yang ditulis dan dibacakan Herry Sutresna pada showcase lalu adalah gambaran tepat renjana yang mereka napasi. Begini petikannya, ”Tak ada makam di sini… Datanglah kau menderu. Kau tahu, kehilangan melatihku berjibaku.”