William menghubungi kembali satu per satu para perupa yang pernah dikunjunginya. Ia mengajak para perupa dalam rentang sekitar satu bulan untuk mempersiapkan diri mengikuti parade pameran tunggal di studio masing-masing.
Oleh
Nawa Tunggal
·5 menit baca
Pandemi Covid-19 memantik inovasi-inovasi pameran, termasuk Parade Pameran Tunggal 51 Perupa di Jabodetabek yang melahirkan pameran hibrida antara luring dan daring di studio masing-masing.
Studio pun dirapikan, sampai-sampai ada perupa yang menyebut, saking sibuknya merenovasi studionya, rasanya seperti mempersiapkan hajatan perkawinan. Muasalnya, ketika perupa William Robert asal Ambon yang membuka usaha pigura dan galeri di dekat Pondok Indah, Jakarta, merasakan pandemi benar-benar menyekat batas dan jarak para perupa. Tidak hanya itu. Pandemi juga merenggut sedikitnya 20 teman yang dikenalnya selama ini, sebagian di antaranya para perupa.
William tergerak untuk menyambangi para perupa di tengah pandemi untuk saling menyemangati. Ia teringat, waktu itu bulan Agustus 2021 masih dalam pengetatan PPKM atau pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat. Ia mulai menyambangi perupa Setiyoko Hadi dan Krishnaeta di kawasan Cinere, Jakarta Selatan.
”Ketika itu istri Setiyoko dan anaknya, Krishnaeta, sering mengingatkan, semestinya di masa PPKM mereka tidak saling kunjung,” ujar William, Rabu (5/1/2022), di Jakarta.
Setelah program vaksinasi, William makin intensif menyambangi perupa lainnya. Alhasil, dalam waktu kurang dari tiga bulan ia berhasil mengunjungi para perupa yang sekarang berpartisipasi sebagai peserta Parade Pameran Tunggal 51 Perupa.
William menyebut setiap kunjungan ke studio perupa itu sebagai ”kulturahmi”, silaturahmi kultural. Semula, ia tak membayangkan itu akan berujung ke sebuah parade pameran. Niatnya semata saling menyapa secara langsung, saling menyemangati sesama perupa di masa pandemi.
Ketangguhan
Ketangguhan kemudian disodorkan sebagai tema Parade Pameran Tunggal 51 Perupa, yang dibuka pada 2 Desember 2021 oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid. Dalam sambutannya, Hilmar memuji parade pameran tunggal itu sebagai pilihan cerdas. Menurut Hilmar, pameran ini menyiasati berbagai kesulitan di masa pandemi.
Ini terobosan ketika galeri-galeri yang jumlahnya terbatas itu juga tidak mudah melangsungkan sebuah pameran. Sekaligus parade ini melahirkan interaksi yang berkualitas di tengah masyarakat. Selain bisa berinteraksi langsung, pameran yang akan berlangsung hingga 2 Februari 2022 ini, materi dan dinamikanya juga terdistribusikan ke dunia maya lewat media sosial.
Melalui aplikasi Whatsapp, William menghubungi kembali satu per satu para perupa yang pernah dikunjunginya. Ia mengajak para perupa dalam rentang sekitar satu bulan untuk mempersiapkan diri mengikuti parade pameran tunggal di studio masing-masing. Para perupa tak semuanya memiliki studio yang siap digunakan untuk berpameran. Mereka kemudian berpacu menata studio masing-masing.
Ini termasuk perupa Damianus Sunu Wibowo yang tinggal di Sawangan, Depok. Dalam rentang satu bulan penuh, Bowo membenahi studio sekaligus tempat tinggalnya di atas lahan seluas hampir 5.000 meter persegi. Atap-atap plafon yang jebol diganti. Dinding-dinding yang kusam kembali dicat. Lukisan-lukisan konvensional di atas kanvas ataupun dengan media lain, seperti sepeda atau motor, yang digambari mulai dipajang.
Tidak hanya itu, ia memural dinding WC, bahkan beberapa lantai di studionya. ”Kesibukannya hampir sama dengan mempersiapkan hajatan kawinan,” seloroh Bowo. Ada kesan positif bagi Bowo selama mempersiapkan parade pameran tunggal. Merawat studio yang dirintisnya selama 16 tahun ternyata tidak mudah.
Baginya, membuat sesuatu jauh lebih mudah ketimbang merawatnya.
Ketika parade pameran dibuka, studionya menjadi kontribusi nyata kepada masyarakat di sekitarnya. Mereka tidak hanya menikmati karya, tetapi sekaligus nilai kehidupan perupa. Di sepanjang parade, Bowo mulai disibukkan menerima banyak tamu.
Persiapan sebulan menjelang parade pameran tunggal juga menjadi unik bagi perupa Dani Sugara di Serpong, Tangerang Selatan. Bersama beberapa orang lainnya, ia mengontrak sebuah rumah dengan lahan terhampar yang begitu luas sampai 2,5 hektar. Semak belukar tumbuh di sekeliling rumah itu. Untuk mengikuti parade pameran tunggal, Dani ingin menghadirkan sebuah karya instalasi seni luar ruang.
”Selama sebulan penuh itu saya dibantu warga mempersiapkan parade pameran dengan membersihkan semak-semak belukar,” ujar Dani, yang menghadirkan instalasi kursi menggantung dengan rajutan tali-temali yang mengikatnya.
Instalasi ini sebagai metafora bagi kursi kekuasaan yang sebenarnya diikat berbagai norma kehidupan, tetapi orang yang duduk di kursi kekuasaan itu tetap haus akan harta.
Dani membentangkan kain di sepanjang lorong jalan yang semula tertutup semak. Bongkahan-bongkahan batu dicat dengan warna emas dan ditata di sepanjang lorong tersebut. Instalasi ini sebagai metafora bagi kursi kekuasaan yang sebenarnya diikat berbagai norma kehidupan, tetapi orang yang duduk di kursi kekuasaan itu tetap haus akan harta.
Para perupa lain tidak kalah disibukkan dengan cara masing-masing. Seperti RB Ali yang melukis dan suka berpuisi di Pamulang, Tangerang Selatan, mempersiapkan pencetakan buku puisinya setebal 500 halaman lebih dan diluncurkan saat pembukaan parade 2 Desember 2021.
Perupa Firdaus Musthafa di Bekasi tidak menyangka akhirnya membuka sebuah ruang yang cukup lengang di rumahnya menjadi mirip sebuah galeri lukisan profesional. Perupa Revoluta Syafri berbagi dengan perupa lain, yaitu Karya Indah dan Eko Banding, yang menjadikan ruang teras di rumahnya menjadi ajang pameran lukisan dan instalasi.
Keberagaman
Parade pameran tunggal di studio masing-masing ini mengisyaratkan kewajiban untuk saling kunjung. Setiap peserta juga diwajibkan membuat kegiatan, selain memamerkan karya-karyanya. Setiap peserta diimbau untuk mengunggah setiap karya yang dipamerkan ke dalam medsos, terutama Facebook. Para perupa yang mengunjungi peserta lainnya juga diimbau memotret dan menyampaikan apresiasi yang kemudian diunggah ke medsos.
Pameran ini menyuguhkan nuansa kebersamaan, kebebasan, dan keberagaman. Pameran menyentuh khalayak luas lewat unggahan-unggahan di medsos. Kritik tetap ada, seperti dilontarkan seniman Hanafi di medsos, yang mempertanyakan mengapa parade pameran tunggal di studio perupa akan berakhir. Semestinya, perupa berpameran di studio masing-masing tidak akan pernah berakhir.
Di antara 51 perupa ada yang belum saling mengenal. Ini menjadi kekayaan tersendiri. Terlebih di dalam interaksinya para perupa itu juga bisa saling menimba pengetahuan satu sama lain. Perupa Rayrachmah ketika dikunjungi perupa peserta parade ini tidak sungkan-sungkan meminta masukan perempuan pelukis lainnya, seperti Afriani dan Revoluta. Rayrachmah mengungkapkan, ingin sekali bisa memamerkan karya lukisnya sampai ke luar negeri.
Perupa Lenny Ratnasari Weichert menyuguhkan kelas terbuka untuk makin mengenal NFT (nonfungible token), yang makin marak di dunia kripto. Mantan penyanyi cilik Sari Koeswoyo juga menjadi peserta parade pameran ini. Selain rajin mengunjungi pameran peserta lainnya, Sari juga disibukkan menggelar kegiatan mendongengkan karya-karyanya yang ia sebut sebagai Wayangsari.
Sari menyuguhkan sketsa tentang wayang-wayang yang khas dia. Makanya, ia menyebut sebagai Wayangsari. Masih banyak lagi narasi berbeda dibangun perupa lain di Parade Pameran Tunggal 51 Perupa ini. Seperti mengayuh sepeda, para perupa itu tangguh dan terus mengayuh tiada henti untuk mempertahankan keseimbangan hidup.