Album berjudul Iqlab: Fateh Remix/Reinterpretation yang dirilis pada 28 November 2021.
Oleh
HERLAMBANG JALUARDI
·3 menit baca
Bagaimana menceritakan asal-usul kemisikinan, kapitalisme, oligarki, dan reforma agraria tanpa terjebak pada kejumudan jargon? Rapper Morgue Vanguard alias Herry Sutresna menyuguhkannya dalam album Fateh keluaran 2014 bersama DJ Still, alias His-Chang Lin. Kini, sumbu pendek album itu dinyalakan lagi lewat album Iqlab, berisi intepretasi ulang Fateh.
Dulu, Herry mengerjakan proyek kolaborasi lintas negara ini dalam kurun waktu 2011 hingga 2013. Baru pada Oktober 2014, karya mereka itu lahir berisi 10 trek, diproduksi oleh Grimloc Records—label rekaman yang juga dijalankan Herry bersama kawan-kawannya di Bandung.
Lagu ”Fateh” adalah andalannya sehingga pantas dijadikan juga sebagai judul album. Herry menulis hampir seluruh liriknya. Hanya satu trek ”Kepada Kawan” yang menggunakan puisi berjudul sama karya Chairil Anwar. Ini ibarat meng-hiphop-kan puisi. Bunyi-bunyi sampling dipadukan oleh Hsi-Chang Lin. Disjoki ini adalah anggota grup hiphop Dalek dari New Jersey, AS. Hiphop usungan Dalek bergaya ambient yang banyak memainkan kolase suara-suara bising (noise).
Latar sedemikian dibawa Lin ketika berkolaborasi dengan Herry. Herry, atau biasa dipanggil Ucok, telah malang melintang sebagai rapper bersama Homicide. Lirik berima besutannya cenderung berlanggam satir politis. Kecenderungan itu tak luntur meski Homicide bubar, dan dia beralih menjadi Morgue Vanguard, juga membentuk grup Bars of Death. Racikan bunyi Lin seperti mengasah bilah rima dari Herry.
Trek pembuka album Fateh berjudul ”Volume 1, Bagian 8, Bab 32” yang berisi kolase potongan-potongan berita dimulai dengan ”Pemirsa, ratusan petani melakukan aksi pendudukan lahan perkebunan…” lantas ditimpa lagi dengan potongan berita lainnya. Ketika jahitan ”berita” itu makin memuncak, suara sonik semakin intens terdengar. Ibarat buku ilmiah, trek itu serupa bab pembuka yang menggambarkan pendalaman problematika pada trek-trek berikutnya.
Trek pembuka itu segera disusul dengan nomor ”Fateh” dengan potongan bait pertama seperti ini, ”Kami datang dengan kelebat serupa parang/Terayun penggalan waras terpancang di alun-alun/…/Terasing dalam banal, namun menolak mati menenggak racun//. Gaya rap Herry seperti deklamasi itu seperti mewakili subyek ”berita” pada trek pembuka sebelumnya.
Jika ”kami” pada lagu ”Fateh” itu adalah para tertindas, gugatannya terdengar berani, lantang, dan tegas. Mereka menolak tunduk. ”Kami akan jalin koalisi dengan halilintar/Kami akan mulai perhitungan dengan saf bersejajaran//”
Gugatan juga terang pada lagu ”Kondor Terjaga”. Herry menyemburkan realitas pahit, ”Pergerakan pandir di antara rencana pembangunan tambang pasir/Menyambut pagi di tanah yang terlalu sulit disambangi Ratu Adil/Dan terlalu rutin disinggahi sepatu lars, drama, dan nyalak bedil//”
Tanpa kepiawaian Lin, sangat mungkin nomor ”Kondor Terjaga” kehilangan separuh ancamannya. Maka, ketika Lin meninggal dunia tiga tahun lalu, Herry merasa perlu memberi penghormatan kepadanya.
Bunyi baru
Wujudnya adalah album berjudul Iqlab: Fateh Remix/Reinterpretation yang dirilis pada 28 November 2021 lalu. Seperti tersirat di judul itu, album ini berisi interpretasi ulang—atau lebih jauh berupa dekonstruksi—atas lagu-lagu dari album Fateh. Herry mengumpulkan kawan-kawannya untuk meramu ulang kolaborasi paten terdahulu.
Hasilnya jadi sangat beragam. Aneka corak hiphop disuguhkan, antara lain, oleh DJ Evil Cutz pada nomor ”Manufaktur Pre-Teks”, dan Vladvamp dalam ”Kepada Kawan” yang membuat deklamasi Herry makin menonjol. Ada pula permainan kolase bunyi oleh Mike Mare pada ”Kondor Terjaga”, serta Nishkra x Jaques pada ”Dialek[lek]tika Akumulasi Primitif”, yang dipungkasi Herry dengan narasi asal-usul kemiskinan.
Nomor ”Fateh” disuguhkan dalam dua versi. Versi pertama menonjolkan bunyi perkusif dari musisi eksperimentalis Kuntari. Sementara versi kedua, yang lebih tepat disebut dekonstruksi, disuguhkan duo Senyawa.
Versi kedua ini diletakkan sebagai penutup album. Rully Shabara, vokalis Senyawa, memakai teknik vokal berfrekuensi sangat rendah. Di ujung lagu, Rully mendaraskan mantra ”hidup yang menolak padam” berkali-kali, seperti menegaskan bahwa fragmen perlawanan di album Fateh belum saatnya mati. Memang demikianlah sepantasnya.