Dari Pandemi, Korupsi, hingga ”Teka Teki Tika”
Satu-satunya harapan adalah tender proyek pembangunan kantor bupati yang, walau sudah dimenangkan, tak kunjung terealisasi. Padahal, Budiman dan si bungsu telanjur banyak menghabiskan biaya ekstra.
Walau dilakukan sembunyi-sembunyi, korupsi itu nyata adanya. Dia bisa ditelusuri jejaknya, terasa dampaknya, dan sangat membahayakan keselamatan jiwa orang lain.
Begitu kurang lebih salah satu pesan moral, yang coba disisipkan Ernest Prakasa lewat karya film terbarunya, Teka Teki Tika. Sebuah pesan moral, yang akan selalu relevan dan harus selalu diingatkan sampai kapan pun kepada masyarakat.
Hal itu disampaikan Ernest di jumpa pers seusai press screening filmnya, Kamis (16/12/2021). Dia mengaku gemas dengan kabar tentang kasus korupsi yang kerap tertutup berita isu lain dalam perjalanannya. ”Lewat film ini saya juga ingin menebarkan kebencian kepada para koruptor,” ujarnya.
Lewat film ini saya juga ingin menebarkan kebencian kepada para koruptor.
Hal sama juga Ernest sampaikan saat berbincang secara daring dengan Redaksi Kompas, awal Desember 2021. Secara terus terang dia bercerita proses kreatif penulisan naskah Teka Teki Tika berlangsung saat korupsi dana bantuan sosial (bansos) terekspos besar-besaran ke publik.
”Kasus (korupsi dana bansos) itu jadi semacam validasi. Tuh, kan, benar gue harus bahas (soal korupsi) karena korupsi sudah brutal banget. Sudah enggak peduli sama kehidupan orang. Di Indonesia ini orang sepertinya masih sangat permisif kepada koruptor. Sanksi sosial ke mereka masih terlalu ringan. It’s not fair. Padahal, koruptor menghancurkan kehidupan banyak orang,” ujar Ernest.
Pendekatan baru
Selain pesan serius tadi, Ernest di film terbarunya kali ini juga mencoba untuk menawarkan sesuatu yang benar-benar baru di pengujung tahun 2021. Tak hanya dari segi genre, tetapi juga dari sisi tema serta pendekatannya dalam bercerita.
Kebaruan setidaknya jika dibandingkan dengan film-film besutan sebelumnya dari pria yang mengawali karier sebagai seorang komika itu. Ernest memang sudah telanjur tenar dan dianggap piawai meracik serta menyajikan film-film bergenre komedi.
Lihat saja beberapa film garapannya, mulai dari Ngenest (2015), Cek Toko Sebelah (2016), Susah Sinyal (2017), Milly & Mamet (2018), juga Imperfect (2019). Ernest terbilang produktif sebagai seorang sineas. Belakangan, dia juga banyak memproduksi serial dari sebagian film-filmnya itu.
Baca Juga: Jaseng Mendamba Oscar
Ide penulisan naskah film terbarunya kali ini muncul kala dirinya tengah berada dalam kondisi jenuh dan stres saat terkungkung di masa pandemi. Ernest mengaku seolah sudah kehabisan ide untuk menulis cerita-cerita lucu.
Kondisi itu lantas mendorongnya untuk mencoba mengeksplorasi ide-ide cerita bergenre lain. Mulai dari horor hingga kisah laga dia coba buat. Sampai akhirnya Ernest menelurkan cerita Teka Teki Tika.
Selain senang dengan cerita yang dia tulis, secara produksi Ernest juga mengaku puas. Baginya secara produksi film terbarunya itu terbilang ”ramah pandemi” (pandemic friendly). Semua proses shooting bisa dilakukan di satu lokasi, di sebuah villa besar di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat.
Tapi, kalau dari segi cerita, film ini berkisah tentang misteri siapa itu Tika. Enggak seperti dua film tadi, yang ala novel misteri Agatha Christie dan mencoba mengungkap siapa pelaku kejahatan pembunuhan.
Saat menonton trailer-nya, terutama di sejumlah adegan dengan latar belakang rumah besar mewah, orang memang akan dengan mudah mengingat adegan di beberapa film Hollywood. Ernest sendiri tak menampik jika ada yang mengira filmnya bakal serupa dengan dua film thriller misteri macam Knives Out (2019) atau Ready Or Not (2019).
”Mungkin karena suasana dan bentuk rumahnya yang bernuansa mewah dan kayu-kayu begitu, ya. Tapi, kalau dari segi cerita, film ini berkisah tentang misteri siapa itu Tika. Enggak seperti dua film tadi, yang ala novel misteri Agatha Christie dan mencoba mengungkap siapa pelaku kejahatan pembunuhan,” ujar Ernest.
Ernest mengaku puas dirinya akhirnya bisa membuat film dengan pendekatan dan sudut pengambilan gambar yang benar-benar belum pernah dilakukannya. Selama ini, dia hanya bisa menikmati film asing yang proses pengambilan gambarnya bisa terfokus di satu lokasi, tetapi tetap menarik untuk disimak.
”Akhirnya sekarang berani melangkah lebih jauh untuk mencoba sendiri dan menghasilkan karya yang sama sekali berbeda,” kata Ernest.
Konglomerat bermasalah
Film Teka Teki Tika berkisah tentang keluarga konglomerat yang awalnya terbilang rukun. Setidaknya itu yang tampak di permukaan dari kehidupan pasangan Budiman (Ferry Salim) dan istrinya, Sherly (Jenny Zhang).
Setelah menikah puluhan tahun, pasangan kaya raya itu dikaruniai dua orang putra, yang punya karakter berbeda dan sama-sama berambisi. Keduanya ingin mewarisi bisnis keluarga dengan menjadi pemegang kendali perusahaan.
Arnold (Dion Wiyoko), sang kakak yang kaku serta taat aturan, sementara sang adik, Andre (Morgan Oey), si urakan yang selalu bertindak semau-maunya. Dalam menjalankan bisnis membantu sang ayah, keduanya juga punya dua cara serta pendekatan berbeda.
Saat hadir di pesta hari jadi pernikahan orangtuanya, Arnold sebenarnya tengah menunggu kelahiran jabang bayi dari istrinya yang tengah hamil tua. Laura (Eriska Rein), sang istri, sebelumnya pernah menjadi kekasih Andre. Pada perayaan itu, Andre mengajak pacar barunya yang masih belia, Jane (Tansri Kemala).
Baca Juga: Skandal Dunia Mode dan Perspektif Perempuan
Walau sedang merayakan momen gembira, keluarga konglomerat itu sebenarnya tengah menghadapi sejumlah masalah. Yang terbesar terkait beban utang mereka ke bank, yang berpotensi membangkrutkan perusahaan keluarga mereka. Rumah besar mewah keluarga Budiman pun terancam disita lantaran sejak awal dijadikan jaminan.
Satu-satunya harapan adalah tender proyek pembangunan kantor bupati yang, walau sudah dimenangkan, tak kunjung terealisasi. Padahal, Budiman dan si bungsu telanjur banyak menghabiskan biaya ekstra, termasuk untuk memberikan berbagai bentuk hiburan kepada pihak-pihak terkait demi melancarkan urusan.
Masalah ternyata masih bertambah lagi dengan kemunculan tiba-tiba sesosok perempuan muda, yang mengaku bernama Tika (Sheila Dara Aisha), di malam perayaan hari jadi pernikahan itu.
Karakter Tika ini memang hasil imajinasi. Makanya, saat pendalaman karakternya, aku banyak ngobrol dengan Kak Ernest selain juga dari proses reading.
Tika mengklaim diri sebagai anak biologis Budiman yang ditelantarkan sejak lahir dan terpaksa harus tinggal dan dibesarkan di panti asuhan. Tika datang menuntut ganti rugi kompensasi dari Budiman. Gayanya yang tengil dan percaya diri membuat keluarga Budiman makin mencak-mencak.
”Karakter Tika ini memang hasil imajinasi. Makanya, saat pendalaman karakternya aku banyak ngobrol dengan Kak Ernest selain juga dari proses reading,” ujar Sheila di jumpa pers seusai pemutaran perdana film ini.
Awalnya, Ernest sempat ragu apakah Teka Teki Tika bakal bisa tayang di bioskop mengingat perkembangan pandemi yang masih serba tak pasti. Namun, dalam jumpa pers, produser Chand Parwez Servia mengajak masyarakat untuk tak ragu kembali menonton ke bioskop dengan tetap menjaga protokol kesehatan.
”Menurut saya, menonton di bioskop sekarang sudah kembali aman. Sangat penting juga untuk kita bisa kembali merasakan pengalaman menonton secara komunal dan saling berinteraksi. Film keenam Ernest yang akan tayang serentak di seluruh bioskop Tanah Air, 23 Desember 2021 ini, bakal jadi karya terbaru Ernest yang sangat menarik,” tutur Parwez berpromosi.