Romeo-Juliet yang dilahirkan Shakespeare sekitar lima abad lalu merupakan pionir kisah dua hati yang saling mencinta tak bisa bersatu. Kini, Timur dan Mentari membagi kisah mereka...
Oleh
Riana A Ibrahim
·5 menit baca
Banyak sisi terkait dengan cinta yang layak digali. Acap kali digubah dari cerita asmaradana yang justru berbuah tragedi. Penyebab utamanya, berkalang restu. Memang, bukan hal baru. Romeo-Juliet yang dilahirkan Shakespeare sekitar lima abad lalu merupakan pionir kisah dua hati yang saling mencinta tak bisa bersatu. Kini, Timur dan Mentari membagi kisah mereka.
Timur (Adipati Dolken) dan Mentari (Della Dartyan) merupakan tokoh yang menjadi jantung dari jalan cerita film Akhirat: A Love Story besutan sutradara Jason Iskandar. Film layar lebar pertama Jason yang tayang 2 Desember 2021 di bioskop ini berusaha menyatukan Adipati dan Della kembali.
Sebelumnya, kedua artis yang sudah bersahabat sekitar 10 tahun ini beradu peran sebagai sepasang kekasih pada film Love For Sale 2 (2019). Namun, keduanya akhirnya berpisah. Bukan karena tidak saling mencinta, melainkan peran yang dimainkan Della adalah sosok kekasih bayaran yang tidak semestinya jatuh cinta kepada kliennya.
Lalu, apakah dalam semesta yang baru ini keduanya akan bersatu atau mengulang tragedi?
Sejak film ini dipromosikan pada pertengahan 2020 dan disusul dengan penayangan cuplikannya, harapan melihat kisah cinta keduanya berakhir indah terasa jauh. Melalui kilasan tersebut, diperlihatkan satu penghalang utama bagi cinta mereka, yaitu agama. Ya, Timur merupakan pemuda Katolik dan Mentari adalah Muslimah yang taat.
Di Indonesia, isu ini memang tak lekang. Meski banyak pasangan yang tetap berjalan bersama membina rumah tangga hingga tua, tidak sedikit yang memilih berhenti di tengah jalan karena terjalnya jalur memperoleh restu. Bagi yang bersatu juga dihadapkan pada pilihan berat untuk mengikuti keyakinan salah satu pasangan atau tetap bertahan dengan perbedaan. Sangat personal.
Film di bawah naungan bendera Base Entertainment ini juga bukan film pertama yang berani mengangkat isu cinta beda agama. Ada Cin(T)a (2009), Tiga Hati Dua Dunia, Satu Cinta (2010), Cinta Itu Beda (2012), dan Assalamualaikum Beijing (2014). Dari empat film ini, ragam perspektif untuk akhir kisah cinta beda agama ini jamak terjadi.
Seperti memang tiga pilihan ini yang masuk akal, yakni bersatu dengan beralih, bersatu tetap berbeda, atau berpisah. Namun, sesuai dengan judulnya, Akhirat: A Love Story memberikan sesuatu yang berbeda. Timur dan Mentari masuk ke alam antara, sedangkan raga di dunia nyata tengah koma akibat kecelakaan mobil yang menimpa mereka. Di alam antara ini, mereka mendapati lajur menuju akhirat bagi keduanya pun berbeda.
”Kalian berbeda keyakinan, kan?” tanya Gotot (Yayu Unru), penjaga gerbang Akhirat bagi kaum Muslim ketika menjawab pertanyaan Mentari mengapa dirinya dan Timur berada di jalur yang berbeda menuju gerbang.
Sekejap muncul juga pertanyaan, ”lho, di akhirat juga enggak bisa bersatu?” Meski diberikan penggambaran kemungkinan bersatu tapi harus terkatung-katung di alam antara sebagai arwah. Bukan hal yang membahagiakan juga. Padahal, Jason dalam wawancaranya menyampaikan film ini ingin menunjukkan cinta yang universal.
Walakin, ketika menyadari genre film yang dikerjakan di tengah pandemi ini adalah fantasy romance, pernyataan Jason tentang cinta yang universal pun terasa masuk akal. Tidak ada yang tidak mungkin dalam semesta fantasi. Untuk film Tanah Air, ini merupakan yang pertama. Namun, produksi mancanegara, genre ini telah banyak dimainkan. Sebut saja, Ghost (1990), City of Angels (1998), Meet Joe Black (1998), Big Fish (2003), About Time (2013), dan The Shape of Water (2017) yang meraih penghargaan Academy Awards 2018 untuk kategori Best Picture. Merujuk beberapa film itu, banyak hal yang terasa janggal di dunia nyata, tetapi mungkin terjadi di alam fantasi.
About Time, misalnya, bercerita tentang seorang lelaki yang dapat menjelajah waktu, bahkan bisa memutar waktu yang kemudian digunakannya untuk merangkai kisah agar dapat hidup bersama perempuan impiannya. Meski akhirnya ia menyadari tiap orang telah memiliki takdir yang harus dijalani dan tak bisa diubah sesuai dengan keinginan karena semuanya datang pada waktu yang tepat.
Dalam konteks ini, tentu terasa aneh juga ketika mengetahui alam antara menuju akhirat berupa hutan gaib yang seketika mengingatkan pada hutan mistis yang dimasuki kakak-beradik Elsa-Anna dalam Frozen 2. Namun, sekali lagi, ini fantasi. Belum ada orang yang sungguh menjejak dan pasti berkelana di alam antara sehingga perwujudan yang dilakukan dalam film ini sah saja.
Cinta universal
Kembali pada persoalan cinta yang universal, memang cinta yang ditawarkan di sini beragam. Apabila Romeo-Juliet memilih mati bersama demi cinta, Timur dan Mentari dihadapkan pada cinta dan pada keluarganya. Ya, karena cinta tidak melulu hanya tentang sepasang kekasih yang tengah mabuk kepayang dan siap bertaruh nyawa.
Cinta pada keluarga ini juga ditampilkan melalui tokoh Wang (Verdi Soelaiman) yang memutuskan bertahan di alam antara untuk menjaga anak sulungnya yang cacat akibat kesalahannya karena saat itu tak segera membawanya ke dokter. Ada juga tokoh Edith (Windy Apsari) yang menunggu sekitar 50 tahun untuk beranjak ke akhirat setelah adik bungsunya meninggal sehingga mereka dapat menyebrang bersama.
Penyesalan semasa hidup karena tidak memberikan yang terbaik kepada keluarga menjadi pelumas yang mampu menggulirkan cerita lebih lancar. Timur dan Mentari pun memperoleh kesempatan untuk berkontemplasi tentang cinta yang bukan hanya berpusat kepada mereka.
Di sisi lain, gerbang yang tak sama juga bukan berarti ujungnya akan berbeda. Bukankah tujuan dari gerbang itu adalah akhirat? Meski sempat disinggung tentang perbedaan keyakinan oleh Gotot yang merupakan tokoh penjaga gerbang, perbedaan itu ada pada jalan masuknya. Namun, bisa saja ditafsirkan lain.
”Memang, ini mengajak kita untuk bertanya lagi. Mungkin bisa jadi memisahkan, tetapi justru nantinya malah menyatukan. Banyak hal yang berbeda, tetapi satu hal yang semua kita punya, yaitu cinta,” ujar Jason seusai press screening di Jakarta, Jumat (19/11/2021).
Cinta dengan banyak ragamnya. Akan tetapi, satu yang pasti bahwa cinta sejati adalah kemampuan untuk membawa bahagia kepada orang-orang yang dicintainya. Kelak, cinta sejati akan dipertemukan kembali dalam wujud yang bisa jadi kita pun belum mengerti. Jangan lelah untuk mencinta.