Memoar Hidup Adele
Di album terbarunya, 30, Adele kembali blak-blakan bertutur tentang peristiwa pahit dalam hidupnya. Album yang menggambarkan sekaligus kerapuhan dan kekuatan ini, menjadi pelengkap memoar hidup seorang Adele.
Jujur mengungkap masa kelam dalam hidup bukan hal mudah. Namun tidak bagi Adele Laurie Blue Adkins (33). Di album terbarunya, 30, Adele kembali blak-blakan bertutur tentang peristiwa pahit dalam hidupnya. Album yang menggambarkan sekaligus kerapuhan dan kekuatan ini, menjadi pelengkap memoar hidup seorang Adele.
Adele dikenal sebagai seorang penyanyi yang khas. Dia adalah seorang penutur musikal yang tak sungkan menceritakan kisah-kisah personalnya di hampir seluruh lagu-lagunya.
Sebagian yang dia tuturkan adalah tentang kisah cinta yang indah. Namun, lebih banyak kisah pahit yang menggerus hati sekaligus menguras air mata. Tak mengherankan apabila Adele kerap disebut sebagai Queen of Broken Heart. Ratu Patah Hati.
Di album debutnya yang dirilis 28 Januari 2008, 19, Adele banyak berkisah tentang cinta di usia belia yang tak luput dari pengharapan juga kekecewaan. Sementara di album 21, dia lebih banyak bertutur tentang kemarahan akibat hubungan asmara yang kandas. Di album 25, Adele bertutur tentang karier dan perjalanan kembali pada diri setelah dia menjadi seorang ibu.
Apabila disebut satu-satu dari ketiga album, ada beberapa lagu yang memiliki daya cengkeram kuat di hati khalayak, termasuk bagi para Daydreamers, sebutan khusus bagi para penggemar Adele. Di antaranya adalah ”Chasing Pavement”, ”Daydreamer”, ”First Love”, ”Don’t You Remember”, ”Rolling in the Deep”, ”Someone Like You”, ”Hello”, ”When We Were Young”, dan ”Send My Love (To Your New Lover)”.
”Someone Like You”, salah satu lagu yang paling menguras air mata, konon mengandung ’formula’ yang membuat pendengarnya dicengkeram emosi yang dalam. Dalam wawancara dengan NPR beberapa tahun silam, dosen Psikologi Musik di Guildhall School of Music and Drama di London, Inggris, John Sloboda, menemukan bahwa ornamen musik tertentu dapat memicu reaksi emosi yang kuat. Sloboda secara khusus mempelajari reaksi fisik terhadap musik.
Reaksi emosi kuat yang dimaksud adalah bulu kuduk yang meremang, getaran yang terasa sampai ke tulang belakang, tenggorokan terasa tercekik, hingga linangan air mata. Ornamen musik tersebut bernama appoggiatura, biasa disematkan pada lagu sehingga membuat disharmoni nada yang dikenal dengan disonansi.
Baca juga : Cinta dan patah hati kini
Rob Kapillow, seorang komposer mengatakan, appoggiatura bertugas membuat ketidakselarasan yang pulih secara cepat pada nada berikutnya. Misalnya not penerbit tangis di bait pertama, lalu segera berubah di bait-bait selanjutnya, kadang naik kadang turun, menciptakan semacam guncangan batin.
Penelitian yang dilakukan Robert Zattory dari McGill University Kanada menyebut, musik yang mengguncang emosi membuat tubuh melepaskan dopamin yang memberi efek menyenangkan dari otak tengah. Efek serupa muncul saat orang mengonsumsi makanan, beraktivitas seksual, atau mengonsumsi narkoba.
Itulah mengapa, lagu-lagu ”patah hati” ibarat candu. Meski tentu saja tak semudah itu menciptakan formula appoggiatura agar sebuah lagu meledak. Pada kasus Adele, lagu-lagu patah hatinya itu meledak dan mengantarnya menyabet belasan piala Grammy. Adele tercatat telah mengantongi 15 piala Grammy.
Lebih personal
Berjarak kurang lebih enam tahun dari album ketiganya 25, Jumat (19/11/2021), Adele akhirnya melepas album barunya yang telah beberapa saat menjadi pembicaraan dan ditunggu-tunggu publik. Mengikuti jejak ketiga album sebelumnya, judul album terbaru Adele pun menggunakan angka, yaitu 30, merujuk pada usianya yang kini 33 tahun.
Singel pertama dari album tersebut, ”Easy On Me”, sudah dirilis lebih dulu pada 15 Oktober. Singel ini serta-merta mengembalikan ingatan musikal penggemarnya kepada Adele dan kekhasan lagu-lagunya, baik secara notasi maupun lirik. Yang jelas ”Easy on Me” pun berpotensi menguras air mata.
Dalam beberapa kesempatan wawancara, termasuk sesi live Instagram di akun pribadinya, Adele menyebut bahwa album barunya itu berbicara tentang pernikahannya yang kandas. Adele mengumumkan perpisahannya dengan Simon Konecki pada April 2019 dan resmi bercerai pada Maret 2021. Adele dan Konecki dikaruniai seorang anak, Angelo, lahir pada 2012.
Dibandingkan album-album sebelumnya, kisah di album terbarunya ini disebut Adele jauh lebih personal. Dalam wawancara dengan Vogue, Adele mengatakan, hal paling berisiko yang pernah dia lakukan dalam hidup adalah meninggalkan pernikahannya. Semua hal tentang itu dia curahkan dalam lirik-lirik lagu yang terdapat di album barunya, seperti yang tersimak di acara Pre Listening Party Adele 30 yang digelar Sony Music Indonesia di The Hermitage, Jakarta, Rabu (17/11/2021).
Hampir seluruh lagu di album tersebut terasa menguras emosi, meski tak seluruhnya memiliki ’getaran’ sendu. Beberapa lagu, seperti lagu-lagu di album terdahulunya, justru mengajak pendengarnya untuk menggerakkan badan karena musik yang nyaman untuk bergoyang. Termasuk di lagu yang sesungguhnya emosional seperti ”My Little Love” di mana terdapat dialog antara Adele dengan Angelo.
Album 30 terdiri dari 12 lagu. Selain ”My Little Love” dan ”Easy on Me”, ada ”Strangers by Nature”, ”Cry Your Heart Out”, ”Oh My God”, ”Can I Get It”, ”I Drink Wine”, ”All Night Parking” (With Errol Garner) Interlude, ”Woman Like Me”, ”Hold On”, ”To Be Loved”, dan ”Love is a Game”. Per Jumat, album ini sudah bisa dinikmati di platform-platform digital.
Tak bisa dimungkiri, Adele terlihat mencurahkan seluruh perasaannya di setiap lagu. Lirik-liriknya jujur, berani mengungkapkan apa yang terjadi. Amarahnya pun tertangkap kuat di lirik-lirik lagunya, meski diungkapkan dengan pilihan kata yang ‘matang’.
Seperti di ”Woman Like Me”, Adele ibarat berdialog dengan mantan suaminya. I know that you’ve been hurt before/That’s why you feel so insecure/I begged you to let me in’/ ’Cause I only want to be the cure/ If you don’t choose to grow/ We ain’t ever gonna know Just how good this could be/ I really hoped that this would go somewhere.
Atau di lirik ”My Little Love”, di mana Adele memasukkan dialog dengan Angelo. My little love/ Tell me, do you feel the way my past aches?/ When you lay on me, can you hear the way my heart breaks?/ I wanted you to have everything I never had/ I’m so sorry if what I’ve done makes you feel sad.
Saat menyanyikannya, tampak Adele mencurahkan seluruh emosinya. Impitan emosi yang dirasakan Adele, membuat suaranya tersimak lebih apa adanya. Seperti suara parau, berat karena dibebani emosi. Salah satunya juga tersimak di lagu ”To Be Loved” yang jika diperhatikan baik-baik memiliki kemiripan pola musikal dengan ”Someone Like You” yang meledak hebat itu.
Formula appoggiatura terasa di ”To Be Loved”, juga di lagu-lagu lainnya. Ada lagu dengan lirik yang dimulai dengan lambat, kemudian berubah cepat. Muncul juga ”suara” baru dari alat musik yang dimainkan, menciptakan harmoni baru. Lalu juga terjadi perluasan frekuensi suara seperti naik atau turun beberapa tingkat khas Adele, memunculkan penyimpangan harmoni.
Meski begitu, musik yang disajikan di album ini terasa memiliki daya eksploratif yang lebih baru dan bebas. Memang, ada lagu-lagu yang masih sangat khas Adele, seperti ”Easy On Me”, ”Hold On”, dan ”To Be Loved”, tetapi lagu-lagu lainnya sangat eksploratif dengan pengaruh soul klasik, jazz, dan blues serta gospel.
Denting piano masih setia mengiringi Adele, namun musik Adele juga lebih eksploratif dengan permainan gitar dan drum yang atraktif dan segar di lagu-lagunya yang baru. Ibarat seorang yang berpindah atau bangkit dari masa kelam. Simak ”Can I Get It” yang ”bernuansa” Ed Sheeran. Juga ”Cry Your Heart Out” yang menyenangkan dengan sedikit sentuhan reggae. Yang pasti dalam 30 menampakkan sosok seorang Adele yang manusiawi.