Dua dekade selepas ”Kid A” dan ”Amnesiac”—keduanya masuk daftar album terpenting sepanjang masa versi majalah ”Rolling Stone”—Radiohead merilisnya kembali dalam satu bundel.
Oleh
HERLAMBANG JALUARDI
·5 menit baca
Mungkin Anda familiar dengan perasaan ini: terasing dengan rutinitas hingga ingin berhenti, tetapi berubah drastis ketika menemukan kebebasan seberapa pun kecilnya. Itulah yang terjadi di tubuh Radiohead dua dekade lalu. Album Kid A (2000) dan Amnesiac (2001) lahir dari kebuntuan, tetapi justru jadi haluan. Dua album ”kembar” ini diedarkan lagi pada 2021 ini.
Sekitar 1998, lampu sedang terang-terangnya menyorot Radiohead grup asal Oxford, Inggris, itu. Album ketiga mereka, OK Computer, yang dilepas setahun sebelumnya dipuji habis-habisan. Nomor ”Paranoid Android” dianggap punya kedalaman yang serupa dengan ”Another Brick in the Wall” dari Pink Floyd.
Kuintet Thom Yorke, Colin Greenwood, Jonny Greenwood, Ed O’Brian, dan Phil Selway menjalani tur ekstensif berbulan-bulan. Format musik mereka ketika itu penuh dengan gitar berlapis-lapis sejak album pertama Pablo Honey, dan makin penuh isian gitar di album The Bends. Semua band saat itu seperti mengandalkan bunyi gitar sampai terasa banal.
Yorke, vokalis/gitaris sekaligus pentolan Radiohead, jenuh. Dia jengah dengan popularitas lagu ”Creep” maupun album OK Computer. Dia memancang album berikutnya harus membuat dirinya terbebaskan, entah bentuknya seperti apa.
”Kalau kamu menjalani hidupmu sebagai orang kreatif, tapi justru menghabiskan energi menyesali karya-karyamu sebelumnya, itu berat sekali. Kamu seperti lumpuh, tak bisa kerja lagi. Rasanya aku sempat mengalami itu. Tak ada yang lebih membosankan daripada jadi seorang bintang rock,” kata Yorke, kelahiran 7 Oktober 1968, saat diwawancara The Guardian pada tahun 2000.
Kalau kamu menjalani hidupmu sebagai orang kreatif, tapi justru menghabiskan energi menyesali karya-karyamu sebelumnya, itu berat sekali. Kamu seperti lumpuh, tak bisa kerja lagi.
Yorke punya reputasi sebagai pribadi yang rapuh, kerap mempertanyakan keputusan-keputusan yang ia buat sendiri. Mitos itu seperti menjadi makin nyata selepas OK Computer disanjung-sanjung, dan orang-orang mulai mengenali sosoknya di jalanan. Bermunculan pula band-band lain yang berusaha mengopi sisi melankoli dan balada Radiohead, seperti Coldplay, Travis, atau Starsailor.
”Rasanya aku benar-benar kacau. Ketika OK Computer selesai, aku merasa benar-benar tak sehat, tak bisa berkoneksi dengan apa pun. Istilah paling tepatnya, ya, kehilangan pegangan. Sama sekali,” ujarnya dramatis. Rekan bandnya juga, dia duga, merasakan hal serupa: tak berfungsi sebagaimana mestinya.
Di tengah kekalutan itu, alih-alih membubarkan diri, para personel masing-masing bertahan dengan berusaha pasrah entah seperti apa album Radiohead yang pantas bagi setiap anggota. Yorke membenamkan diri mendengar album dari katalog Warp Records, yang kebanyakan bernuansa elektronika beragam tekstur, sebagai mekanisme pelarian sesaat. Yorke ditemani Nigel Godrich, produser andalan Radiohead, dianggap sebagai ”anggota keenam” band.
Keuntungan mereka adalah tidak diberi tenggat rilis album oleh label. Pun demikian, mereka memulai sesi rekaman pada September 1999 di tiga tempat berbeda: Paris, Kopenhagen, dan kastel tua di Glouchestershire. Pola kerjanya tidak lagi menyusun struktur lagu sebagaimana mestinya. Di studio mereka bekerja layaknya programmer, mencari bebunyian dan tekstur.
Pola kerja baru ini membingungkan juga bagi rekan-rekannya. Ed O’Brian sempat merasa tak berguna karena dia adalah gitaris. Belakangan, dia justru menemukan kesenangan baru bermain perkusi dan keyboard. Instrumen gitarnya tak lagi digenjreng, tapi dengan efek tertentu dibunyikan panjang, menambah tekstur lagu. Drummer Phil Selway menyesuaikan gaya pukulannya seperti beat elektronika yang patah-patah itu (dengarkan nomor ”Morning Bell”). Sementara Jonny Greenwood, yang juga gitaris, mengeksplorasi bunyi-bunyi modulasi. Intrumen konvensional serasa usang.
Lama-lama, mereka terbiasa dengan penyusunan lagu seperti itu. Kejenuhan pada bentuk rock pelan-berisik-pelan memudar. Pemain bas Colin Greenwood berujar, sebenarnya lagu-lagu di Kid A dibuat dengan fondasi gitar, tetapi ketika direkam bunyi gitar itu dimanipulasi, diubah sedemikan rupa. Jonny Greenwood juga bermain-main dengan orkestra.
Rekaman berakhir di April 2000. Hasilnya, lebih dari 20 komposisi. Yorke enggan memasukkan semua lagu itu ke dalam satu album—format album ganda berdasarkan jumlah lagunya. Alasannya, album ganda terlalu pretensius. Sebelas nomor dipilih untuk masuk album Kid A—judul yang dipilih asal-asalan sebagai nama proyek.
Beberapa nomor yang terdengar ”tradisional” disisihkan, dengan harapan bisa diutak-atik lagi untuk proyek berikutnya. Album keempat ini dirilis pada 2 Oktober 2000. Delapan bulan kemudian, lagu-lagu yang lahir ketika sesi rekaman Kid A dikumpulkan jadi album kelima, Amnesiac (dirilis 30 Mei 2001).
Inovasi
Hasilnya? Nomor seperti ”Idioteque” terdengar seperti parodi musik disko elektronik dengan lirik distopia bencana ekologi; visi yang terasa nyata hari ini. Gaya bergumam Yorke di nomor ”Pulk/Pull Revolving Door” dimanipulasi secara sengaja pakai Auto-Tune, perangkat yang kelak banyak dipakai musisi hip-hop sampai sekarang.
Di luar musikalitasnya yang inovatif, album Kid A juga membuka cara baru berpromosi. Tak ada satu pun videoklip yang dibuat. Mereka justru bermain-main dengan klip-klip pendek berdurasi di bawah satu menit—diberi nama ”blips”—untuk ditayangkan di website. Masa itu, tak banyak band besar yang memanfaatkan website. Entah berhubungan atau tidak, ”blips” itu menyerupai cara promosi musisi masa kini, dengan mengunggah video pendek di media sosial, seperti fitur reels dan stories di Instagram ataupun Tiktok. Radiohead mulai duluan.
Warna baru Radiohead ini memecah penggemarnya. Ada yang memilih mengikuti karier mereka, tapi tak sedikit yang balik kanan; konsekuensi logis dari perubahan. Yorke menanggapi kritik semacam itu dengan anyep saja. ”Aku tidak membaca apa kata orang dan ulasan di media.”
Warna baru Radiohead ini memecah penggemarnya. Ada yang memilih mengikuti karir mereka, tapi tak sedikit yang balik kanan; konsekuensi logis dari perubahan.
Eksplorasi musik Radiohead justru makin jauh di album-album berikutnya, seperti album In Rainbows (2006), dan puncaknya di The King of Limbs (2011) yang konon digemari Perdana Menteri Inggris David Cameron. Pada album terakhir mereka, A Moon Shaped Pool (2016), Radiohead seperti merangkum semua corak musik yang pernah mereka mainkan.
Dua dekade selepas Kid A dan Amnesiac—keduanya masuk daftar album terpenting sepanjang masa versi majalah Rolling Stone—Radiohead merilisnya kembali dalam satu bundel.
”Kami persembahkan Kid A Mnesia untuk kalian memperingati menuju album Kid A dan Amnesiac yang menuju dewasa. Keduanya dilengkapi dengan album Kid Amnesiae yang berisi materi setengah ingat, setengah terlupakan, dan yang belum pernah dirilis,” tulis band di akun Instagram mereka, 5 November 2021.
Lagu yang belum pernah dirilis itu adalah ”Fog”, ”If You Say the Word”, dan ”Follow Me Around”. Ketiganya melengkapi betapa kayanya materi dua album kembar ini. Album yang pantas dikoleksi bagi penggemar yang memutuskan ikut ke mana pun Radiohead berevolusi.