Sutradara ”Don’t Breathe 2”, Rodo Sayagues, mengeksplorasi karakter Norman lebih dalam lagi. Si veteran tidak hanya dilihat sebagai pembunuh berdarah dingin.
Oleh
Machradin Wahyudi Ritonga
·4 menit baca
Film horor penuh aksi, Don’t Breathe 2, mampu memberikan nuansa kelam dan kejam. Veteran perang penyandang tunanetra, Norman Nordstrom (Stephen Lang), kembali berhadapan dengan pengganggu yang mengusik rumah dan kehidupannya. Meskipun buta, dia bisa menyerang dengan efektif dan sadis.
Kekejaman ini tergambar jelas dalam sekuel film yang diputar tahun 2016 itu. Di film itu, Stephen Lang tampil bengis saat memerankan Norman yang tengah meneror para pencuri di rumahnya.
Dalam Don’t Breathe 2, penonton pun diajak untuk menyusun misteri, teka-teki dari beberapa adegan yang menjadi rangkaian peristiwa horor, sadis dan menegangkan. Hubungan antarkarakternya yang unik juga menambah misteri film ini.
Kali ini, kekejaman Norman dalam memburu orang-orang yang telah mengusik hidupnya muncul lagi di layar lebar. Dalam Don’t Breathe 2, pria tunanetra ini berhadapan dengan penculik yang lebih berbahaya dan tidak ragu menghabisi orang lain, berbeda dengan remaja tanggung di Don’t Breathe yang lamban dan masih ragu untuk membunuh Norman.
Sutradara Don’t Breathe 2, Rodo Sayagues, mengeksplorasi karakter Norman lebih dalam lagi. Si veteran tidak hanya dilihat sebagai pembunuh berdarah dingin. Norman menjadi orangtua protektif dan posesif yang rela mengorbankan nyawa demi menyelamatkan Phoenix, anak asuhnya.
Norman sejauh ini adalah karakter paling menarik di film pertama. Kami tidak akan pernah bisa menjadikannya pahlawan, dia tidak heroik. (Rodo Sayagues)
”Norman sejauh ini adalah karakter paling menarik di film pertama. Kami tidak akan pernah bisa menjadikannya pahlawan, dia tidak heroik. Namun, kami pikir menyenangkan dan menjelajahi lebih lanjut kehidupan dan karakter orang ini,” ujarnya dalam rilis yang diterima pada Senin (11/10/2021).
Sebagai pemeran utama, Lang mendalami karakter Norman sebagai pria yang memiliki luka perang. Tidak hanya dari kebutaannya, ada trauma lainnya yang diderita dan berdampak pada kerusakan mental dan emosionalnya.
”Dia sudah hidup di luar jangkauan dalam waktu yang lama. Dunia tidak memperlakukannya dengan baik,” ujar Lang.
Produser Don’t Breathe 2, Fede Alvarez, menambahkan, saat memiliki Phoenix, Norman terlihat lebih manusiawi, tetapi sifat aslinya selalu muncul. Norman begitu takut kehilangannya sehingga tampak mengendalikan kehidupan Phoenix dengan sangat ketat.
”Norman dan Phoenix menjalani kehidupan yang sangat aneh. Dia sangat mencintainya, tetapi dia sangat takut kehilangannya dan akan melakukan apa pun untuk tetap seperti itu,” tutur Alvarez, yang bersama Sayagues menciptakan karakter Norman ini.
Phoenix (Madelyn Grace) adalah karakter baru yang muncul di sekuel ini dan menjadi sentral film bersama Norman. Gadis kecil ini ditemukan di dekat salah satu rumah yang terbakar dan diurus bertahun-tahun dengan penuh kekangan.
Bahkan, Phoenix dilatih bertahan hidup. Dia tidak boleh meninggalkan rumah selama dia masih bisa ditangkap dan belum bisa mengalahkan Norman saat latihan. Hernandez (Stephanie Arcila) yang kerap mengunjungi Norman untuk mengantar tumbuhan meminta lelaki tua itu untuk sedikit melunak.
Sebagai sesama veteran perang, Hernandez memahami bentuk proteksi dari Norman itu sebagai bentuk kasih sayang. Namun, dia juga menyadari kalau terlalu dikekang, Phoenix juga bisa kabur dari Norman.
”Jika kau tidak membawanya keluar, cepat atau lambat, dia akan kabur,” ujar Hernandez. Norman akhirnya mengalah dan mengizinkan Phoenix bermain ke kota. Namun, dia mengingatkan untuk pulang sebelum matahari terbenam.
Teror semalaman
Kepergian Phoenix ke kota Detroit, Amerika Serikat, menjadi asal mula teror semalam suntuk bagi Norman dan yang lainnya. Saat bermain di kota itu, Phoenix bertemu dengan Raylan (Brendan Sexton III), pembuat narkotika yang berbahaya. Tak disangka, Raylan ternyata berniat menculik Phoenix.
Sama seperti film sebelumnya, suasana kelam dan minim cahaya di dalam ruangan masih mendominasi latar adegan di Don’t Breathe 2. Phoenix bersembunyi di beberapa titik buta yang luput dari pandangan, setidaknya bagi para pemburu.
Norman pun mengalami kesulitan saat mengusir para penculik. Sebaliknya, penculik yang masuk ke rumah diliputi kegamangan.
Semburat cahaya yang berasal dari lampu tampak alami memantulkan ekspresi tegang dari Phoenix. Saat berada di bawah meja hingga di dalam lemari, pantulan cahaya yang mengenai wajah Phoenix terlihat realistis.
Norman pun mengalami kesulitan saat mengusir para penculik. Sebaliknya, penculik yang masuk ke rumah diliputi kegamangan saat seorang lanjut usia dan buta ternyata memiliki ketangkasan yang tidak mereka duga.
Setelah diburu di awal film, Norman pun kembali menjadi pemburu. Dia memasuki markas musuh dengan terlebih dahulu mematikan sumber cahaya untuk membuat para musuhnya bingung.
Para pencinta film horor dimanjakan sederetan adegan kasar dan brutal dalam film ini.