”Greenland” menambah panjang film tentang kiamat besutan Hollywood. Seperti film bertema sejenis, ”Greenland” bicara soal bagaimana manusia dan kemanusiaan mencoba bertahan hidup di bumi satu-satunya ini.
Oleh
Wisnu Dewabrata
·4 menit baca
Menonton kengerian film-film bergenre kiamat (apocalypse), terutama yang penyebabnya datang dari luar angkasa, memang punya ketegangan tersendiri. Ancaman mulai dari asteroid, hujan meteorit, komet, hingga benda-benda angkasa berukuran raksasa lain yang meluncur tak terkendali dan akan menghantam bumi.
Ancaman yang teramat mengerikan, apalagi mengingat manusia yang hidup di bumi satu-satunya ini tak akan bisa ke mana-mana untuk lari menghindar. Setidaknya sepanjang teknologi belum memungkinkan umat manusia ”hijrah” ke planet atau bahkan tata surya lain, seperti sering dikisahkan dalam film-film fiksi ilmiah.
Dampak tumbukan benda langit raksasa terhadap bumi kerap kali diilustrasikan penjelasannya dengan zaman kepunahan hewan purbakala jutaan tahun lalu. Kepunahan, yang penyebabnya dipicu zaman es berkepanjangan akibat ketiadaan sinar matahari. Langit tertutup awan debu tebal hasil tumbukan asteroid dan bumi ketika itu.
Sejumlah film bertema sejenis sebetulnya tak terlalu banyak variasinya. Alur ceritanya hampir selalu dikisahkan tumbukan tak terhindarkan dan paling-paling hanya bisa diminimalisasi dampaknya. Industri film Hollywood sendiri sudah sejak lama mengangkat tema klasik ini.
Beberapa di antaranya menjadi film yang fenomenal macam Armageddon (1998), Deep Impact (1998), film animasi Ice Aged: Collision Course (2016), atau yang sedikit lebih jadul, Meteor (1979) dibintangi salah satunya oleh aktor besar, Sean Connery.
Benang merah dari film-film yang disebut tadi sebenarnya sama, soal bagaimana manusia dan kemanusiaan mencoba bertahan hidup di bumi satu-satunya ini. Begitu pula yang dikisahkan sutradara Ric Roman Waugh dan penulis naskah Chris Sparling di film Greenland.
Waugh sendiri sudah pernah bekerja sama dengan pemeran utama film ini, Gerard Butler, dalam film yang terbilang sukses di pasaran, Angel Has Fallen (2019). Dalam film Greenland, Butler berperan sebagai John Garrity, seorang arsitek sipil sekaligus seorang ayah dan suami yang menyesal pernah berselingkuh.
Film Greenland sendiri dirilis di Amerika Serikat sejak 25 September 2020 tetapi terhambat masuk ke bioskop-bioskop Tanah Air akibat pandemi. Baru awal Maret 2021 Greenland tayang di bioskop di Indonesia dan per Oktober ini tayang di HBO Asia.
Keluarga dan komet
Cerita Greenland diawali kisah pernikahan John Garrity dan istrinya, Allison (Morena Baccarin), yang tengah renggang. Pasangan itu memiliki anak yang masih kecil, Nathan (Roger Dale Floyd).
Baccarin sebelumnya dikenal berperan sebagai kekasih tokoh pahlawan super yang nyeleneh di semesta Marvell, Deadpool (2016) dan Deadpool 2 (2018).
Kehidupan keluarga kecil itu kemudian berubah drastis saat dunia dikejutkan keberadaan sebuah komet yang dikabarkan akan melintasi tata surya. Awalnya para ahli mengklaim komet tak akan membahayakan bumi, tetapi belakangan mereka mengoreksinya kalau komet itu akan menabrak bumi dan menjadi ”pembunuh planet”.
Kekalutan terjadi dan mengglobal akibat kesalahan prediksi para ahli tersebut. Apalagi dikabarkan kemudian sejumlah pecahan komet berukuran raksasa tengah meluncur menuju bumi dan akan menabrak planet ini dalam hitungan hari.
Tumbukan itu diperkirakan akan berdampak meluluhlantakkan sebagian besar kawasan Eropa. Kondisi tersebut memicu kerusuhan dan kekacauan di mana-mana. Dalam kekalutan, pemerintah mengumumkan situasi darurat. Lewat jalur khusus, pemerintah menghubungi sejumlah orang dan keluarga, yang dipilih secara acak, untuk dievakuasi dan tinggal sementara waktu di dalam bunker perlindungan milik pemerintah. Keluarga John Garrity terpilih dan dari sanalah cerita terus berkembang dan menyatukan kembali keberadaan mereka sebagai sebuah keluarga.
”Tema utama film ini adalah keluarga, pembaruan, dan kemanusiaan. Tentang apa sebenarnya kehidupan itu. Saya merasa film ini sangat dalam dan kuat. Naskahnya pun sangat emosional. Ini bukan tipikal (film) pahlawan yang menghajar komet. Setiap orang adalah pahlawan. Film ini menyajikan banyak tantangan moral. Para penonton pasti terkejut,” ujar Butler.
Sementara sang sutradara, seperti dikutip laman The Hollywood Reporter, menyebut film besutannya bercerita tentang kemanusiaan di tengah isu kekacauan global. Dalam kondisi macam itu setiap orang mampu melakukan apa pun terhadap orang lain, baik perbuatan jahat maupun mulia, terutama saat hal itu terkait soal hidup dan mati.
Ironisnya, tambah Waugh, film Greenland dibuat sebelum pandemi terjadi dan tak lama kemudian situasi yang digambarkan tadi kemudian terjadi. Waugh lebih lanjut membenarkan pihaknya saat ini telah memulai proses penggarapan sekuel film, Greenland: Migration, dengan para pemain dan penulis naskah sama.
Proyek film dengan hak tayang senilai 75 juta dollar AS atau setara Rp 1 triliun ini akan berkisah tentang kelanjutan nasib para penyintas. Mereka akan mencoba keluar dari Greenland dan mencari lokasi untuk dihuni dan melanjutkan kehidupan mereka di kawasan Eropa yang digambarkan dingin membeku. Proses pengambilan gambarnya sendiri direncanakan mulai berlangsung tahun 2022.