”Laut Memanggilku” Rebut Sonje Award 2021 di Busan
Film pendek Laut Memanggilku garapan sutradara Tumpal Tampubolon dinobatkan sebagai Film Pendek Terbaik Busan International Film Festival 2021.
Oleh
Wisnu Dewabrata
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tahun 2021 menjadi tahun prestasi bagi dunia film Indonesia. Satu lagi karya film produksi Tanah Air memenangi penghargaan bergengsi di ajang festival film luar negeri.
Kali ini giliran film pendek Laut Memanggilku garapan sutradara Tumpal Tampubolon yang dinobatkan menjadi Film Pendek Terbaik (Sonje Award) di festival film terbesar di Asia, Busan International Film Festival (BIFF) 2021.
Pengumuman tentang hal itu disampaikan tiga juri Sonje Award, Bastian Mayraison, Royston Tan, dan Danbi Yoon, yang sekaligus menyerahkan penghargaan kepada sang sutradara, Jumat (15/10/2021).
Sebelumya dua film Indonesia memenangi dua penghargaan bergengsi di festival internasional berbeda. Film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas garapan sutradara Edwin merebut Golden Leopard di Locarno International Film Festival 2021. Sementara itu, film Yuni garapan sutradara Kamila Andini memenangi Platform Prize di Toronto International Film Festival 2021.
”Saya senang sekali film-film Indonesia tahun ini banyak mendapat perhatian sangat besar dari dunia internasional,” ujar produser Tanakhir Films yang memproduksi Laut Memanggilku, Mandy Marahimin, per telepon, Jumat (15/10/2021).
Menurut Mandy, hal yang diperoleh sekarang tidak bisa dilepaskan dari seluruh upaya yang telah dilakukan para pembuat film Tanah Air sejak bertahun-tahun yang lalu. Perhatian dunia terhadap film Indonesia sudah ada sejak film Garin Nugroho, Cinta Dalam Sepotong Roti (1991). Selain itu, juga ada Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak yang dipuji di Festival Film Cannes 2017. Dari perjalanan panjang seperti itulah, film Indonesia mendapatkan banyak perhatian.
Mandy menambahkan, masa pandemi saat ini memberikan banyak kesulitan dan keterbatasan, terutama dalam menggarap suatu karya. Menurut dia, film pendek Laut Memanggilku kali ini merupakan salah satu dari tiga skenario film pendek yang akhirnya dia dan sang sutradara sepakati untuk diproduksi.
Pertimbangannya, dibandingkan dengan dua skenario lain, skenario Laut Memanggilku jauh lebih cocok untuk digarap di masa pandemi. Hal itu lantaran banyak proses pengambilan gambar dilakukan di ruang terbuka dan jumlah pemain tidak terlalu banyak.
”Jadi, dua skenario (lainnya) tidak mungkin diproduksi di masa pandemi lantaran banyak adegan indoor dan juga banyak adegan yang kontak dekat antarpara aktor,” ucap Mandy.
Film berdurasi kurang dari 20 menit itu berkisah tentang Sura (Muhammad Umar), seorang anak nelayan sebatang kara yang menemukan sebuah boneka di pantai. Boneka berukuran tubuh perempuan dewasa itu dia bersihkan dan bawa pulang dan seolah dia jadikan pengganti ibunya.
Namun, kehangatan tersebut terancam oleh Argo (Dikky Takiyudin), seorang pemuda tanggung yang dikenal Sura. Argo ingin merenggut boneka itu dari tangan Sura. Kedua pemeran, Umar dan Dikky, keduanya—menurut Mandy—bukan pemain film profesional dan berasal dari Sanggar Anak Harapan.
Proses pengambilan gambar dilakukan di kawasan kampung nelayan di pantai wilayah Tangerang, Banten. Akibat pandemi, biaya proses produksi bertambah hingga 30 persen lantaran harus memenuhi ketentuan protokol kesehatan. Film ini juga menjadi nomine Film Pendek Terbaik di Festival Film Indonesia 2021.
Dalam siaran pers, sutradara Tumpal Tampubolon menyatakan, kemenangan ini adalah juga kemenangan bagi dunia perfilman Indonesia. Untuk itu, dia berterima kasih kepada seluruh kerabat kerja yang terlibat.
”Terima kasih sudah mengajarkan saya dengan kebersamaan kita bisa meraih hal-hal besar,” ujar Tumpal seperti dikutip dari siaran pers.
Penghargaan Sonje diberikan kepada film pendek Korea dan Asia terbaik di kategori Wide Angle. Kategori itu salah satu dari empat kategori yang memang didedikasikan untuk menampilkan film pendek luar biasa dan film dokumenter dengan sudut pandang sinematik luas serta visi yang berbeda.