Dalam Satu Bulan, Dua Film Indonesia Menang di Festival Film Internasional
Sepanjang sejarah perfilman Indonesia, baru kali ini ada dua film Indonesia dalam satu tahun memenangi dua penghargaan film tertinggi dunia, yakni Penghargaan Platform Prize di Toronto dan Golden Leopard di Locarno.
Oleh
Wisnu Dewabrata dan Dwi Bayu Radius
·3 menit baca
DOKUMENTASI FOURCOLOURS FILMS
Sutradara Kamila Andini (tengah) berpose bersama Artistic Director TIFF Cameron Bailey (kanan) setelah memenangi penghargaan bergengsi Platform Prize di Toronto International Film Festival (TIFF) 2021.
JAKARTA, KOMPAS — Kabar baik kembali datang dari industri perfilman Tanah Air. Setelah film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas merebut Golden Leopard di Locarno Film Festival pertengahan Agustus lalu di Swiss, kini giliran film Yuni memenangi penghargaan Platform Prize di Toronto International Film Festival (TIFF), Minggu (19/9/2019) di Kanada.
Dua kemenangan ini menjadi semacam penyemangat bagi industri film Indonesia yang tengah berusaha bangkit kembali di tengah situasi pandemi Covid-19 yang belum reda.
Sutradara film Yuni, Kamila Andini, melalui pesan singkat yang dikirim dari Toronto, Kanada, mengatakan, penghargaan bergengsi yang dikhususkan untuk film-film bernilai artistik tinggi dan menunjukkan visi penyutradaraan kuat. ”Terima kasih, ya. Ini (saya) baru selesai (mengikuti) rangkaian acara,” tulis Kamila, Minggu (19/9/2021).
Dalam siaran pers, yang juga disampaikan saat pidato penerimaan, Kamila menyebut film Yuni adalah film ketiganya yang ia ikut sertakan di ajang TIFF. Yang pertama Kamila membawa film pendek ke TIFF 2015 lalu.
”Sekarang saya kembali ke sini untuk ketiga kalinya membawa ’srikandi’ ke sinema dan TIFF. Saya melihat ini sebagai harapan untuk suara-suara perempuan di Indonesia maupun dunia yang masih terus berjuang mencari kebebasannya,” papar Kamila. Film Yuni bercerita tentang gadis pintar dengan mimpi besar.
Kamila juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada segenap kru, pemain, produser, rekanan, dan semua pihak yang ikut memperjuangan film Yuni. Baginya, kemenangan ini bukan hanya kemenangan sinema Indonesia, melainkan juga kemenangan sinema Asia Tenggara.
Kemenangan Yuni menambah catatan prestasi yang dibuat insan film Tanah Air di masa pandemi ini. Pertengahan Agustus lalu, film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas(Vengeance Is Mine, All Others Pay Cash) besutan sutradara Edwin memenangi penghargaan tertinggi Golden Leopard di Locarno Film Festival di Swiss. Edwin menjadi sutradara Indonesia pertama yang meraih penghargaan bergengsi yang diincar para sineas dari seluruh dunia itu. Film ini mengalahkan beberapa pesaing dari sejumlah negara. Salah satunya film garapan aktor Hollywood, Ethan Hawke, Zeros and Ones.
Pada akhir Agustus 2021, Watchdoc Documentary Maker meraih penghargaan Ramon Magsaysay untuk kategori Emergent Leadership. Penghargaan ini diberikan karena film-film dokumenter Watchdoc dianggap masuk dalam jurnalisme investigasi dengan platform baru dan kreatif yang menyoroti isu sosial, lingkungan, dan hak asasi manusia.
Ikut senang
Sejumlah ungkapan gembira disampaikan beberapa insan perfilman Tanah Air atas kemenangan Yuni di Toronto dan sebelumnya Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas di Swiss. Sutradara Makbul Mubarak berpendapat, kemenangan kedua film ini membuktikan kualitas film Indonesia. Kemenangan ini sekaligus memicu semangat sineas lainnya untuk melahirkan karya-karya berkualitas agar bisa memenangi penghargaan di ajang-ajang internasional yang bergengsi.
DOKUMENTASI FOURCOLOURS FILMS
Salah satu adegan dalam film Yuni arahan Sutradara Kamila Andini yang memenangi penghargaan Platform Prize di Toronto International Film Festival (TIFF) 2021.
Makbul sendiri kini tengah menuntaskan garapan terbarunya, Autobiography. Dia juga mengaku berkesempatan mengerjakan film tersebut setelah menjuarai Open Doors Hub di Locarno Film Festival pada 2019.
Pada kesempatan terpisah, produser Palari Films, Meiske Taurisia, menyebut, sepanjang sejarah perfilman Indonesia baru kali ini ada dua film Indonesia dalam satu tahun memenangi dua penghargaan film tertinggi dunia, yakni Penghargaan Platform Prize di Toronto dan Golden Leopard di Locarno.
Kedua pencapaian ini mencuatkan sinyal kuat bahwa film Indonesia punya daya saing atau kemampuan berkompetisi yang tinggi di dunia internasional. Hal itu sekaligus menjadikan film Indonesia sangat berkompeten dalam skala perfilman dunia.
Meiske, yang juga produser film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas, menambahkan, catatan prestasi ini bagai panen buah-buahan manis, yang seyogianya bisa bertambah banyak jika didukung perkebunan mumpuni dan terstruktur. Jadi, pemerintah diharapkan segera memberi dukungan lebih serius dan terstruktur melalui kebijakan, institusi, dan fasilitas agar semakin banyak film Indonesia mencapai kualitas internasional.