Nirvana, Terserah, Tak Masalah
Kegemilangan itu membahagiakan Cobain sesekali. Selepasnya, dia larut dengan kesedihan lama: trauma perpecahan keluarga, hubungan asmara yang tak pernah stabil, serta iritasi usus besar.
Judul ini diterjemahkan dari larik ”Oh well, whatever, nevermind” yang ada di lagu ”Smells Like Teen Spirit” yang jadi roh album Nevermind, album kedua Nirvana yang dirilis 30 tahun lalu. Sikap masa bodoh menemani keresahan kaum muda kala itu. Albumnya mengubah lanskap musik rock. Tapi, pentolannya, Kurt Cobain, tetap murung hingga akhir hayatnya.
Popularitas Nirvana perlahan naik berkat album perdana Bleach (1989) rilisan label rekaman lokal Sub Pop. Gaungnya makin membesar ketika mereka melepas singel susulan ”Sliver” pada 1990.
Pola lagu ”Sliver” adalah idaman Cobain. Dalam standarnya, itu adalah lagu pop yang bernuansa lirih, lalu bising dan kencang. Pola ini dia tangkap dari band idolanya, Pixies.
”Kami mengadopsi dinamika lagu-lagu mereka, lembut dan lirih, lalu lantang dan kencang,” kata Cobain kepada Rolling Stone. Lagu ”Sliver” adalah hasil pertamanya. ”Aku ingin menulis lebih banyak lagu seperti itu.”
Itulah yang Cobain dan sohibnya, pemain bas Krist Novoselic, lakukan. Cobain merasa butuh pemain drum yang bagus. Dia kurang sreg dengan Chad Channing. Mereka membuka audisi, yang salah satunya diikuti Dave Grohl, setelah band hardcore-nya, Scream, vakum.
Baca juga: Harta yang paling berharga adalah Metallica
Grohl menempuh perjalanan jauh dari Virginia ke kediaman Cobain di Olympia, pinggiran kota Seattle. Mereka tinggal bersama, sementara Novoselic di Tahoma, sekitar satu jam perjalanan darat dari Olympia.
Seperti dituturkan di buku Heavier than Heaven susunan Charles R Cross, Cobain dan Grohl geser ke Tahoma pada Januari 1991, menyewa tempat tinggal supaya lebih serius menggarap album baru, sekalian mengajarkan lagu lama kepada Grohl. Sebagian materi baru sudah disiapkan Cobain jauh-jauh hari.
Latihan serius
Mereka latihan seperti tak kenal waktu di apartemen yang berantakan itu. Salah satu lagu baru yang dikenalkan Cobain kepada dua partnernya adalah ”lagu dengan riff pembuka yang simpel, tapi catchy”. Cobain mencekoki mereka dengan lagu belum berjudul itu selama lebih dari 3,5 jam terus-menerus. Grohl mengisinya dengan gebukan sekuat-kuatnya.
Di sela jadwal latihan, mereka tetap manggung, memastikan berlabuh ke label rekaman besar DGC serta mengikat Butch Vig sebagai produser. Mereka menetapkan rekaman di studio Sound City di Los Angeles.
Pertemuan Vig dengan Nirvana terjadi setahun sebelumnya. ”Mereka datang ke studioku, katanya mau merekam album. Sepertinya mereka belum mandi empat-lima hari. Mereka tidur di van atau menumpang di apartemen orang,” kata Butch Vig, seperti dikutip BBC.
Aku ingat waktu mendengarnya, aku melompat-lompat dan bertanya kepada siapa pun apa judul lagu ini.
Ia tertarik dengan materi Nirvana. Cobain bisa sangat fokus dan menawan, tapi bisa ”hilang” seketika asyik dengan dunianya. Pertemuan awal ini menghasilkan lagu-lagu seperti ”Breed”, ”Lithium”, ”Stay Away”, dan ”Polly”. Sesi rekaman berikutnya dilanjutkan pada April 1991 ketika Grohl sudah gabung.
Nirvana sempat manggung di Seattle pada 17 April 1991 di OK Hotel. Mereka mengejutkan penonton dengan memainkan lagu baru yang dinyanyikan Cobain sambil menggumam karena belum terlalu hafal lirik. Namun, riff gitar dan pukulan drum yang kencang menyedot perhatian.
”Aku ingat waktu mendengarnya, aku melompat-lompat dan bertanya kepada siapa pun apa judul lagu ini,” kata Susie Tennant, anggota staf promosi label DGC. Kegembiraan itu serupa dengan yang dirasakan Novoselic dan Grohl tiga pekan sebelumnya ketika mereka berlatih lagu baru itu terus-terusan.
Masuk studio
Itulah lagu ”Smells Like Teen Spirit” yang kelak jadi pembuka Nevermind—salah satu lagu pembuka album dengan intro terdahsyat. Judul itu diambil Cobain dari grafiti yang ditorehkan Kathleen Hanna, vokalis Bikini Kill, bertuliskan ”Kurt Smells Like Teen Spirit”. Teen Spirit adalah merek deodoran yang sering dipakai Tobi Vail, pacar Cobain ketika itu.
Seminggu setelah ”Smells Like Teen Spirit” dipanggungkan perdana, Nirvana berangkat ke Los Angeles, menyewa Apartemen Oakwood yang dekat dengan studio. ”Banyak coretan di dinding, sofa-sofanya berantakan. Mereka sering begadang di pantai, minum-minum untuk mengurangi gugup rekaman,” kata Vig.
Nirvana masuk studio sekitar pukul tiga sore dan berlanjut sampai tengah malam. Di minggu pertama, mereka menyelesaikan trek dasar. Setelah dua minggu, Nirvana merekam 10 lagu.
Satu dari sepuluh lagu itu adalah kejutan, berjudul ”Something in the Way”, yang direkam terakhir. Lagu kelam ini berkisah tentang pahitnya kehidupan Cobain di kolong jembatan yang terpaksa makan ikan karena ”mereka tak berperasaan”. Tapi, kisah ini adalah isapan jempolnya.
Untuk judul, Cobain memilih kata nevermind atau secara harfiah berarti ’tak usah dipikirkan’. Kata itu, ujarnya, mewakili cara pandangnya pada hidup. Selain itu, kata itu juga dicuplik dari lagu ”Smells Like Teen Spirit” yang paling sering mereka bahas selama rekaman. Di kemudian hari, Novoselic berujar judul album itu mencerminkan sikap publik pada agresi militer AS di Perang Teluk.
Rancangan artistik sampul album yang dipikirkan Cobain sejak dua tahun harus ia rombak. Ia tertarik pada proses melahirkan di air yang dia lihat di tayangan televisi. Pihak label keberatan. Sebagai gantinya, Cobain mengusulkan imaji bayi yang berenang mengejar uang satu dollar AS.
Cobain dan ironinya
Urusan produksi album kelar. Cobain pulang ke apartemen kontrakannya di Olympia. Begitu sampai, barang-barangnya terkemas dalam kotak di depan pintu. Dia diusir. Ini ironi. Bersama Nirvana, Cobain adalah artis dengan nilai kontrak besar, tapi dia tak punya uang untuk bayar kontrakan. Dia tidur di jok belakang mobil Valiant-nya.
Beberapa pekan menjelang perilisan album, Nirvana harus menjalani rangkaian promosi; wawancara radio, jumpa penggemar, menandatangani memorabilia. Di titik inilah, Cobain mengakui dirinya makin populer, tetapi ia enggani.
Pada malam perilisan album kala Nirvana ada di Boston, ia membatalkan semua wawancara dan program promosi. Dia memilih berduaan dengan Mary Lou Lord, perempuan yang sedang ia taksir. Novoselic dan Grohl diajak staf label menengok toko kaset paling besar di Boston dan mendapati seribuan orang mengantre membeli album itu.
Singel ”Smells Like Teen Spirit” tiba-tiba menjadi lagu wajib kaum muda kala itu. Lagu itu agresif, tapi juga terasa murung, sekaligus masa bodoh.
Album ini baru menonjok di puncak tangga Billboard 200 pada Januari 1992, menggusur album mahal Dangerous dari Michael Jackson. Nirvana lantas bisa menggelar tur lebih jauh: ke Australia, Jepang, dan Hawaii.
Baca juga: Strategi samurai Iron Maiden
Musik rock mendapat wajah baru dari album ini. Band-band dari lingkungan Seattle ikut naik. Band rock alternatif terus bertumbuh. Kebisingan dan kekacauan terpola dari bunyi gitar diadopsi band indie rock masa kini. Album ini pun masih terus dibeli.
Kegemilangan itu membahagiakan Cobain sesekali. Selepasnya, dia larut dengan kesedihan lama: trauma perpecahan keluarga, hubungan asmara yang tak pernah stabil, serta iritasi usus besar yang membuatnya bergantung pada obat penenang dan heroin.
Hingga Kurt Cobain mengakhiri hidupnya sendiri pada 5 April 1994 di usia 27, Nirvana menghasilkan tiga album studio, beberapa kompilasi demo, dan sejumlah album live, termasuk yang paling laris adalah Nirvana MTV Unplugged in New York. Album ini juga jadi cetak biru mementaskan musik rock berisik dalam rupa akustik tanpa kehilangan intensitasnya.
Nirvana adalah salah satu band paling berhasil yang pernah ada. Ketika mengonsep album Nevermind pada 1990, Cobain menulis catatan untuk dicantumkan di sampul, tapi batal. Dua kalimatnya terasa kuat. ”Terima kasih pada semua orang tua yang tak pernah mendukung anak-anaknya. Berkat kalian kami punya hasrat menunjukkan keberhasilan kami.”