Aksi Pasangan Penakluk Roh Jahat di Film "The Conjuring: Devil Made Me Do I"
Roh jahat tak kenal lelah mengganggu dan bahkan membunuh manusia di jagat "The Conjuring". Tugas suami istri Ed dan Lorraine untuk memburu dan memusnahkan mereka sebelum kembali menyakiti manusia.
Oleh
WISNU DEWABRATA
·4 menit baca
Dalam jagat saga horor The Conjuring, para iblis sepertinya memang tak kenal lelah meneror dan mencari korban baru tumbal nyawa manusia di dunia nyata. Teror pembunuhan dan kematian mengerikan, yang terjadi dan selalu dilakukan dengan meminjam tangan “pelaku” manusia lain.
Dalam sekuel ketiga kali ini The Conjuring: Devil Made Me Do It kembali berkisah tentang sepak terjang pasangan pakar paranormal, Ed (Patrick Wilson) dan Lorraine (Vera Farmiga) Warren. Selain mengungkap kehadiran roh jahat di balik satu kejadian, keduanya juga berupaya menghentikan sang iblis atau entitas jahat tadi agar tak lebih merajalela.
Sosok suami istri itu sendiri memang ada di dunia nyata. Sekuel The Conjuring juga diambil dari sejumlah kejadian menonjol, yang pernah ditangani kedua pasangan tersebut. Pada sekuel ketiga, cerita yang dipilih terkait peristiwa pembunuhan sadis yang terjadi di Connecticut, Amerika Serikat, pada tahun 1981.
Oleh pengadilan Arne Cheyenne Johnson, dalam film diperankan oleh Ruairi O\'Connor, didakwa membunuh Bruno (Ronnie Gene Blevins). Korban tak lain induk semang sekaligus pemilik petshop majikan pacar Arne, Debbie Glatzel (Sarah Catherine Hook).
Pembunuhan sadis itu membuat warga kota kecil di sana terguncang. Akan tetapi dalam persidangan Arne membantah bertanggung jawab. Dia membela diri dengan mengaku tengah berada di bawah pengaruh bisikan dan kendali kekuatan roh jahat.
Di pengadilan Ed dan Lorraine diminta membantu membuktikan alibi Arne tadi. Mereka juga sekaligus punya misi mencari pihak bertanggung jawab, yang telah “memanggil” (summon) roh jahat pembunuh tadi sekaligus memusnahkannya (roh jahat) agar tak kembali membunuh orang.
Sebelum merasuki Arne, roh jahat itu sebenarnya juga sudah merasuki tubuh David Glatzel (Julian Hilliard), adik Debbie, yang masih berusia delapan tahun. Saat upacara pengusiran (exorcist) Arne bahkan ikut membantu Ed dan Lorraine. Namun roh jahat malah berpindah ke tubuh Arne atas undangannya.
Ganti suasana
Bukan tanpa sebab kisah seputar pembunuhan sadis di Connecticut dipilih menjadi tema utama untuk sekuel ketiga The Conjuring kali ini. Salah satu alasannya adalah agar sekuel ketiga ini sedikit berganti suasana dan tak terjebak pengulangan. Pada dua film sebelumnya kisah horor terutama berkutat di dalam rumah berhantu.
Kesepakatan memilih kasus pembunuhan di tahun 1981 tadi sebagai plot utama sekuel ketiga diputuskan bersama-sama. Mereka antara lain James Wan (produser dan penulis naskah), David Leslie Johnson-McGoldrick (penulis naskah), dan juga Peter Safran (produser).
Wan dan Safran sendiri memang sudah sejak awal berkolaborasi membangun semesta film-film The Conjuring. Ketiganya berpendapat sama, kasus pembunuhan di Connecticut bisa memberi tantangan berat baru bagi tokoh Ed dan Lorraine untuk mengeluarkan bakat mereka demi memecahkan kasus pembunuhan tersebut.
Bagi para penggemar film-film horror di semesta The Conjuring, sekuel ketiga kali ini adalah film produksi ketujuh dari keseluruhan semesta The Conjuring. Serangkaian The Conjuring adalah waralaba film horor terbesar dalam sejarah, yang telah menangguk penerimaan kotor 1,8 miliar dollar Amerika Serikat di seluruh dunia atau setara Rp 25,56 triliun.
Ketujuh semesta The Conjuring sebelumnya terdiri dari The Conjuring (2013), Annabelle (2014), The Conjuring 2: The Enfield Poltergeist (2016), Annabelle: Creation (2017), The Nun (2018), Annabelle Comes Home (2019), dan The Curse Of La Llorona (2019).
Lebih lanjut menurut sang sutradara, Michael Chaves, hal yang membedakan sekaligus membuat sekuel ketiga kali ini lebih menarik adalah misteri luar biasa, yang melatar belakanginya. Boleh jadi pernyataan ini menjadi semacam clue untuk sekuel atau spinoff berikutnya di jagat The Conjuring.
Memang, berbeda dengan dua sekuel The Conjuring sebelumnya, sekuel ketiga kali ini tak secara spesifik melibatkan sosok roh jahat tertentu. Sementara di dua sekuel sebelumnya nama-nama roh jahat atau iblis yan terlibat jelas disebut dan bahkan dipakai untuk melawan sosok iblis itu sendiri.
Nama roh jahat yang terlibat di sekuel pertama adalah Bathsheba, roh jahat dari bekas penyihir yang ingin mempertahankan rumahnya. Sementara di sekuel kedua hantu jahat yang terlibat Bernama Valak alias iblis berwujud biarawati menyeramkan. Valak sendiri sudah dibuatkan spinoffnya di film The Nun (2018).
Ritual doa keselamatan
Seperti juga proses produksi film sekuel dan spinoff lain sebelumnya di karya ketiga kali ini proses produksi dan pengambilan gambar terlebih dahulu diawali dengan ritual doa memohon keselamatan. Doa bahkan dipimpin langsung Uskup Bryan D Ouellette dari Gereja Katolik the Holy Nicholean, Atlanta, AS.
“Seluruh pemain dan kru diundang hadir. Bagi kebanyakan dari mereka acara doa bersama memojon keselamatan seperti ini bertujuan menenangkan, terlepas dari kepercayaan masing-masing. Semua menjadi merasa lebih tenang,” ujar sang produser, Peter Safran.
“Doa bersama seperti ini mensucikan sekaligus menguduskan ruang atau tempat kami bekerja. Awal seperti ini diperlukan untuk menjamin kelancaran proses produksi,” tambah Vera Farmiga.