Merayakan Ragam Rupa God Bless
Achmad Albar muncul dari area penonton. Dia berlari kecil seperti kebiasaannya, menghampiri rekan-rekannya yang sudah memulai bagian intro.
Eksistensi band rock God Bless selama 48 tahun disanjung musisi lintas generasi dan lintas genre. Ini dipertontonkan dalam konser yang disiarkan melalui internet dari Gedung Indonesia Convention Exhibition di Bumi Serpong Damai, Tangerang, Banten, pada Selasa (31/8/2021) malam. Lagu-lagu God Bless mewujud beraneka rupa.
Lagu kebangsaan ”Indonesia Raya” berkumandang membuka konser 48 Tahun God Bless: Mulai Hari Ini tepat pukul 20.00, mundur satu jam dari jadwal yang tertera di iklannya. Penonton di rumah lantas disuguhkan tayangan Achmad Albar, Donny Fattah, Abadi Soesman, Ian Antono, dan Fajar Satritama beranjak dari ruang tunggu menuju panggung.
Tak cuma para personel, adegan serupa juga memperlihatkan perpindahan Romulo Rajadin atau Lilo sejak memakai jas hitam di ruang tunggu menuju panggung dalam durasi sama dengan adegan personel God Bless. Mereka berjumpa di panggung ketika intro ”Menjilat Matahari” mulai dimainkan.
Dua adegan serupa itu menunjukan peran Lilo sederajat dengan God Bless. Dia, disampaikan di panggung, adalah CEO alias bos dari Rockinlilo, penyelenggara acara ini. Lilo berlaku sebagai ”tuan rumah” acara.
God Bless belum saatnya tampil. Lilo mempersilakan para personel duduk di sederetan kursi tepi kiri menghadap ke panggung. Kelima personel God Bless menjadi penonton istimewa. Sebab, tamu undangan lainnya duduk saling berjauhan di arena penonton. Lagu ”Menjilat Matahari” jadi suguhan pembuka.
Lagu dari album Raksasa itu dimainkan, antara lain, oleh Sandy Pas Band pada drum, Ivanka Slank (bas), dan vokal diisi Lilo, lalu dilanjutkan oleh Roy Jeconiah. Posisi gitar terbilang istimewa karena dimainkan oleh Eet Syahranie, yang ketika album ini keluar pada 1989 adalah personel God Bless, mengisi kekosongan yang ditinggalkan Ian.
Ian manggut-manggut menyimak penampilan pembuka itu. Sementara Abadi tertangkap kamera mengacungkan dua jempolnya. Lagu pertama ditutup dengan solo gitar Eet. Harapan menyimak duel gitar antara Eet dan Ian harus pupus.
Lagu itu disambung dengan nomor ”Bis Kota” yang sebenarnya tidak masuk katalog lagu God Bless, melainkan karya solo Albar. Di lagu ini penyanyinya adalah Andy dari band /rif. Bunyi gitar makin riuh oleh permainan tiga gitaris sekaligus, yaitu Cella ”Kotak” serta duo gitaris DeadSquad, Stevi Item dan Kharis.
Setelah dua lagu pembuka yang bergemuruh itu, tensi pertunjukan agak diturunkan. Lilo memanggil rekannya di grup KLa Project, yaitu kibordis Adi Adrian. Lilo berceloteh sedikit tentang acara itu dan memanggil penyanyi Fadly dari band Padi. Adi dan Fadly berduet membawakan tembang tenar ”Panggung Sandiwara”. Aransemen lagu ini penuh dengan bunyi synthesizer dan keyboard, berbeda jauh dengan versi aslinya yang bernuansa akustik.
Diajak ”ngobrol”
Aransemen menarik disuguhkan penampil berikutnya, Teza Sumendra, yang membawakan lagu ”Gadis Binal” dari album perdana God Bless. Lagu ini berasa techno dan R&B mewakili karakter musik Teza yang bercitra modern. Albar, yang menulis lirik lagu ini, mengaku tak bisa menebak bahwa Teza akan membawakan lagu ciptaan Ian itu.
Teza seolah-olah masih penasaran mengapa lagu kesukaannya itu jarang dimainkan God Bless di panggung. Maka dia mengajak ”om-om” itu ke belakang panggung untuk ”mengobrol lebih jauh”. Kelima personel God Bless dalam balutan jas necis—cuma Donny yang memadukan setelannya dengan sepatu sneaker—lantas beranjak. Entah seseru apa obrolan antara Teza dan God Bless di belakang panggung sampai-sampai mereka tak lagi kembali menempati kursi-kursi empuk itu.
Baca juga: God Bless Berkabar lewat Lagu
Penampil-penampil berikutnya tak lagi disimak lekat-lekat oleh God Bless, setidaknya begitulah yang terlihat di layar. Padahal, mereka membawakan lagu God Bless dalam aransemen yang tak kalah seru dengan ”Gadis Binal” versi Teza.
Lagu ”Badut-badut Jakarta”, misalnya, disuguhkan amat apik oleh Isyana Sarasvati bersama bandnya. Isyana, dengan riasan muka bergaya gotik itu, menunjukkan kualitas vokalnya. Di tengah lagu, dia menyandang dan memainkan keytar. Tak cuma itu, Isyana pun main gran piano menjelang lagu berakhir. Lagu ”Badut-badut Jakarta” jadi bernuansa opera. Durasi lagu jadi lebih panjang dibandingkan dengan versi album yang sekitar empat menitan itu. Rasanya, ini adalah gubahan paling asyik selama konser.
Setelah Isyana, panggung jadi milik Danilla dan bandnya. Mereka memainkan nomor ”Anak Kehidupan”. Lagu itu disusul dengan ”Sudahlah Aku Pergi” oleh Dul Jaelani dan Tisa Biani, serta ”Saksi Gitar Tua” oleh grup Fourtwnty. Lantas, ”Srigala Jalanan” menderu dalam rupa death metal dari DeadSquad yang liriknya dinyanyikan Krisyanto vokalis Jamrud.
Lilo, sang promotor itu, lagi-lagi naik panggung menyanyikan ”Syair Kehidupan”. Dia diiringi oleh dua gitaris Burgerkill: Agung dan Eben; pemain biola Ava; dan vokalis Kamila. Tensi pertunjukan yang sempat memanas oleh racikan DeadSquad berubah drastis oleh aransemen bercorak akustik di lagu ini.
Waktunya God Bless
Setelah pertunjukan berjalan sekitar 1,5 jam, akhirnya giliran sang bintang pun tiba. God Bless memulai jatah mereka dengan nomor ”Musisi”. Albar muncul dari area penonton. Dia berlari kecil seperti kebiasaannya, menghampiri rekan-rekannya yang sudah memulai bagian intro.
Baca juga: God Bless, Rumah Terberkati bagi Para Raksasa
Inilah nomor yang meneguhkan jalan karier mereka hingga awet bertahan selama 48 tahun. Enam gitaris, yaitu Cella, Stevi, Ezra, Eben, Kharis, dan Agung, bergabung mengisi bagian interlude. Keenamnya bergantian memainkan solo, seolah-olah memberi selamat pada eksistensi band yang penah jadi pembuka Suzi Quatro & Her Boys, serta Deep Purple pada 1975 itu.
Seusai lagu, Albar berucap, ”Semoga (pertunjukan) ini menjadi titik terang bagi musisi untuk bersemangat bekerja lagi, dan berkreativitas kembali.” Lagu ”Musisi” jadi pemberi semangat bagi musisi lainnya menyikapi masa paceklik panggung karena pandemi ini.
God Bless melanjutkan aksinya dengan memainkan lagu ”Kehidupan” bersama Roy Jeconiah. Lagu dengan beat padat ini ditutup dengan aksi solo drum Fajar Satritama, yang bergabung dengan God Bless pada 2012. Tenaga dan variasi pukulannya mantap betul. Lagu ”Cermin” lantas dimainkan. Isyana Sarasvati kembali beraksi.
Lagu ”Semut Hitam” menyusul berikutnya. Bagi penggemar God Bless, ini adalah lagu wajib. Tak ada aksi kolaborasi dengan musisi lain di nomor ini. Inilah wujud sejati God Bless.
Selepas lagu itu, layar menayangkan sejumlah pencapaian mereka, termasuk ketika diberi penghargaan oleh Presiden Joko Widodo pada Jumat (27/8/2021). Penghargaan berwujud piala itu diberikan karena ”telah menggaungkan musik rock di Indonesia” seperti tertulis di sisi bawah piala.
God Bless memungkasi pertunjukan itu dengan merangkai lagu ”Mulai Hari Ini” dan ”Rumah Kita”. Seluruh penampil ada di panggung. Konfeti pun berguguran sampai-sampai menutupi pedal gitar Ian. Pertunjukan usai sekitar pukul 22.30.
God Bless sejatinya adalah band panggung yang berinteraksi intens dengan penontonnya. Tetapi, karena pandemi, perjumpaan langsung dengan penggemar melalui konser menjadi terbatas. Dalam wawancara sebelumnya, personel God Bless mengaku harus beradaptasi dengan pola baru: konser virtual. Bagi God Bless, ini adalah konser virtual berbayar pertama mereka.
Baca juga: Sepenggal Wajah Rock Negeri Ini
Promotor pun harus melakukan adaptasi serupa. Sebab, menyiarkan konser secara virtual punya tantangan berbeda dibandingkan dengan menyelenggarakan pertunjukan langsung. Aspek teknis, semisal memastikan daya koneksi internet, perlu dijaga demi kenyamanan menonton melalui layar.
Sepanjang pertunjukan tak sedikit komentar penonton di kolom obrolan yang mengeluhkan kualitas suara. Suara vokalis sering tertimbun bunyi instrumen. Ada juga yang bilang tampilan gambar tidak selaras dengan suara. Meski begitu, tata lampu dan dekorasi tampak wah.
Sebagian penonton, yang membayar Rp 75.000 hingga Rp 100.000 untuk satu kode unik, tak menuntaskan tayangan ini. Pada salah satu platform penyiaran terpampang angka 354 penonton saat konser usai, menyusut dari sekitar 460 penonton di tengah-tengah pertunjukan. Bisa jadi, inilah dampak dari kendala teknis konser yang disiarkan lewat internet. Nama besar artis jadi pertaruhannya.