Magnet Jepang Terus Menarik Netflix
Netflix menyasar Jepang sebagai pasar pertumbuhan baru.

Sebuah layar komputer dan ponsel menampilkan logo Netflix di Arlington, Virginia, Amerika Serikat, 31 Maret 2020. Bridgerton telah menjadi serial baru Netflix yang paling populer, dengan lebih dari 82 juta rumah tangga yang menonton.
Ruang Netflix untuk bertumbuh di negara-negara Barat semakin mengecil. Netflix sekarang menyasar Asia, khususnya Jepang, sebagai pasar pertumbuhan baru.
Netflix meluncur ke Jepang pada akhir 2015. Untuk menggaet pelanggan lokal, perusahaan layanan streaming asal Amerika Serikat ini menerapkan strategi yang efektif, yakni mendapatkan dan membiayai produksi konten anime sebanyak mungkin.
Seiring berjalannya waktu, Netflix melakukan diversifikasi konten Jepang. Netflix memperbanyak konten laga hidup (live-action) orisinal. Menariknya, ketimbang tunduk, Netflix justru membuat jenis konten yang melawan tren arus utama di pasar lokal.
Head of Content Netflix untuk Jepang Kaata Sakamoto mengatakan, sekitar lebih dari 50 naskah asli Jepang di bawah pengawasannya adalah sesuatu yang hampir tidak pernah dilakukan industri televisi domestik Jepang. Selama ini, industri televisi Jepang terkenal konservatif dan hemat ongkos produksi.
Salah satu konten orisinal pertama Netflix di Jepang adalah The Naked Director (2019-sekarang), sebuah serial tentang sutradara film dewasa, Toru Muranishi. Serial ini mengandung konten eksplisit sehingga tak cocok ditayangkan di stasiun televisi lokal. Nikkei Asia memprediksi, ongkos produksi serial ini mencapai hampir 1 juta dollar AS per episode.
”Kami mencari cerita yang belum pernah diceritakan—dan secara visual, dalam hal pendekatan, hal-hal yang belum pernah terlihat dari sini sebelumnya,” kata Sakamoto dalam artikel Why Netflix Is Targeting the Japanese TV Market, terbit Kamis (12/8/2021).
Serial orisinal lainnya adalah Alice in Borderland (2020-sekarang). Dibintangi oleh Kento Yamazaki, Alice in Borderland merupakan sebuah fiksi distopia berdasarkan manga populer. Tema seperti ini umumnya tidak tersentuh oleh jaringan televisi Jepang.

Para pemeran dalam serial orisinal Jepang dari Netflix, Alice in Borderland (2020-sekarang), terlihat mengambil gambar di depan Stasiun Shibuya, Tokyo. Dibintangi oleh Kento Yamazaki (tengah), Alice in Borderland merupakan sebuah fiksi distopia berdasarkan manga populer.
Pendekatan unik Netflix terhadap naskah asli tersebut menciptakan titik kontras yang menarik. ”Jepang penuh dengan cerita orisinal yang unik,” ujar Sakamoto.
Namun, lanjutnya, industri televisi di Jepang tidak menggeliat seperti yang terjadi di Korea Selatan beberapa tahun terakhir. Penyebabnya, antara lain, karena petinggi yang konservatif dalam industri televisi kerap menghindari cerita yang bersifat eksperimental meski cerita itu bisa lebih masuk ke penonton domestik dan internasional.
Para petinggi industri itu juga menunjukkan ketergantungan pada kebiasaan untuk mengadaptasi cerita manga populer dengan cepat dan murah. Dampak kebiasaan itu bisa terlihat dari anggaran acara televisi yang sangat rendah di sebagian televisi Jepang.
Sutradara 100 Yen Love (2014), Masaharu Take, berpendapat, kecenderungan konservatif itu membuat banyak pekerja kreatif Jepang putus asa. Petinggi di industri hanya ingin mengulang apa yang berhasil di masa lalu.
”Sering kali ketika kami menemukan ide-ide segar dan menarik, mereka akan berkata ’Itu sangat menarik, tetapi jangan lakukan sekarang karena terlalu mahal, dan bagaimana kita tahu bahwa itu akan laku’?” tutur Take.
Magnet Jepang
Jepang memiliki magnet kuat yang terus menarik Netflix. Jepang adalah ekonomi ketiga terbesar di dunia setelah Amerika Serikat dan China. Jumlah pelanggan Netflix di ”Negeri Sakura” telah melampaui 5 juta pelanggan.
Riset Media Partners Asia (MPA) baru-baru ini menunjukkan, Jepang diproyeksikan menjadi pusat pendapatan terbesar Netflix di kawasan Asia Pasifik, melampaui Australia dan Selandia Baru, pada tahun ini. Padahal, Netflix hanya menguasai 10 persen pangsa dari total menit video premium yang dikonsumsi di negara ini.
Melihat potensi itu, Netflix terus berinvestasi besar-besaran di Jepang. Konten anime masih menjadi kategori konten paling penting untuk bersaing dengan platform streaming lokal, seperti U-Next. Pada tahun ini, Netflix merilis lebih dari 40 konten anime orisinal atau dua kali lebih banyak daripada jumlah yang dirilis tahun lalu.

Salah satu adegan dalam serial animasi orisinal, The Way of the Househusband (2021-sekarang), di Netflix. The Way of the Househusband adalah hasil adaptasi dari manga Jepang tentang seorang pensiunan yakuza yang menjadi ayah rumah tangga.
Netflix juga berencana meluncurkan serial drama The Journalist, tentang jurnalis Isoko Mochizuki yang menantang para elite politik Jepang. Serial Sanctuary dan Yu Yu Hakusho serta film We Couldn’t Become Adults juga berada dalam daftar rencana perilisan.
Ditambah lagi, Netflix pada Maret lalu menambah investasi di Jepang dengan menandatangani perjanjian dengan studio legendaris Jepang, Toho Studios. Toho Studios merupakan rumah bagi waralaba Godzilla dan pembuat film legendaris dunia, Akira Kurosawa.
Dalam perjanjian itu, Netflix akan mendapatkan akses untuk dua sound stage atau semacam studio suara dan fasilitas tambahan di Tokyo. Perjanjian ini akan berlangsung mulai pada April 2021 hingga beberapa tahun ke depan.
Pergantian strategi
Asia adalah kawasan penting bagi pertumbuhan berkelanjutan Netflix lantaran grafik bertumbuh di Amerika Utara dan Eropa Barat semakin stabil. Pada kuartal kedua tahun 2021, Netflix menggaet 1,5 juta pelanggan secara global, di mana dua pertiga di antaranya berasal dari Asia.
MPA memperkirakan, total investasi konten tahunan Netflix di Asia akan tumbuh melewati 1 miliar dollar AS pada 2021. ”Penawaran Netflix terus meluas secara mendalam dan menarik di Jepang dan Korea Selatan,” kata CEO MPA Vivek Couto.

Pemandangan kota Osaka, Jepang, Jumat (25/10/2019).
Banyak analis menilai, Netflix sedang berupaya mengubah narasi di antara para investor. Perusahaan ini mulai fokus pada pengembalian investasi setelah sebelumnya fokus pada pertumbuhan pelanggan. Strategi itu juga terjadi di Asia meski potensi pertumbuhan pelanggan masih relatif tinggi di kawasan ini.
Pergantian strategi ini akibat pertumbuhan pelanggan luar biasa yang diraih pesaingnya, Disney+, dan layanan streaming lainnya di pasar berkembang, seperti India serta Asia Tenggara. Karena itu, MPA memperkirakan, pertumbuhan pelanggan Netflix, di kawasan Asia Pasifik (kecuali China), turun menjadi 16 persen pada akhir 2021. Tahun lalu, pertumbuhan pelanggan Netflix mencapai 32 persen.
Namun, sebagian besar pendapatan Disney+ datang dari pasar berkembang sehingga pendapatan per pelanggan rendah. Hal ini membuat pangsa pendapatan total Netflix di Asia diperkirakan tetap stabil pada angka 35 persen pada 2021 dibandingkan dengan 34 persen pada 2020.
Netflix akan terus menghadapi persaingan sengit dari Disney+, baik di Jepang maupun di tingkat global. Apalagi, HBO Max juga berencana akan meluncur di Jepang.
Baca juga: Investasi Luar Biasa Netflix di Asia Timur
Yang pasti, kedatangan platform-platform streaming ini membawa angin segar bagi industri perfilman dan pertelevisian Jepang yang stagnan. ”Dan, sekarang saya bersemangat untuk melihat apa yang terjadi di film dan TV Jepang dalam waktu lima tahun ini,” kata sutradara Masaharu Take. (The Hollywood Reporter)

Pengunjung Tokyo International Film Festival 2018 bisa melihat beberapa film yang diputar di layar lebar sambil menikmati jajanan di kawasan itu.