Pasar Indonesia masih sangat menggiurkan terutama dalam bisnis OTT, yang tampak dari kehadiran pemain besar baru global, Lionsgate Play Indonesia.
Oleh
Wisnu Dewabrata
·3 menit baca
Potensi pasar hiburan digital di Indonesia, termasuk melalui platform tayangan film berbayar digital (OTT) di Indonesia, sangatlah besar. Menurut Guntur Siboro, Indonesia Country Head dari Lionsgate Play Indonesia, jumlah pengakses gawai layar kecil dan besar di Indonesia terbilang tinggi.
Hal itu tampak dari perkiraan jumlah kepemilikan telepon seluler yang mencapai 250 juta unit. Sebanyak 100 juta dari jumlah tersebut adalah gawai telepon pintar (smartphone), yang bisa juga digunakan mengakses hiburan, termasuk menonton film.
Hal itu disampaikan Guntur, Senin (19/7/2021), saat menggelar Media Briefing Virtual Event Lionsgate Play Indonesia secara daring. Dalam kesempatan itu Guntur juga mengumumkan penayangan serial pemenang Golden Globe, Ramy. Serial itu menang di kategori Best Actor in a Television Series-Musical or Comedy pada tahun 2019.
Selain menawarkan beragam konten film berkelas Blockbuster Hollywood, Guntur juga menambahkan, pihaknya berkomitmen untuk bekerja sama dengan para insan perfilman Tanah Air dalam menayangkan karya-karya mereka.
”Untuk film layar lebar saya pikir kualitas film-film Tanah Air kita sudah bisa diandalkan. Ke depan OTT kami memang sudah membicarakan dan mencari peluang kerja sama, baik dalam bentuk akuisisi maupun kerja sama produksi dengan filmmakers lokal,” ujar Guntur.
Guntur melihat peluang masih terbuka lebar terkait kerja sama produksi serial oleh pembuat film Indonesia, yang hingga kini secara kualitas dan kuantitas masih terbatas. Nantinya hanya film-film atau serial orisinal, yang mampu memenuhi standar kualitas produksi Lionsgate yang akan layak tayang.
”Untuk produksi serial original sepertinya memang masih sangat kurang, termasuk jika dibandingkan kualitasnya dengan beberapa negara tetangga. Serial kita masih terbiasa diproduksi untuk jenis yang high volume low quality untuk free to air,” ujar Guntur.
Jenis produksi seperti itu tak cocok untuk dipasarkan di OTT lantaran karakteristik penontonnya pun berbeda. Serial semacam ini tak jadi masalah lantaran di format free to air tayangan macam itu didukung oleh iklan. Sementara penonton OTT adalah mereka para pelanggan yang membayar dan punya standar ekspektasi kualitas tertentu.
Biasa kerja sama
Guntur juga menambahkan, sejak awal berdirinya Lionsgate International sudah terbiasa bekerja sama dengan banyak studio luar negeri. Tak hanya itu, pihaknya juga punya semangat untuk ikut mengembangkan para produsen lokal sehingga kualitas produksi mereka bisa ikut meningkat dan kemudian layak ditayangkan melalui platform atau jejaringnya.
”Jadi nanti bagaimana konten-konten lokal yang ada juga bisa diekspor ke negara-negara lain. Atau setidaknya jadi tuan rumah di negeri sendiri. Kita sekarang kan bisa lihat kenapa konten (film) Korea, India, Turki, atau Venezuela bisa laku di sini sementara konten lokal kita tidak? Nah, itu menjadi tantangan,” ujarnya.
Komitmen kerja sama tersebut juga tampak dari keberadaan tim lokal di negara terkait, yang memang diadakan untuk bisa memahami selera dan keinginan konsumen setempat. Hal itu menurut dia tak selalu dilakukan, bahkan oleh para penyedia OTT besar lain.
Lebih lanjut, selain Ramy, beberapa konten eksklusif lain yang juga dihadirkan Lionsgate Play Indonesia, antara lain, Tyler Perry’s Temptation, The Hunger Games, Saw, Step Up Revolution, dan Daybreakers.
Untuk konten baru yang tersedia pada Juli ada film box office yang dibintangi Russel Crowe, The Next Three Days. Sementara untuk menyambut Hari Anak Nasional nanti akan ada film baru Spy Kids: All the Time in the World. Bukan hanya film, ada juga serial Manhunt: Deadly Games dan The White Princess.