Drama di Dalam Drama
Ini drama dengan kisah lima orang yang akan pentas dengan naskah sudah dipersiapkan masak-masak. Ternyata, menjelang pentas, satu orang yang menjadi pemeran tokoh utama tidak hadir.
Ini drama dengan kisah lima orang yang akan pentas dengan naskah sudah dipersiapkan masak-masak. Ternyata, menjelang pentas, satu orang yang menjadi pemeran tokoh utama tidak hadir. Keempat pemain terjebak dalam perdebatan strategi pentas dan inilah drama di dalam drama.
Ini sebuah kisah dengan naskah komedi absurd. Keempat tokoh itu memasuki panggung dengan kostum ala Jepang. Baju gombrang dan raut muka dicat meski tak semegah tokoh kabuki di dalam teater tradisi Jepang.
Semua tokoh mengenakan bakiak. Kelak entakannya menjadi unsur menarik di dalam adegan drama ini. Sampai-sampai sutradaranya menyediakan bakiak-bakiak cadangan jika bakiak itu jebol di tengah pentas. Ini sungguh terjadi meski tanpa disadari penonton. Para pemain berganti bakiak ketika tali bakiak putus akibat gerakan akrobatik mereka.
Drama di dalam drama ini diberi judul Aktor-aktor yang Tersesat dalam Drama Tanda Tanya karya Irwan Jamal asal Bandung. Pementasannya direkam pada tahun 2017 dan kembali diangkat dalam sebuah diskusi virtual bertajuk ”Bicara Karya Bicara #1” oleh kelompok Pelaku Teater Indonesia, Rabu (7/7/2021).
Kisah nyata
Irwan Jamal menulis naskah itu berdasarkan kisah nyata yang dialami semasa kuliah di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung. Saat duduk di bangku kuliah semester IV, Irwan harus mengerjakan tugas pementasan drama dengan dialog dua tokoh. Saat jadwal ujian pentas tiba, tokoh lawan mainnya tidak bisa datang. Ia gundah, bagaimana harus pentas dengan membawakan naskah yang juga tak mudah ia hafalkan.
Tiba saatnya dosen mengundang Irwan dan rekannya untuk diuji pentas. Akan tetapi, Irwan sendirian yang maju. Ia menyampaikan kepada dosennya bahwa ia tidak bisa pentas karena lawan mainnya tidak datang. Mendengar alasan seperti itu, sang dosen tidak mau menerima.
Baca juga: Panggung Virtual Teater Garasi
Dosen itu menguji respons Irwan dan sedikit berang memaksa Irwan agar tetap pentas. Irwan pun geram. ”Untuk sekian waktu saya hanya terdiam di panggung pentas itu. Sejenak kemudian saya membanting naskah itu ke lantai dan turun dari pentas,” ujar Irwan.
Kejadian seperti itu sering terbawa ke dalam mimpinya. ”Bahkan, sampai hari ini masih sering terbawa ke dalam mimpi. Saya sering memimpikan berada di atas panggung pada hari pertunjukan, tetapi belum hafal naskah,” kata Irwan, yang masuk ISBI tahun 1995.
Untuk sekian waktu saya hanya terdiam di panggung pentas itu. Sejenak kemudian saya membanting naskah itu ke lantai dan turun dari pentas. (Irwan Jamal)
Peristiwa membanting naskah di semester IV terus mengiang. Ia menyebut dirinya tersesat di atas panggung. Peristiwa nyata pada tahun 1998 itu kemudian mengilhami naskah drama yang kemudian diberi judul Aktor-aktor yang Tersesat dalam Drama Tanda Tanya.
Seingat Irwan, naskah itu dibuat tahun 2007. Ketika itu ia aktif di sebuah kelompok teater yang dibuatnya sejak 2003 di Bandung. Namanya Teater Casa Nova. Kelompok teater ini pernah vakum pada 2004. Irwan juga mendirikan kelompok teater lainnya, Teater Pictorial, pada 2004 itu. Akan tetapi, selang beberapa waktu kemudian, kelompok Teater Casa Nova kembali bergeliat. Irwan kembali aktif di Teater Casa Nova hingga kelompok ini benar-benar surut dan akhirnya padam beberapa tahun kemudian.
”Di dalam naskah Aktor-aktor Tersesat itu saya menampilkan empat tokoh anonim. Saya menyebutnya dengan karakter 1, 2, 3, dan 4,” ujar Irwan.
Seperti dirinya pada tahun 1998, keempat tokoh itu harus memutuskan untuk tetap pentas tanpa satu orang yang tidak bisa hadir. Mereka kebingungan untuk memainkan dialog sebagai disiplin naskah sesuai kiblat teater modern Barat yang dipelajari selama ini di kampus.
Irwan menyadari pembuatan naskahnya itu dipengaruhi sebuah naskah drama yang ditulis Arifin C Noer berjudul Sumur Tanpa Dasar. Naskah Arifin ini pernah dipentaskan tahun 1964 dan beberapa tahun berikutnya. Sumur Tanpa Dasar di dalam situs Ensiklopedia Sastra Indonesia milik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan disebut memerankan tokoh eksperimentalistis.
Naskah itu tidak bercirikan absurditas murni, tetapi memperlihatkan persenyawaan antara tradisi teater modern Barat pascarealisme dan teater tradisi kita, seperti lenong Betawi atau tarling Cirebon.
Baca juga: Fondasi Teater Indonesia Pascareformasi
Arifin C Noer menampilkan tokoh utama Jumena Martawangsa. Ia mengalami konflik iman dan eksistensi diri hingga hidupnya seperti sumur tanpa dasar, sumur yang gelap seperti tak berujung. Jumena tak bisa menggapai-gapai dasar sumur tersebut. ”Memainkan naskah Sumur Tanpa Dasar karya Arifin C Noer ini menjadi bagian dari tugas akhir kuliah saya,” ujar Irwan.
Dari sini muncul persenyawaan antara teater modern Barat dan teater tradisional kita. Ini persenyawaan antara disiplin naskah pada teater modern Barat dan disiplin alur cerita pada teater tradisional kita.
Persenyawaan
Irwan mengadopsi persenyawaan ini untuk menuliskan naskahnya. Pembelajaran tentang teater modern Barat memberi pengaruh terhadap proses penulisan Irwan. Ia menyebutkan beberapa nama, seperti Albert Camus, yang dikenal dengan esai mitos Sisifus-nya. Esai Sisifus memperkenalkan filsafat absurd, filsafat pencarian makna yang sia-sia.
Choki Lumban Gaol, sutradara pementasan Aktor-aktor yang Tersesat dalam Drama Tanda Tanya, menyebutkan, naskah absurd komedi juga ditemukan di dalam naskah-naskah drama lama. Ia menyebut nama penulis Samuel Beckett, penerima Hadiah Nobel Sastra pada tahun 1969 asal Irlandia, yang juga pernah menuliskan naskah drama komedi absurd.
”Naskah absurd komedi menjadi alternatif untuk menghibur. Irwan menyusun naskah komedi absurd dan berhasil menyertakan peristiwa-peristiwa yang ada di ruang akademik teater modern,” kata Choki yang terlibat di dalam pendirian badan hukum Pelaku Teater Indonesia.
Naskah komedi absurd karya Irwan berbicara tentang menjadi diri sendiri yang ternyata lebih sulit daripada menjadi seorang aktor. (Choki Lumban Gaol)
Mengenai pementasannya, Choki menarik kesimpulan bahwa aktor-aktor yang tersesat di panggung agar memilih untuk menjadi dirinya sendiri. Ketika seorang aktor dibebaskan di panggung, bagaimanapun dihadapkan untuk tidak menjadi aktor, tetapi menjadi dirinya sendiri.
”Naskah komedi absurd karya Irwan berbicara tentang menjadi diri sendiri yang ternyata lebih sulit daripada menjadi seorang aktor,” kata Choki. Ia memberi gaya teater tradisional Jepang untuk pementasan naskah Irwan tersebut. Bakiak menjadi penunjang ekspresi yang menarik. Para pemain dihadapkan pada kesulitan tersendiri memainkan bakiak tersebut, dan di sinilah daya tariknya.
Dengan bakiak, para pemain dituntut bisa bergerak dengan langkah kaki cepat. Dengan bakiak pula pemain dituntut bisa melompat ke bangku dan itu semua membutuhkan keahlian tersendiri.
Rekaman video untuk forum diskusi Pelaku Teater Indonesia kali ini diambil dari pementasan di Festival Teater Jakarta, yang berlangsung pada 12 November 2017. Pementasan digelar oleh Sanggar Teater Jerit, mewakili Jakarta Timur, dan berhasil meraih juara kedua dalam festival tersebut.
Baca juga: Tabungan Kenangan Teater Rakyat