”A Perfect Fit", Mencari Cinta yang Pas Lewat Sepatu
Jodoh dan cinta memang ada di tangan Tuhan. Jodoh yang cocok ibarat sepatu yang pas dan nyaman dipakai berjalan beriringan.
Oleh
Wisnu Dewabrata
·3 menit baca
Kisah seputar upaya mencari jodoh atau cinta selalu menarik disimak. Dalam film ”A Perfect Fit”, kisah tentang pencarian cinta itu dituangkan dengan sejumlah pengayaan oleh sutradara muda sekaligus penulis naskah, Hadrah Daeng Ratu.
Kisah itu diawali keceriaan sosok Saski (Nadya Arina), seorang fashion blogger cantik, yang telah bertunangan dan akan diangkat menantu keluarga kaya raya. Sang calon suami, Deni (Giorgino Abraham), calon pewaris Pak Agung (Mathias Muchus), pebisnis hotel sukses di Bali, tempat kisah ini terjadi.
Walau sejak awal rencana pernikahan itu diceritakan sudah diatur dan berlatar kuat balas budi antarkeluarga, Saski terlihat tak ada masalah dengan itu. Saski tak merasa dikorbankan untuk membalas budi keluarga setelah ibunya, Laksmi (Ayu Laksmi), dibiayai pengobatannya oleh Pak Agung.
Cerita pun mulai berputar di sekitar persiapan pernikahan Saski dengan Deni yang digambarkan sangat mesra. Salah satu yang dilakukan Saski adalah mencari sepasang sepatu yang pas untuk dia kenakan di hari pernikahannya nanti. Kisah perburuan sepatu yang pas ala dongeng Cinderella itu kemudian menjadi semacam simbolisasi tentang jodoh dan pernikahan.
Alur cerita soal itu dimulai saat Saski bertemu dan dinujum seorang peramal terkenal, Ibu Hadrah (Christine Hakim). Ramalan Hadrah mengantarkan Saski bertemu seorang desainer sekaligus pemilik toko sepatu, Rio (Refal Hady).
Sampai di sini cerita memang sedikit menjadi klise lantaran keduanya digambarkan saling cocok. Sebagai desainer dan tukang sepatu, Rio dengan yakin menyebut dirinya paham sekali tentang sepatu seperti apa yang akan cocok untuk Saski.
Menurut sang sutradara, pertemuan keduanya memang dijadikan semacam penanda awal takdir mereka dengan sepatu sebagai simbolnya.
”Kami ingin sepatu melambangkan perjalanan Saski menemukan jodohnya. Sepasang sepatu ibarat sepasang kekasih yang tak akan lengkap tanpa satu sama lain. Kita butuh sepasang sepatu yang tepat untuk menemani kita melangkah ke mana pun. Dari ide itu kami percaya menemukan sepasang sepatu yang tepat sama seperti menemukan cinta sejati dan itu yang menjadi arti di balik judul film ini,” ujar sutradara Hadrah.
Dalam film ini Hadrah dibantu sutradara maestro, Garin Nugroho, yang berperan sebagai desainer produksi dan penulis naskah. Dalam jumpa pers daring, Kamis (15/7/2021), Garin menyatakan film ini juga menyajikan banyak pengalaman virtual yang akan mengajak para penonton masuk ke berbagai aspek kehidupan di ”Pulau Dewata”.
Dimulai dari sejumlah kawasan dengan keindahan alam memesona, seperti Desa Tenganan, Desa Batubulan, Jatiluwih, Jalan Gootama di Ubud, Pantai Canggu, dan Pantai Melasti. Juga sejumlah aktivitas dan upacara tradisional macam melukat alias meruwat untuk membuang sial, ritual bebayuhan, dan gulat Bali.
”Jadi ,dengan beragam virtual experiences itu diharapkan (film ini) bisa menjadi teman menghibur di masa pandemi seperti sekarang,” ujar Garin.
Menguasai adegan
Selain menghadirkan sejumlah aktor belia, film ini juga diperkuat sejumlah nama aktor kawakan, yang menurut Hadrah, menguasai adegan apa pun, terlepas dari materi yang diberikan kepada mereka.
Sosok Christine Hakim sebagai ibu peramal memiliki peran sangat penting untuk menjadi semacam benang merah yang menghubungkan karakter Rio dan Saski. Peran sangat penting itu lah yang kemudian mensyaratkan kehadiran aktris sekaliber Christine Hakim.
”Christine Hakim memenuhi semua kriteria, baik itu caranya dalam menyampaikan dialog maupun bergerak dalam adegan, semuanya selalu memukau. Ini mengapa kami tidak ragu dalam memilihnya untuk peran sang peramal, begitu pula dengan Mathias Muchus yang berperan sebagai ayah Deni,” tambah Hadrah.
Dalam kesempatan terpisah, Christine yang berkali-kali memenangi penghargaan bergengsi Piala Citra ini mengaku terinspirasi memainkan perannya sebagai peramal saat dirinya terlibat dalam film Hollywood, Eat Pray Love, bersama Julia Roberts pada tahun 2010.
”Saya melakukan sedikit riset tentang bagaimana seorang peramal biasanya bersikap. Sebelum shooting, saya juga menghabiskan dua jam untuk latihan gerakan membaca tarot,” tambahnya.
Film percintaan yang ditayangkan Netflix ini diharapkan menjadi salah satu pilihan hiburan di tengah pandemi.