Di kalangan musisi, Aria Baron dikenal sebagai sosok yang antusias mengumpulkan musisi untuk penggalangan dana bagi korban bencana.
Oleh
HERLAMBANG JALUARDI dan DWI AS SETIANINGSIH
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dunia musik Tanah Air kehilangan satu lagi talentanya. Gitaris Aria Baron Suprayogi meninggal pada Selasa (29/6/2021) pukul 10.15 WIB di Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta. Sepanjang hayat, dia dikenal sebagai gitaris yang peduli pada lingkungan sekitarnya.
Baron adalah gitaris GIGI di dua tahun pertama usia GIGI terjun di dunia musik Tanah Air. Sekitar lima tahun terakhir ini, Baron aktif menjadi manager GIGI. Di luar GIGI, Baron aktif bermusik bersama SixStrings Indonesia. Sixstrings diawaki oleh Baron, Dewa Budjana, Tohpati, Erros Candra, dan Baim.
Baron juga merupakan sosok penting di balik nama-nama seperti /Rif, Wayang, Shiva, Zivilia, Merpati Band, Bambooe, hingga Indonesian Idol Artist, juga proyek solonya, Baron Soulmates.
Gitaris kelahiran Bandung, 16 Januari 1970, ini juga aktif di berbagai organisasi musisi, seperti Persatuan Artis Penyanyi Republik Indonesia sebagai Government Relationship, lalu juga sebagai pendiri Yayasan Bandung Music Council dan pembina Yayasan Seniman Jalanan Indonesia.
Beberapa tahun terakhir, Baron banyak mendedikasikan energinya untuk berkampanye soal perlindungan hak cipta. Semenjak bergabung dengan manajemen GIGI, Baron getol memperjuangkan hak publikasi (publishing) kembali ke band. ”Kita upload karya kita enak, belum tentu yang akan menikmati kita, keluarga kita,” kata Baron saat wawancara pada Desember 2019 lalu.
Dalam komunikasi beberapa saat lalu, Budjana menuturkan, Baron dirawat di RSAD Gatot Soebroto karena terpapar Covid-19. Baron harus dirawat karena memiliki penyakit penyerta atau komorbid berupa diabetes. Sejak dirawat, Baron berada dalam kondisi tidak sadar karena mengalami gangguan pada paru-parunya.
Gitaris Didit Saad, yang tergabung dalam grup WA berisi para gitaris, menuturkan, Erros Candra dan Endah Widiastuti memulai mengirimkan doa bagi kesembuhan Abah, panggilan dari dua anak Baron, Batara Pascal Suprayogi dan Fabian Rehan Suprayogi—yang diikuti oleh rekan-rekan Baron.
”Abah masih sempat membalas dan mengucapkan terima kasih atas doa-doanya. Balasannya begini, ’Terima kasih banyak atas niatannya (berdonasi). Insya Allah aman tenteram (karena) masih ada BPJS’. Dia masih tidak mau merepotkan teman-temannya,” kata Didit, menceritakan unggahan Baron tertanggal 10 Juni 2020.
Tohpati, rekan Baron di grup Sixtrings, punya pandangan serupa. Baron, menurut Tohpati, adalah sosok yang pandangannya unik. Sosok yang sangat mendukung teman-temannya.
”Terbukti dia selalu menggagas acara charity untuk korban bencana alam, seperti tsunami, juga Covid-19. Mengumpulkan semua gitaris untuk menggalang dana, dia itu sangat antusias. Selalu nomor satu untuk acara-acara seperti itu,” ungkap Tohpati dengan suara bergetar. Baron menginisiasi Konser Amal dari Gitaris untuk Indonesia pada tahun 2010, 2014, dan 2018 bersama Kompas.
Meski sekilas terlihat galak, Baron sesungguhnya sangat humoris. Di grup WA SixStrings, Baron adalah maskot. ”Kalau enggak ada dia selalu sepi. Kita selalu chatting hampir setiap hari. Entah ngomongin politik atau alat musik. Dia itu, sebagai gitaris, sangat mengerti soal alat-alat, gitar, efek, sangat maniak. Tiap hari ngomongin gitar terus. Jadi buat saya, wawasan untuk gitar, ya, Baron salah satunya,” tambah Tohpati.