”Ali dan Ratu Ratu Queens” Mencari Kebahagiaan di New York
Film ”Ali & Ratu Ratu Queens” berkisah tentang mengejar mimpi sampai ke Amerika Serikat.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
Mencari kebahagiaan sudah menjadi esensi panggilan jiwa manusia. Akan tetapi, ukuran kebahagiaan setiap insan berbeda antara satu dan yang lain. Bagi sebagian orang, memiliki keluarga yang utuh saja itu sudah cukup membuat bahagia.
Film tentang keluarga kembali muncul dalam Ali & Ratu Ratu Queens (2021), sebuah drama besutan sutradara Lucky Kuswandi. Cerita bermula ketika Ali (Iqbaal Ramadhan) berniat mencari ibunya, Mia (Marissa Anita). Mia meninggalkan suaminya, Hasan (Ibnu Jamil), dan Ali kecil di Jakarta untuk mengejar mimpi sebagai penyanyi di New York, Amerika Serikat.
Setelah ayahnya meninggal, Ali membulatkan tekad mencari ibunya. Ia menemukan surat dan tiket yang pernah Mia kirim. Pemuda ini yakin ibunya masih menantikan kedatangan mereka. Meskipun awalnya ditentang keluarga ayahnya, Ali akhirnya tiba di kota ”Big Apple” itu bermodalkan nekat.
Di kota ini, ia bertemu diaspora Indonesia dengan karakter berbeda-beda. Dengan bantuan merekalah Ali berhasil menemui ibunya. Namun, pertemuan itu menyodorkan kenyataan yang berbeda, untuk Ali dan ibunya. Sebuah alur cerita yang bisa dibilang klasik. Harapan langsung dibenturkan dengan kenyataan.
Diproduksi oleh Palari Films, Ali & Ratu Ratu Queens tayang secara global di Netflix sejak 17 Juni 2021. Film ini mengulas dinamika psikologis seorang anak yang tumbuh dalam pertengkaran keluarga disfungsional. Orangtua Ali gagal berkompromi soal masa depan keluarga mereka. Mia ingin berkarier, sedangkan Hasan ingin kembali mengurus rumah tangga. Pada akhirnya, anak ikut menanggung bebannya. Ali h”idup dalam ”angan-angan tentang keluarga yang utuh.
Di sisi lain, Ali & Ratu Ratu Queens turut membedah kembali makna keluarga yang lebih luas. Dalam buku What Is a Family? (2010) oleh Sheila Stewart, pemahaman tradisional menempatkan hubungan darah sebagai dasar hubungan kekeluargaan. Seiring zaman berlalu, arti keluarga berdasarkan basis itu mulai bergeser.
Beragam kasus telah menunjukkan, orang tanpa hubungan darah bisa menjadi keluarga layaknya yang diharapkan dalam norma masyarakat. Dalam film itu, Party, Biyah, Chinta, dan Ance menjadi ”keluarga baru” tempat Ali bisa bersandar dan merasa diterima.
Produser Muhammad Zaidy alias Eddy menyebutkan, ide film ini muncul pada akhir 2014. Saat tinggal di Queens, New York, ia bertemu empat perempuan Indonesia berusia 40-an tahun berkarakter unik. Ide ini kemudian berkembang menjadi cerita tentang seorang anak laki-laki yang sedang mengejar kebahagiaan dan tanpa sengaja bertemu mereka.
”Kami menginginkan film ini memberi cerminan bahwa family is not one way street. Keluarga bisa diperjuangkan dan tidak terbatas blood-related family. Kita bisa bertemu dengan extended family di mana saja dalam situasi yang tidak bisa kita kira-kira,” kata Eddy dalam wawancara virtual Ali & Ratu Ratu Queens di Jakarta, Rabu (9/6/2021).
Dilema perempuan
Film Ali & Ratu Ratu Queens secara tersirat juga menonjolkan sosok perempuan-perempuan yang memiliki aspirasi. Mereka memiliki mimpi sendiri dan tak ragu untuk mengejarnya hingga ke Amerika Serikat meski jauh dari keluarga. Hal ini dilakoni banyak perempuan Indonesia, termasuk jutaan perempuan buruh migran yang terpaksa bekerja di luar negeri untuk menghidupi keluarga.
Apa pun latar belakang di balik keputusan mereka merantau, perempuan yang bekerja—terlebih di luar negeri—sering kali menghadapi situasi dilematis. Di satu sisi mereka harus bekerja, di sisi lain perempuan secara sosial dikonstruksikan sebagai makhluk yang harus menjalankan peran domestik, bahkan dengan embel-embel ”itu sudah jadi kodratnya”. Situasi inilah yang dihadapi Mia.
”Perempuan itu kompleks karena perannya banyak. Ada perempuan ingin berkarier, berkeluarga, punya pasangan, dan punya anak, dia harus membagi semuanya. Jadi, kompleksitas ini yang berusaha dihadirkan dalam film ini,” kata Marissa, pemeran Mia.
Kompleksitas karakter para perempuan dalam film ini turut membentuk Ali menjadi pribadi yang berani, dewasa, dan penyayang. ”Ali dibesarkan bude yang konservatif, ibu yang rumit, dan belajar dari empat diaspora berkarakter unik. Saya rasa itu yang membuat Ali jadi memiliki empati lebih dan menjadikan ia seorang laki-laki seutuhnya,” ujar Iqbaal, pemeran Ali.
Meskipun alur ceritanya sederhana dengan beberapa adegan klise, Ali & Ratu Ratu Queens adalah pengingat bahwa pencarian bisa mengantarkan seseorang kepada hal-hal baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Kadang kala, pencarian itu bisa menghadirkan luka, tetapi juga menyembuhkan luka, sekaligus mendewasakan.