Hikayat Makhluk Hibrida Pengganti Manusia
Untuk bisa meyakinkan penonton tentang penggambaran situasi dunia pasca-kiamat versi film ini, tim kreatif bekerja sama dengan para konsultan ahli perubahan cuaca.
KISAH fiksi bertema post-apokaliptik memang selalu menarik dan kaya untuk terus disimak dan diulik. Dilihat dari alur cerita saja, penyebab bencana besar menuju kiamat bisa bermacam ragam.
Kiamat bisa berwujud bencana alam besar, wabah virus mematikan atau yang mengubah manusia menjadi zombi, perang nuklir, senjata kimia, atau biologi, sampai penyebab lain dari luar angkasa, seperti serbuan alien atau tumbukan benda langit.
Walau masih bertema pascakiamat, film serial asli Netflix, Sweet Tooth, kali ini sebenarnya lumayan menawarkan alur cerita yang sedikit segar dan baru. Dalam film ini, ”kiamat” tak hanya memunculkan bencana keruntuhan besar (the great crumble), yang memusnahkan sebagian besar ras manusia dan menghancurkan peradaban.
Kiamat bagi umat manusia ini juga memunculkan spesies manusia baru, yang diyakini sebagian kalangan bakal menggantikan umat manusia sebelumnya, yang tamak dan merusak alam. Spesies manusia baru ini berpenampilan fisik setengah manusia setengah hewan alias hibrida (hybrid).
Mereka terlahir dari orangtua manusia normal. Namun, mereka memiliki keanehan entah berupa paruh dan bulu macam burung, taring dan cakar panjang ala hewan buas, duri-duri tajam dan panjang di punggung ala landak, atau berkuku kaki seperti hewan berkaki empat dan juga bertanduk.
Kisah film serial ini sendiri didasari komik berjudul sama karya komikus Kanada Jeff Lemire, yang diterbitkan DC Comics. Dalam film serialnya kali ini Sweet Tooth terdiri dari delapan episode di musim pertama.
Penulis naskah dan sutradara terdiri dari beberapa orang, terutama Jim Mickle, yang juga menjadi produser eksekutif bersama Robert Downey Jr beserta sang istri Susan Downey. Pengambilan gambar dilakukan di Auckland, Selandia Baru, dengan lokasi kebanyakan di alam terbuka seperti hutan, sungai, dan pegunungan.
Dikuasai virus
Cerita dimulai dengan kekacauan yang terjadi, The Great Crumble, ketika tiba-tiba saja banyak orang sakit dan meninggal. Penyakit yang diperkirakan berasal dari virus misterius itu bergejala seperti flu dan dengan gejala kasatmata, jari kelingking tangan yang bergerak-gerak seperti gemetaran tak terkontrol.
Korban jiwa terus berjatuhan, sementara kota-kota di dunia dan peradaban manusia hancur. Di tengah awal kekacauan itu seorang pria bernama Richard alias Pubba (Will Forte) mengungsi menuju arah hutan dan pegunungan terpencil membawa bayi hibrida.
Bayi laki-laki itu bertanduk dan bertelinga rusa, Gus (Christian Convery), tinggal tersembunyi di sebuah rumah kayu di tengah hutan. Gus menganggap Pubba ayah kandungnya. Mereka hidup damai hingga kemudian Pubba meninggal dan tak lama Gus bertemu Tommy Jepperd (Nonso Anozie).
Jepperd sendiri sebelum The Great Crumble adalah seorang pemain football Amerika, yang kehilangan segalanya dalam kiamat tersebut. Dia digambarkan hidup menyendiri selama 10 tahun dan sempat menjadi pemburu bayi hibrida sebelum mengembara hingga akhirnya tiba di pondok kayu tersembunyi tempat Gus tinggal, termasuk setelah kematian Pubba.
Gus yang lama tinggal terpencil dan diajarkan untuk menghindar dari manusia sama sekali tak tahu kehidupan di luar tempat tinggalnya. Yang dia tahu dia menyimpan foto seorang perempuan, yang dia yakini sebagai ibu yang melahirkannya. Dalam foto itu cuma tertulis inisial nama daerah, RR, dan kota Colorado.
Petualangan pun dimulai saat Gus berhasil meminta Jepperd mengantarnya ke Colorado. Sepanjang perjalanan Gus harus selalu menyembunyikan keberadaannya sebagai seorang makhluk hibrida, yang sejak kiamat terjadi sangat dibenci orang.
Makhluk hibrida diyakini bertanggung jawab atas wabah virus yang menghabisi umat manusia kebanyakan. Gus yang terlalu lama hidup terpencil sama sekali tak pernah berpikiran jahat pada orang lain.
”Saat Jepperd terhubung dengan Gus yang naif, selalu berpikiran positif, dan tak pernah berprasangka buruk pada orang lain, semua itu memberikan perasaan yang campur aduk bagi Jepperd. Gus membuat Jepperd ingat kembali bagaimana rasanya menjadi manusia kembali,” ujar Nonso dalam sebuah wawancara.
Saling memuji
Untuk mendalami perannya sebagai anak hibrida hewan rusa, Christian melakukan banyak riset tentang hewan itu. Riset terutama untuk mengetahui bagaimana seekor rusa bereaksi pada lingkungannya, terutama dengan kemampuan pendengaran dan indera penciumannya yang tajam. Dengan begitu, Christian bisa mengaplikasikan semua sifat tadi ke karakter Gus.
Baik Christian maupun Nonso, keduanya juga memelajari teknik parkour sehingga Christian bisa menghidupkan sosok Gus yang setengah rusa berikut kecepatan dan kelincahannya. Hingga kini, Christian telah berlatih hingga dua tahun dan terus menikmatinya.
Baik Christian maupun Nonso, keduanya saling melempar pujian akan kehebatan masing-masing dalam bekerja sama dan berperan. Menurut Christian, dia kerap bercanda dengan Nonso dan sangat menikmati berakting bersamanya. Salah satu adegan favoritnya saat Gus duduk bersama Jepperd di sekitar api unggun sambil makan dan terus mengajukan pertanyaan yang membuat Jepperd sebal.
”Christian sendiri sangatlah menyenangkan. Bahkan bisa jadi dia lebih lucu, periang, dan cerdas ketimbang sosok yang dimainkannya, Gus,” puji Nonso.
Dalam perbincangan terpisah pasangan suami istri produser eksekutif, Susan Downey dan Robert Downey Jr, menyebut upaya menerjemahkan Sweet Tooth dari format komik ke film serial sangatlah menantang. Termasuk saat mencari pemeran tepat untuk dua karakter utama, Gus dan Jepperd.
Untuk bisa meyakinkan penonton tentang penggambaran situasi dunia pascakiamat versi film ini, tim kreatif bekerja sama dengan para konsultan ahli perubahan cuaca. Intinya adalah menggambarkan bagaimana pasca-kepunahan manusia alam dan lingkungan, Bumi justru kembali pulih dan bersih seperti sedia kala tanpa polusi.
Tak hanya itu, untuk menampilkan sosok hibrida Gus yang meyakinkan, bagian telinga rusa buatan yang bisa dikendalikan jarak jauh dipasang di kepala Christian. Seorang ahli boneka gerak (puppeteer) khusus, Grant Lehmann, ditugasi mengendalikan telinga yang terpasang di Christian tadi.
Keduanya saling berlatih dan berkoordinasi sehingga akting dan reaksi yang dilakukan bisa sinkron. Lehmann juga selalu ada tak jauh dari Christian sepanjang pengambilan gambar. Dengan begitu, gerakan tubuh dan telinga rusa Gus tampak sangat natural.