Uang Kripto Merambah Seni
Ada yang baru di dalam pameran Art Moments Jakarta Online 2021. Transaksi karya seni rupa digital dengan mata uang kripto mulai dipraktikkan.

Tangkapan layar video animasi karya Ruanth Chrisley Thyssen dan Cindy Thyssen.
Ada yang baru di dalam pameran Art Moments Jakarta Online 2021. Transaksi karya seni rupa digital dengan mata uang kripto mulai dipraktikkan. Ada ruang pamer spesial yang mewadahi karya kreativitas non-fungible token atau NFT, sebuah aset kelangkaan digital yang bersertifikat.
Sebuah layar televisi menampilkan animasi garis-garis bergelombang. Di bagian tengahnya ada ilustrasi kapal selam bertuliskan ”402”. Itulah karya digital animasi dengan durasi 53 detik yang terinspirasi patroli abadi kapal selam KRI Nanggala-402 milik TNI Angkatan Laut kita.
”Karya ini saya buat bersama istri, sebagai penghormatan terhadap 53 personel kapal selam Nanggala-402. Dari hasil penjualan NFT, akan disisihkan untuk keluarga korban,” ujar Ruanth Chrisley Thyssen ketika ditemui di ruang pamer persiapan Art Moments Jakarta (AMJ) Online 2021 di Galeri Art:1 Jakarta, Kamis (20/5/2021).
Ada sembilan seniman yang secara khusus terlibat menampilkan karya digital dengan membuka dompet mata uang kripto Tezos. (Sendy Widjaja)
Setidaknya saat itu sudah ada pesanan sebanyak 500 edisi dari 5.300 edisi yang disediakan. Ruanth memilih mata uang kripto Tezos, tetapi transaksi masih memungkinkan lewat mata uang konvensional Rp 100.000 untuk satu edisi melalui Bank BCA.
”Khusus untuk transaksi kripto ini, kami bekerja sama dengan Tezos. Ada sembilan seniman yang secara khusus terlibat menampilkan karya digital dengan membuka dompet mata uang kripto Tezos,” ujar Direktur Operasional AMJ Online 2021 Sendy Widjaja.
Deretan sembilan seniman itu meliputi Ruanth, Zenavi, Rimbawan Gerilya, Diela Maharani, Roost, Yuwa, Asian Junkies, Suryanto, dan Rubahitam. Karya-karya seni rupa digital mereka bermacam corak. Ada video animasi maupun gambar atau ilustrasi digital.

”Perahu-perahu” karya Jeihan Sukmantoro
Sertifikat digital
Tezos sebagai mata uang kripto tergolong paling murah jika dibandingkan dengan Bitcoin dan Ethereum, yang sudah terlebih dahulu muncul. Ruanth memiliki ilustrasi begini.
Bitcoin menduduki satuan mata uang paling tinggi karena konsumsi energinya juga paling tinggi. Ruanth mengutip dari salah satu berita situs internet tertanggal 17 Maret 2021, disebutkan konsumsi energi untuk Bitcoin sebesar 130 TWh (terrawatthour). Untuk Ethereum sebesar 26 TWh, sedangkan untuk Tezos sebesar 0,00006 TWh atau 60 MWh (megawatthour).
”Mata uang kripto masih ada lagi yang lainnya. Tidak semua mata uang kripto bisa digunakan untuk NFT karya seni rupa digital,” ujar Ruanth, yang menerangkan NFT konteksnya seperti sertifikat tanah yang bersifat utuh dan tidak bisa dipecah-pecah seperti uang.
Baca juga: Patung Memahami Gejala Zaman
NFT diurus masyarakat, bukan suatu institusi. NFT mengedepankan transparansi sehingga sertifikat kelangkaan digital itu akan selalu terlihat di suatu sistem buku besar blockchain.
NFT seperti sertifikat lainnya yang menerangkan kontrak atau kesepakatan dengan nilai yang bisa berubah setiap waktu. Untuk suatu obyek pembelian berupa lukisan, bisa saja untuk pembelian dengan NFT hanya disepakati data digital berupa foto lukisan saja. Akan tetapi, bisa juga dengan disertai kesepakatan pembelian lukisan secara fisik. Tentu harganya akan berbeda.
”Pembelian dengan NFT bergantung isi kesepakatannya,” ujar Ruanth, yang beristrikan Cindy Thyssen dan kini berdomisili di Bali.

Ilustrasi digital karya Diela Maharani
Peserta lainnya, Zenavi, menampilkan empat ilustrasi digital yang diam dan bergerak untuk AMJ Online 2021. Karya ilustrasi digital yang diam itu seperti lukisan, tetapi karya itu dilukis secara digital. Karya ini juga bisa diberi animasi sehingga menjadi karya yang bergerak.
Sebelum tampil di AMJ Online 2021, Zenavi turut dalam sebuah lelang NFT dengan blockchain Ethereum. Sendy Widjaja menyebutkan, Zenavi memenangi lelang karya seni rupa digitalnya tersebut pada Rabu (26/5/2021) dengan nilai mencapai 18.000 dollar AS.
Zenavi membenarkan hal itu. ”Hari ini saya sungguh terkesan dengan proses lelang NFT untuk karya saya. Saya kemudian menyampaikan kepada ayah saya di Jerman, ternyata hasil lelang sebesar itu tak disangka-sangka,” ujar Zenavi ketika dihubungi di Tangerang.
Hari ini saya sungguh terkesan dengan proses lelang NFT untuk karya saya. Saya kemudian menyampaikan kepada ayah saya di Jerman, ternyata hasil lelang sebesar itu tak disangka-sangka. (Zenavi)
Tidak hanya bagi orang Indonesia, menurut Zenavi, NFT pun belum begitu dipercaya bisa menghasilkan uang dengan produk karya seni digital. Zenavi memiliki ayah orang Jerman dan ibu asal Indonesia. Ayahnya di Jerman belum percaya tentang NFT bisa menggantikan sistem transaksi tradisional.
”Ketika NFT sudah digunakan untuk hampir semua transaksi, ini akan membuktikan NFT bukan tren sesaat, melainkan sebagai masa depan kita,” ujar Zenavi, yang masih sering bolak-balik Indonesia dan Jerman.

Ilustrasi digital karya Zenavi berjudul Traveler\'s Soul.
Salah satu karya ilustrasi digital yang ditampilkan di AMJ Online 2021 diberi judul ”Traveler’s Soul”. Ada tiga figur perempuan bermata polos putih dalam posisi satu perempuan dengan bagian kepala berada terbalik di bawah.
Warna-warni cerah digunakan Zenavi, tetapi tetap ada bagian kegelapan seperti pada gambar hati yang hitam pada perempuan yang memiliki posisi terbalik itu. Ini sebuah metafora keriangan bersama yang tetap diwarnai duka pada diri kita sendiri atau orang lain.
”Karya ilustrasi ini memiliki 800 edisi. Sebelum dimasukkan ke AMJ, sudah laku sebanyak 600 edisi,” ujar Zenavi, yang memasarkan karyanya itu sebelumnya di Twitter.
Harga jual pertama karya itu senilai 4,5 Tezos. Akan tetapi, seiring meningkatnya penjualan, harga itu terus melambung. Kini, harganya mencapai 35 Tezos untuk satu edisi karya seni ilustrasi digital itu.
Nilai sebuah Tezos pun berfluktuasi. Menurut Zenavi, nilai setiap satu Tezos di Indonesia bisa berfluktuasi Rp 60.000 sampai Rp 150.000.

Ilustrasi digital karya Diela Maharani
Karya berikutnya, ”Chaos 101”, yang ditawarkan dengan harga 10 sampai 15 Tezos dengan tiga edisi. Semuanya sudah laku sebelum dipamerkan di AMJ. Karya-karya Zenavi berikutnya juga menarik minat para pembeli.
Peserta Diela Maharani memamerkan dua karya ilustrasi digital berjudul ”In Cloudlands” dan ”Into The Night Sky”. Keduanya diberi harga 100 Tezos yang setara dengan Rp 12 juta.
Rimbawan Gerilya menampilkan karya video pendek sebagai merchandise untuk karya musik hasil kolaborasinya bersama seniman lain di Bali. Karya itu berbasis adegan video musiknya yang berdurasi 45 menit.
Kedua karya itu diberi judul ”Pura Penciptaan” dan ”Tribute to John Karel”. Masing-masing karya ditawarkan dengan mata uang kripto Tezos yang setara dengan harga Rp 12,5 juta dan Rp 10 juta.
Baca juga: Saat Es Meleleh di Hong Kong
Karya seni rupa yang dipamerkan di AMJ Online 2021 sendiri berlangsung 1 hingga 30 Juni 2021. Namun, pengenalan program ini dilakukan dengan pameran secara fisik di Galeri Art:1 (20-22 Mei 2021), D Gallerie (1-3 Juni 2021), dan CAN’s Gallery (18-20 Juni 2021).
AMJ Online 2021 tidak ubahnya seperti pameran daring yang makin marak di masa pandemi Covid-19. Pendiri AMJ, Leo Silitonga, menyebutkan, penyelenggaraan AMJ pada 2021 bisa dikatakan sebagai pameran hibrida atau campuran antara pameran fisik di tiga galeri dalam waktu yang berbeda dan pameran daring sepanjang satu bulan penuh.
”Di dalam AMJ Online 2021, kita akan menyaksikan karya-karya seniman yang disuguhkan sebanyak 64 galeri dalam negeri maupun internasional,” ujar Leo.
Kurator AMJ Online 2021, Rizki A Jaelani, menyebutkan, pameran ini memiliki tajuk ”Momen-momen Perjumpaan”. Pameran fisik di tiga galeri diberi tajuk berurutan sebagai ”Nature/Culture”, ”Sign/Symbol”, dan ”Finite/Infinity”.

”Hutan Kera” karya Widayat