”Friends: The Reunion”, Reuni ”Keluarga” Central Perk
Para pemeran dan kreator serial komedi ”Friends” akhirnya jadi bereuni dalam ”Friends: The Reunion” yang di Indonesia ditayangkan HBO GO, 27 Mei 2021. Berbagai nostalgia pun terungkap dari serial yang populer itu.
Ngobrol ngalor-ngidul di tempat ngopi langganan bersama sahabat. Dari bahasan yang paling privat hingga imajinasi liar tak terduga, semuanya mengalir tanpa batas. Bentuk kedekatan yang sublim. Ikatan pertemanan yang merombak definisi keluarga. Itulah yang dibangun serial Friends yang tetap dirindukan, meski telah usai penayangannya lebih dari satu dekade.
”Welcome to the real world! It sucks. But you’re going to love it,” ujar Monica kepada Rachel seusai memotong sejumlah kartu kreditnya pada episode pembuka ”The One Where Monica Gets A Roommate” yang tayang pada 22 September 1994.
Kalimat itu serasa merangkum perjalanan serial fenomenal yang memainkan dengan ringan drama kehidupan anak muda urban dengan banyak persoalan di dalamnya. Sejenak terkesan remeh temeh atau hanya memunculkan hal-hal bersifat permukaan seperti yang selalu ditudingkan pada ekspresi kebudayaan masa kini.
Namun, jika membiarkan diri hanyut dalam ratusan episode berdurasi sekitar 20 menitan ini, percayalah mendadak kita akan sibuk mengidentifikasi diri. Apakah mirip Rachel? Apakah seperti Monica? Atau karakter utama lainnya yakni Chandler, Ross, Joey, dan Phoebe. Sampai-sampai cukup semangat mengikuti kuis daring di media sosial hanya untuk menebak karakter.
Dari 10 musim penayangannya pun, dijamin sejumlah episode membuat berdecak ”Yaelah, ini gue banget!” atau membangkitkan memori tentang peristiwa atau aksi sahabat yang serupa dengan salah satu tokohnya. Memang hanya berkutat dengan keseharian, tapi terasa masuk akal dan personal.
Kabar yang beredar sejak 2019 tentang reuni para pemerannya pun membuat girang penggemarnya. Bahkan bertebaran juga foto Rachel (Jennifer Aniston), Monica (Courteney Cox), Chandler (Matthew Perry), Joey (Matt Le Blanc), Phoebe (Lisa Kudrow), dan Ross (David Schwimmer) sedang berfoto bersama.
Rencana pengambilan gambar pada Maret 2020 untuk tayang di tahun yang sama terpaksa tertunda karena pandemi. Hingga impian menjadi nyata pada 27 Mei 2021. Meski telah lewat sepekan, media sosial masih ramai mengabadikan momen pertemuan kembali keenam ikon ini dalam Friends: The Reunion yang hadir lewat saluran HBO.
Ekspresi terharu banyak diungkap para penggemar serial yang pernah mewarnai layar kaca di Tanah Air tiap Minggu sore, ini. Rasanya seperti diajak naik mesin waktu. Keenam pemerannya pun sulit menutupi keharuan yang muncul saat menginjakkan kaki kembali ke Stage 24 di Warner Bros Studios yang menjadi tempat dibangunnya latar tempat pengambilan gambar.
Mereka dibawa kembali pada set apartemen Monica yang khas, suasana kedai kopi Central Perk yang menjadi primadona dengan lokasi duduk favorit di sofa utama, dan juga apartemen Chandler dan Joey. Terakhir kali, mereka berkumpul bersama adalah saat pengambilan gambar episode akhir bertajuk ”The Last One” yang ditayangkan pada 6 Mei 2004. Jumlah penonton di Amerika Serikat sendiri untuk episode itu menembus 52,5 juta orang hingga masuk menjadi lima besar episode terakhir yang paling banyak ditonton untuk sebuah serial.
Rentetan kenangan pun berloncatan dari masing-masing pemeran yang bisa dipastikan meninggalkan jejak senyum pada yang menyaksikannya.
”Apa dialog Courteney masih ada di meja ini?” ujar Le Blanc sambil menyingkirkan keranjang buah di atas meja untuk memeriksa sesaat mereka berkeliling menyisir ingatan di apartemen Monica. Yang lain pun tertawa terbahak dan Cox mengakui dirinya kesulitan menghafal naskah sehingga menyiasati dengan hal itu atau meletakkan naskah di bawah wastafel.
Kemudian deretan adegan ikonik yang masih diingat seperti saat Chandler-Joey dan Rachel-Monica beradu dalam kuis yang membuat Rachel-Monica harus rela bertukar apartemen dengan Chandler-Joey. Ada juga adegan saat Ross memaksakan untuk mengangkut sofa dari lantai bawah ke ruang apartemennya dengan dialog khas ”Pivot! Pivot! Pivot!” untuk mengarahkan Chandler dan Rachel yang membantunya yang justru dibalas ”Shuuuut uuuup!” oleh Chandler.
Tak ketinggalan, adegan saat Phoebe memergoki Monica-Chandler berciuman dan spontan berteriak ”Awwww my eyes! My eyes!” Ungkapan yang akhirnya seolah menjadi jargon di tempat tongkrongan saat melihat sesuatu yang seharusnya atau dihindari untuk dilihat.
Fakta di balik panggung, mereka pun selalu menghabiskan waktu bersama dan memiliki ritual untuk berkumpul tepat sebelum shooting dimulai. ”Ya sekali kita tidak berkumpul dan hari itu pundak Matty cedera karena adegan meloncat ke sofa. Sejak saat itu, kita tak melewatkan untuk berkumpul bersama,” ujar Kudrow.
Selain penyegaran ingatan dan mengulang beberapa adegan dengan kehadiran bintang tamu yang pernah ikut dalam serial itu, keenam pemeran ini juga diajak membaca kembali sejumlah naskah lama seperti saat proses reading. Ketiga kreatornya Marta Kauffman, David Crane, dan Kevin Bright juga hadir dan menuturkan lika-liku pemilihan karakter dan pembuatan ceritanya.
Baca juga: ”A Quiet Place Part II”, Ancaman Monster dari Balik Kesunyian
Pengalaman pribadi
Kisah yang dituangkan dalam Friends sendiri berasal dari pengalaman pribadi Kauffman dan Crane. Mereka bersahabat dan menjadi sangat dekat saat bersama tinggal di New York, Amerika Serikat. Ide pun muncul, kenapa tidak menggarap cerita yang dekat dengan realita. Meski serial Seinfeld lebih dulu populer dengan tema pertemanan, Kauffman dan Crane meyakini pola cerita yang mereka tawarkan berbeda.
Terbukti memang berbeda. Beberapa pesohor yang dihadirkan dalam edisi reuni ini menuturkan sendiri seberapa terikat dan seberapa terhubungnya dengan Friends. David Beckham, misalnya, masih berulang kali menonton ulang sejumlah episode karena ampuh melipur laranya. Bahkan ia tak menampik ada kemiripan dengan kehidupan nyatanya di beberapa episode yang membuatnya merasa bercermin.
David Beckham, misalnya, masih berulang kali menonton ulang sejumlah episode karena ampuh melipur laranya. Bahkan, ia tak menampik ada kemiripan dengan kehidupan nyatanya di beberapa episode yang membuatnya merasa bercermin.
Jika menyangka para penggemar setia Friends hanya kalangan yang kini berusia 40 tahun ke atas, dugaan itu terbantahkan. RM atau Kim Nam-Joon, salah satu personel kelompok musik BTS, baru lahir sepuluh hari sebelum serial Friends tayang. Namun rupanya ia merupakan pecinta serial ini. Bahkan kemampuannya berbahasa Inggris disumbangkan hobinya menonton Friends.
Ada juga peraih Nobel Malala Yousafzai dan sahabatnya yang menggilai Friends dan terinspirasi dengan persahabatan serupa. Malala sendiri lahir pada 1997, setelah serial ini masuk musim ketiganya. Namun, ia mengaku, ada beberapa kisah yang mirip dengan pengalaman pribadinya dengan sahabatnya.
Sejak lahirnya berbagai saluran menonton secara daring, Friends menjadi serial yang dihadirkan kembali. Mengutip The Economist, Netflix merupakan salah satu layanan yang membeli hak siarnya seharga 100 juta dollar AS untuk masa 12 bulan siar. Dari ragam saluran ini, Friends sudah disaksikan 100 miliar kali dari rentang umur tak terbatas. Bahkan pada 2018 disebut sebagai tayangan nomor dua yang paling banyak ditonton di Netflix.
Problem usia 20-an
Rampungnya Friends pada 2004 pun memantik serial situasi komedi serupa. Sebut saja How I Met Your Mother (HIMYM)yang bahkan banyak adegan dan nukilan konfliknya sangat mirip dengan Friends. Ciri payung kuning yang menjadi penanda khas dari HIMYM pun mengingatkan pembuka serial Friends saat keenam pemerannya menari-nari di depan air mancur dan ditutup dengan membuka payung bersama-sama.
Hadir pulaThe Big Bang Theory yang menyambungkannya lewat humor sains. Ada juga serial New Girl yang dipimpin pemeran utama Zooey Deschanel. Semuanya laku ditonton.
Meski mengacu pada penelusuran di Google Trends, hanya Friends yang memiliki kurva stabil sejak usai pada 2004. Sementara HIMYM dan TBBT mencapai puncak pada musim akhirnya sekitar 2014-2015 lalu terus merosot angka penontonnya hingga kini.
Yang tak kalah menarik, lagu pembuka serial Friends, yakni ”I’ll Be There For You” yang dipopulerkan oleh The Rembrandts, pun kembali naik daun. Layanan pemutar lagu Spotify mencatat lagu ini telah diputar 137 juta kali secara global. Playlist Friends yang resmi pun mengalami peningkatan jumlah streaming sebesar 80 persen.
Yang mengejutkan, pengguna Spotify yang ramai-ramai memutar playlist resmi Friends ini berada pada rentang usia 18-24 tahun diikuti kelompok usia 25-29 tahun.
Yang mengejutkan, pengguna Spotify yang ramai-ramai memutar playlist resmi Friends ini berada pada rentang usia 18-24 tahun diikuti kelompok usia 25-29 tahun. Selain ”I’ll Be There For You”, lagu milik Phoebe, yaitu ”Smelly Cat, Smelly Cat...” juga banyak didengarkan. Dalam episode reuni, lagu ini juga kembali dimainkan Kudrow berduet dengan Lady Gaga.
Tren mode di serial ini juga mulai kembali dilirik sejalan dengan gaya masa kini yang tak memiliki pantangan era. Rambut ala Rachel dan Monica mulai digemari kembali. Baju-baju santai seperti celana kodok dipadukan dengan kaos sebagai dalaman atau celana kodok saja ditutup cardigan kembali banyak disukai anak zaman now.
Kebiasaan nongkrong di warung kopi atau kafe pun terasa familiar dengan budaya coffee hopping yang makin menjamur di sejumlah kota besar.
Dengan perkembangan digital saat ini, rasanya wajar saja apabila anak muda saat ini ikut kecanduan Friends. Sekali lagi, masalah yang dihadirkan dalam serial ini terasa personal. Siapa yang merasa sedih dan hancur saat patah hati? Siapa yang pernah diam-diam menyukai sahabat sendiri? Siapa yang pernah pasrah karena sulit mencari kerja? Siapa yang kebingungan dengan arah hidup di usia 20-an? Yakin, pasti malu-malu mau angkat jari, kan?
Di sisi lain, serial ini menawarkan definisi baru tentang keluarga. Babakan usia tersebut, kadang terasa berjarak dengan orangtua. Sulit menceritakan berbagai persoalan dengan keluarga. Apalagi jika kondisi keluarga tak memungkinkan. Phoebe, Chandler, Joey, dan Rachel harus berhadapan dengan orangtua yang memutuskan bercerai. Ross dan Monica yang merupakan kakak adik harus bertahan dengan orangtua yang konservatif.
Pilihan berbagi keluh kesah dan menantang hidup bersama rekan sejawat yang kelak lebih dekat dari keluarga pun diambil. Basis kenyamanan, senasib sepenanggungan, hingga rasa tidak dihakimi membuat pilihan ini cukup realistis diambil para anak muda yang kelak terus terajut sampai beranak cucu.
Dunia nyata memang tak sepenuhnya menyenangkan. Tapi, jangan lupa bersenang-senang dengan orang yang mengerti. Lagipula, kadang keluarga memang tidak harus sedarah….
Baca juga: Lenggok Lengger di Bioskop