Film ”Spiral: from the Book of Saw” menyajikan kisah pembunuhan yang dimotivasi dengan menyucikan insitusi kepolisian yang korup.
Oleh
HERLAMBANG JALUARDI
·4 menit baca
Satu per satu anggota polisi di kota tak bernama tapi lekat bernuansa New York dibunuh secara keji dalam film Spiral: from the Book of Saw (2021). Pembunuhnya adalah peniru (copycat) dari Jigsaw, sang pembunuh berantai dalam rangkaian film horror-slasher Saw. Motivasi pembunuhnya adalah menyucikan insitusi kepolisian yang korup.
Dengan motivasi sedemikian, sang pembunuh menghabisi korbannya dengan cara keji, sekeji-kejinya. Kalau Anda menyaksikannya, mungkin akan bergidik atau bahkan mual.
Film berdarah-darah ini dibuka dengan adegan penyiksaan korban pertama di terowongan kereta api bawah tanah. Sebuah pesan dari tayangan video memberi korban ini pilihan: bertahan hidup dengan cacat fisik sebagai pendusta atau atau mati tertabrak kereta.
Modus pemberian pilihan bertahan hidup dan penggunaan rekaman video ini pernah digunakan Jigsaw di film-film sebelumnya. Tapi sejak film Saw III, Jigsaw alias John Kramer sudah tewas.
Detektif kawakan Zeke Banks (diperankan Chris Rock) ditugaskan Kapten Angie Garzia (Marisol Nichols) mengusut kasus ini. Penugasan itu merupakan ”hukuman” baginya setelah memimpin penggerebekan bandar narkotika yang berujung fatal. Semula mereka menganggap kasus ini adalah ”pembunuhan biasa” yang menimpa gelandangan.
Setelah diusut lebih jauh, korban ternyata adalah polisi yang sedang bebas tugas, yaitu Marv Bozwick (Daniel Petronijevic). Sang pembunuh menaruh paket berisi lencana Boz yang berlumuran darah. Boz, tak lain, adalah rekan terdekat Zeke dalam urusan tugas kepolisian maupun kehidupan pribadi.
Rekaman video di tempat kejadian perkara juga menjelaskan motif sang pembunuh. ”Aku membantu mereformasi Kepolisian Metro.” Pesan itu direspons Garzia dengan menyiagakan kesatuannya. Zeke dipasangkan dengan detektif baru William Schenk (Max Minghella).
”Siapa pun pelakunya punya motif lain. Mereka menyasar polisi,” kata Zeke. Dari titik ini, film berjalan sebagaimana mestinya film kriminal; relasi detektif senior dengan yuniornya, percakapan serius dalam mobil, kegaduhan di kantor ketika menerima petunjuk baru, dan kesuraman lokasi kejadian (TKP). Adegan keji berada di sela-selanya.
Gambaran ini sedikit mengingatkan pada film thrillerSe7en (1995) besutan sutradara David Fincher. Pasangan detektif di film ini diperankan dua aktor berbeda warna kulit, yaitu Morgan Freeman dan Brad Pitt. Motif pembunuh di film ini adalah menghukum orang-orang dari tujuh dosa pokok. Nuansa suram di film Se7en diwakili guyuran hujan di sana-sini. Sementara di film Spiral, terlihat keringat khas musim panas pada karakternya.
Dampak psikologis akibat pembunuhan keji yang berulang digarap habis oleh Fincher. Hal ini yang sepertinya kurang tergambar dengan baik di film besutan Darren Lynn Bousman. Padahal, dia punya ”amunisi” untuk itu. Hubungan antara Zeke dan ayahnya Morris Banks (Samuel L Jackson)—mantan kepala kesatuan Kepolisian Metro—penuh intrik.
Sayangnya, relasi ayah dan anak di film Spiral ini terkesan klise. Zeke tak ingin mengecewakan ayahnya. Sebaliknya, Morris merasa anaknya kurang cakap. Ujung-ujungnya, ayah-anak ini bekerja sama memecahkan kasus; sebuah premis yang sudah terlalu sering dimunculkan di banyak film yang melibatkan ayah dan anak laki-laki.
Arah berbeda
Persona Chris Rock sebagai komedian sulit luntur meski berakting di film yang berdarah-darah. Dalam sebuah adegan percakapan dengan ayahnya, ada dialog yang memantik tawa sinis tentang pernikahan. Ditambah lagi, Samuel L Jackson yang bermulut sampah di banyak filmnya, juga mengeluarkan umpatan andalannya. Dari segitu banyak film Saw yang terkenal sadis, baru di film Spiral inilah ada dialog yang bisa memicu tawa.
Rangkaian (franchise) film Saw telah dibuat sebanyak delapan judul. Film Spiral, yang mulai tayang di bioskop AS dan Indonesia pada Jumat 14 Mei, adalah judul kesembilan. Sutradara Darren sebelumnya pernah membesut tiga judul, yaitu Saw II (2005), Saw III (2006), dan Saw IV (2007). Chris Rock mengaku sebagai penggemar berat film-film Saw.
Dikutip dari laman hollywoodreporter.com, Chris menyatakan minatnya menggarap lanjutan dari rangkaian kedelapan Jigsaw (2017) kepada para eksekutif di Twisted Pictures dan Lionsgate. Setelah mendapat anggukan kepala, proyek ini dimulai pada 2019. Chris memoles skenario garapan Josh Stolberg dan Peter Goldfinger. Chris juga didapuk menjadi produser eksekutif film berbiaya 40 juta dollar AS (menurut imdb.com) ini.
”Aku tidak menganggap film Spiral sebagai lanjutan Saw. Dengan film ini sebenarnya kami sedang memulainya kembali dalam arah yang berbeda,” kata Chris.
Jika dilihat dalam filmnya, arah baru yang dimaksud Chris adalah memunculkan pembunuh baru yang meniru modus Jigsaw. Kekejiannya masih sama. Peralatan penyiksaannya masih bermekanik dan makin rumit. Hanya saja, boneka Billy yang pipinya dibubuhi tanda spiral tak lagi jadi penyampai pesan. Tanda spiral warna merah masih ada di film ini yang dibuat dengan cat semprot di lokasi-lokasi kritis.
Perbedaan lainnya adalah Jigsaw ”mengadili” individu yang menurut dia pernah berbuat kesalahan fatal. Sementara penerus Jigsaw, setidaknya di film Spiral ini, ”mengadili” institusi yang korup. Kepolisian adalah sasaran pertamanya. Rasa-rasanya, ini relevan dengan situasi bekangan ini, di mana kebrutalan polisi pada warga sipil jadi sorotan.
Film berdurasi sekitar 90 menit ini ditutup dengan adegan brutal dan ancaman. Darah dan kekejian kemungkinan masih akan mengalir.