Di Balik Kejayaan Netflix di Panggung Penghargaan
Pada perhelatan Piala Oscar lalu, Netflix menjadi primadona karena menerima nominasi dan kemenangan terbanyak.
Pada perhelatan Piala Oscar lalu, Netflix menjadi primadona karena menerima nominasi dan kemenangan terbanyak. Perusahaan layanan streaming ini sebenarnya sudah beberapa kali mengalahkan perusahaan produksi film lainnya dalam berbagai acara penghargaan. Bagaimana Netflix bisa berjaya seperti itu?
Kilas balik ke tahun 1997. Reed Hastings dan Marc Randolph, keduanya rekan kerja, memiliki ide untuk menyewakan DVD lewat pos. Mereka mengujinya dengan mengirim DVD ke diri mereka sendiri. Netflix pun lahir di Scotts Valley, California, Amerika Serikat.
Netflix.com kemudian meluncur sebagai situs penyewaan dan penjualan DVD pertama. Setelah meraih satu juta pelanggan, Netflix memperkenalkan layanan streaming pada 2007 dan bertransformasi menjadi perusahaan global.
Berawal sebagai perusahaan penyewaan DVD, Netflix kini menjadi perusahaan layanan streaming yang juga mendistribusikan dan memproduksi konten orisinal. Beberapa konten pertama Netflix adalah film stand-up comedy Bill Burr: You People Are All the Same (2012), serial TV Lilyhammer (2012), dan serial TV House of Cards (2013-2018). Netflix lalu merilis film orisinal perdananya, Beast of No Nation (2015).
”Netflix benar-benar mengguncang dunia. Mereka bersedia untuk berinvestasi dan ini membuka era keemasan baru televisi. Sekarang ini beralih ke level lain dengan distribusi digital,” kata Steven Van Zandt, sutradara dan aktor Lilyhammer, pada 2013.
Pada 2017, Netflix mencapai 100 juta pelanggan secara global. Persaingan dunia streaming semakin sengit dengan kehadiran pemain lain, seperti HBO Max, Amazon Prime Video, Peacock, Apple TV+, dan Disney+. Namun, di tengah pandemi, Netflix berhasil meraih 200 juta pelanggan di lebih dari 190 negara dengan kapitalisasi pasar 218 miliar dollar AS pada tahun ini.
”Apa yang Netflix lakukan lebih baik daripada layanan streaming lain adalah mereka mengambil konten orisinal, mengubahnya menjadi hit jangka pendek dan kemudian merilisnya satu per satu sehingga menciptakan lonjakan permintaan. Sementara platform lain hanya memiliki sedikit konten orisinal, Netflix memiliki streaming yang konstan,” ujar Ed Border, Direktur Riset di Ampere Analysis di Fortune.
Netflix memiliki katalog layanan berlangganan yang paling kuat. Ampere memperkirakan, Netflix memiliki 3.700 film dan 2.000 acara TV. Ini jauh lebih banyak ketimbang HBO Max (2.100 film dan 600 acara TV), Hulu (1.200 film dan 1.700 acara TV), dan Disney+ (900 film dan 300 acara TV).
Nominasi dan penghargaan
Konten orisinal Netflix mendapatkan beragam apresiasi. Serial House of Cards mendapatkan tiga Emmy Awards, pertama untuk layanan streaming, pada 2013. Netflix selanjutnya menjadi perusahaan network dengan nominasi terbanyak dalam satu tahun di Emmy Awards, yakni 160 nominasi, pada 2020. Secara keseluruhan, Netflix memperoleh 619 nominasi dan 112 kemenangan di Emmy Awards.
Netflix juga memenangi Piala Oscar perdana di Academy Awards lewat film pendek The White Helmets (2016) pada 2017. Pada 2021, Netflix kembali mencatat rekor sebagai studio dengan nominasi terbanyak di Academy Awards ke-93, setelah mencetak rekor serupa tahun lalu.
”Dominasi streaming (di Oscar) saat ini disebabkan oleh keadaan yang terjadi sekali dalam satu generasi, perilisan studio besar ditunda dan film lainnya dibeli oleh platform streaming. Netflix, Amazon, dan Hulu mendominasi Oscar tahun ini justru karena sebagian besar Hollywood menolak bersaing,” tulis kritikus film Forbes, Scott Mendelson.
Netflix mendapat 36 nominasi untuk 16 film, antara lain Mank (2020), Ma Rainey’s Black Bottom (2020), Pieces of a Woman (2020), dan The Trial of the Chicago 7 (2020). Nominasi terbanyak studio lainnya, antara lain, Amazon (12 nominasi), Walt Disney (8 nominasi), Warner Bros. (8 nominasi), Focus Features (7 nominasi), Searchlight (6 nominasi), dan Sony Pictures Classics (6 nominasi).
Netflix menang besar dengan membawa pulang total tujuh Piala Oscar. Namun, pola kemenangan Netflix menjadi sorotan. Netflix gagal menang di kategori film terbaik dan acting terbaik. Bahkan, jika dihitung-hitung, Netflix telah mengumpulkan 54 nominasi, tetapi hanya 8 kemenangan di Academy Awards.
Beberapa spekulasi muncul, salah satunya karena persaingan ketat dan banyak film Netflix dinominasikan dalam kategori yang sama. Namun, ada juga anggapan Netflix jarang menang karena Hollywood ingin berhati-hati memberi penghargaan utama ke layanan streaming.
Netflix dianggap merusak proses ekshibisi film konvensional. Pada pakem yang lama, film biasanya diputar di bioskop selama tiga bulan dulu sebelum tersedia dalam platform VOD (video on demand) atau layanan streaming. Sementara Netflix langsung menyajikannya kepada pelanggan. Tuduhan ini juga muncul saat perhelatan Cannes Film Festival pada 2018.
Formula sukses
Terlepas dari itu, Netflix memiliki formula bisnis sehingga bisa membuat konten yang sukses di Hollywood dan menjadi pemimpin dalam layanan streaming. CEO Netflix Reed Hastings mengatakan, bisnis Netflix mengandalkan analisis data dan insting manusia. ”Kami memulai dengan data. Tetapi keputusan terakhir selalu berani, yaitu intuisi yang diinformasikan,” ujarnya, dikutip dari VentureBeat
Serial House of Cards konon dibuat berdasarkan analisis data, seperti rating dan riwayat menonton pelanggan. Netflix mendapati penonton menyukai House of Cards produksi BBC, serta aktor dan direktur tertentu. Strategi ini kembali diterapkan saat Netflix membuat serial The Crown (2016).
Meskipun begitu, keputusan akhir terkait konten dibuat oleh para petinggi, seperti co-CEO Netflix Ted Sarandos. Dalam praktiknya, Sarandos mengakui, formula pengambilan keputusannya mungkin terdiri dari campuran 70:30, dengan 70 persen berdasarkan data dan 30 persen fokus pada penilaian.
Baca juga : Investasi Luar Biasa Netflix di Asia Timur
Netflix juga memiliki arketipe khusus dengan membuat konten bervariatif untuk pasar global. Studi Annenberg Inclusion Initiative dari University of Southern California, Februari lalu, menemukan, produksi konten Netflix lebih beragam dari studio film lainnya. Kesimpulan ini diperoleh dari analisis konten selama 2018-2019, terdiri dari 126 film dan 180 serial TV.
Sebanyak 52 persen film dan serial Netflix menampilkan perempuan sebagai pemeran utama. Selain itu, 35,7 persen pemeran utama berasal dari kelompok yang kurang terwakili, dibandingkan dengan 28 persen dalam 100 film bioskop terlaris. Netflix juga meningkatkan persentase perempuan di layar dan yang bekerja sebagai sutradara, penulis skenario, dan produser.
”Satu hal yang kami benar-benar asah adalah keterampilan membuat konten dari mana saja dan memutarnya di seluruh dunia. Saat Anda bercerita dari seluruh dunia, semakin otentik kelokalan cerita, semakin baik cerita diputar di seluruh dunia karena orang mengenali keaslian storytelling,” kata Sarandos. (Rolling Stone/The Hollywood Reporter/Forbes/The New York Times)