Saya sedikit skeptis, apa yang bisa dilakukan dengan otot letoi begitu. Mana kuda-kudanya sambil duduk pula. Rupanya saya salah sangka. Sepersekian detik kemudian, dukkk!!! Saya nyaris terjengkang tersengat jurus Ip Man.
Oleh
Dwi Bayu Radius
·5 menit baca
Siapa tak kenal Ip Man? Mahaguru yang kisahnya sudah diangkat ke layar lebar berseri-seri itu sudah teramat kondang, apalagi buat penggila film. Beberapa waktu lalu, saya bermaksud menulis resensi film terbarunya, Ip Man: Kung Fu Master. Lantaran, menurut saya, film itu enggak terlalu istimewa, saya berniat memberikan bobot lebih soal perkembangan Wing Chun di Indonesia.
Usut punya usut, setelah mencari informasi, ada banyak komunitas Wing Chun. Pilihan jatuh kepada Tradisional Ip Man Wing Chun (TIMWC) yang saya pikir pastilah mempertahankan bentuk asli bela diri yang diajarkan Ip Man itu. Terkaan saya tidak meleset.
”Wing Chun yang saya praktikkan asli dari Hong Kong. Saya berguru langsung kepada anaknya Ip Man, Ip Ching,” kata Pendiri dan Ketua Umum TIMWC Indonesia Martin Kusuma. Wah, cocok nih, pikir saya sambil membayangkan asyiknya ngobrol-ngobrol soal Ip Man. Maklum saja, seri Ip Man yang dibintangi Donnie Yen selalu jadi box office.
Wing Chun yang saya praktikkan asli dari Hong Kong. Saya berguru langsung kepada anaknya Ip Man, Ip Ching.
Kami sepakat bertemu di sebuah mal di Jalan S Parman, Jakarta, Kamis (8/4/2021). Seusai memesan minuman, saya berbincang dengan Martin yang dipanggil Sifu. Ia memang guru Wing Chun. Kami ngobrolngalor-ngidul di kedai kopi yang sebagian besar kursinya terisi.
Bicara soal Wing Chun jelas belum afdal kalau tak disertai praktik. Tinju beruntun Ip Man, akrobatnya menghadapi dedengkot kung fu lain di meja yang berputar-putar, aksi menghajar 10 petarung Jepang sekaligus, atau sekadar berlatih dengan boneka kayu, seperti yang terlihat di film, pastinya keren banget. Tidak semuanya memang, tetapi Sifu mengungkapkan kalau gerakan-gerakan itu umumnya memang beneran.
”Ah, kalau di dojo bakal lebih seru lagi nih, Sifu,” ujar saya seraya tersenyum setelah ngobrol sekitar 1 jam.
Sifu tampaknya tak tahan juga. Ia bilang, Wing Chun itu sebenarnya bela diri yang lembut. Kalau bela diri lain, wajah petarung umumnya gahar-gahar saat berkelahi, Wing Chun sebaliknya. Makanya, ekspresi Donnie Yen di film Ip Man selalu tenang waktu menyerang, bahkan jika terdesak sekalipun. Sifu meminta saya memegang tangannya. Saya sedikit ragu, tetapi ia meyakinkan.
”Tenang, santai saja. Pegang, ya, pakai dua tangan. Enggak apa-apa. Rasakan lengan saya yang kendur. Enggak tegang, kan,” ujarnya.
Memang, saya rasakan seperti ucapannya. Saya pegang erat-erat tangan Sifu sesuai permintaannya untuk menahan. Oke, sebenarnya saya sedikit skeptis lantaran berpikir, apa yang mau dilakukan dengan otot yang letoi begitu. Mana kuda-kudanya sambil duduk pula. Rupanya saya salah sangka. Sepersekian detik kemudian, dukkkk!!! Saya nyaris terjengkang gara-gara kursi yang terdorong lumayan jauh ke belakang.
Kontan saya terkejut. Sodokan itu terasa sedikit menyengat yang diikuti pandangan tak kalah kaget dan heran orang-orang sekitar yang sedang menyeruput kopi. Mungkin mereka pikir, ”Ngapain, sih, nih orang-orang pada main kungfu di kafe.”
Beruntung, pengalaman memalukan terjerembap ke lantai tak terjadi. Pasti Sifu juga sudah mengukur tenaganya. Saya terbengong-bengong sejenak lantas mengungkapkan pengakuan kepada Sifu. Sambil sedikit tertawa, saya tak menyangka bakal benar-benar merasakan jurus Ip Man.
”Benar, kan. Saya enggak usah keras-keras menyorongkan tangan lho, tapi kamu bisa tersentak. Kira-kira, sama seperti di filmnya, Ip Man itu kelihatan kalem,” kata Sifu.
Sekelumit saja serangan Wing Chun sudah begitu. Apalagi kalau pertemuan kami diadakan di dojo. Dalam hati saya tertawa membayangkan. Bisa-bisa, saya dibanting atau malah semaput meski, toh, saya rela-rela saja demi merasakan ampuhnya jurus sang legenda.
Sifu lalu menceritakan kelebihan lainnya. ”Saya menatap kamu, tapi saya bisa tahu di samping saya orang-orang lagi ngapain,” katanya.
Ia kemudian menjabarkan, orang di sebelah sana sedang memegang gelas. Orang di sisi lain sedang mengangkat tangan. Memang benar begitu. Tak percuma ia lulusan langsung Ving Tsun Athletic Association (VTAA), organisasi Wing Chun yang didirikan Ip Man pada tahun 1967 di Hong Kong.
Penjelasan Sifu soal kepakaran Wing Chun meyakinkan saya. Ia menunjukkan sertifikat asli anggota tetap VTAA dan tingkatan yang mengesahkannya sebagai pelatih. Sifu juga menulis buku Wing Chun Tradisional Ip Man yang diterbitkan TIMWC Publishing tahun 2016.
Ia menghimpun informasi langsung dari VTAA. Sifu menunjukkan loyalitasnya dengan menziarahi makam Ip Man setiap tahun meski selama pandemi perjalanannya harus diurungkan.
Saya takjub karena ia bilang masih belajar. Sifu bisa pergi ke Hong Kong lima kali setiap tahun. Tambahan lagi, Sifu membuat beberapa situs soal Wing Chun untuk menyosialisasikan bela diri itu.
Saya pikir, orang bisa saja mengaku belajar di pusat Wing Chun di Hong Kong, tetapi nonsens kalau buktinya tak ada. Sifu memang sedikit curhat kalau ia juga bertemu beberapa praktisi yang mengaku mengajar Wing Chun serta membesarkan keunggulannya, tetapi tidak bisa membuktikan keabsahannya.
”Ya, sudah biarin. Pokoknya, saya punya bukti benar-benar belajar dari pusat Wing Chun dunia. Saya mengadakan semua aktivitas juga enggak dibayar, lho,” katanya. Warga Kelapa Gading, Jakarta Utara, itu mengatakan kalau dirinya orang bisnis meski tak menyebutkan bidangnya.
Jelang akhir perjumpaan kami, Sifu menuturkan tema yang tak kalah menarik. Sejak kapan Wing Chun masuk ke Indonesia? Ini ada hubungannya dengan Bruce Lee, jagoan kung fu yang sampai sekarang dianggap tak tertandingi itu. Pada masa kejayaannya, dunia terkagum-kagum dengan aksi sang legenda berjuluk ”Si Naga Kecil” tersebut.
Masyarakat dunia, termasuk Indonesia berbondong-bondong menonton film macam Enter The Dragon, The Way of the Dragon, atau The Game of Death pada tahun 1970-an. Bruce Lee sebagaimana dikisahkan dalam banyak literatur dan filmnya adalah murid Ip Man.
”Kapan Wing Chun mulai masuk Indonesia? Saya enggak bisa pastikan. Tapi, cikal bakalnya bisa dikatakan dari film-film Bruce Lee itu,” ujar Sifu.
Publik lantas mencari tahu asal-usul aliran Bruce Lee hingga akhirnya lebih benderang sejak film-film Ip Man meledak di pasaran. Sifu sendiri belajar Wing Chun sejak tahun 2009.
Akhirnya, semua informasi yang perlu saya himpun saya anggap cukup. Saya mesti minta maaf kepada Sifu karena sedianya hanya ingin wawancarai 30 menit, tetapi jadi sangat molor hingga 1,5 jam saking asyiknya mengobrol. Ia hanya tertawa sembari tak mempersoalkan itu.
Selama mengobrol, Sifu didampingi Rizky Fitria, bendahara TIMWC Indonesia, yang juga mengungkapkan beberapa pendapatnya. Saya pun berpamitan. Kami berpisah sekitar pukul 14.30.
Begitu banyak keterangan yang saya dapatkan dari Sifu. Sebagian saya tuangkan dalam artikel ini. Sementara, ulasan filmnya, bisa disimak dalam tulisan berjudul Impian di Balik Popularitas Ip Man.