”Tarian Lengger Maut”, Film Budaya Berbalut Ketegangan
Lewat film ”Tarian Lengger Maut”, sutradara Yongki Ongestu menyajikan film budaya yang berbalut ketegangan.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
Lupakan sejenak film-film horor Indonesia yang khas dengan arwah gentayangan dan roh penasaran ataupun film-film komedi romantis tentang perjuangan cinta muda-mudi. Pasar film Indonesia kini disodori genre thriller untuk menemani masyarakat yang sebagian sedang tegang menghadapi pandemi.
Lewat film Tarian Lengger Maut, sutradara Yongki Ongestu menyajikan film budaya yang berbalut ketegangan. Film ini bercerita tentang kisah pembunuh berantai yang bersinggungan dengan seorang penari desa.
Film ini dimulai dengan sosok dokter Jati Arya Permana, diperankan Refal Hady, yang baru pindah ke Desa Pagar Alas. Mayoritas warga desa sangat menghormati Jati atas profesinya meski Jati jarang bergaul akrab dengan mereka.
Namun, Jati ternyata adalah seorang pembunuh berdarah dingin. Ia terobsesi dengan detak jantung manusia sehingga kerap memburu warga desa untuk mengoleksi jantung mereka. Warga mulai ketakutan karena kasus orang hilang semakin santer terdengar.
Sementara itu, warga desa mulai berharap kepada Sukma, diperankan Della Dartyan, untuk segera menjadi penari lengger. Mereka percaya setelah Sukma menjalani ritual sebagai penari, Sukma akan melindungi Desa Pagar Alas. Dari sini, cerita mengalir dari ketegangan satu ke ketegangan yang lain.
Film Tarian Lengger Maut, sebelumnya berjudul Detak, merupakan produksi dari Visinema Pictures dan Aenigma Picture. Ide film ini muncul pada 2017 dan pengambilan gambar berlangsung pada 2018. Film ini akan mulai tayang di bioskop pada 13 Mei 2021.
”Film ini tujuannya ingin memperkenalkan budaya. Kami mencoba memberikan perspektif yang berbeda untuk penari lengger yang selama ini memiliki stigma negatif. Bagaimana supaya anak muda mau menonton? Kami pilih genre thriller,” kata Yongki dalam konferensi pers seusai screening Tarian Lengger Maut, di Jakarta, Jumat (30/4/2021).
Konferensi pers itu turut dihadiri oleh produser dan CEO Visinema Pictures Angga Dwimas Sasongko; produser Visinema Pictures, Cristian Imanuell; serta produser Aenigma Picture Aryanna Yuris, Refal Hady, dan Della Dartyan.
Della mengatakan, untuk mendalami peran sebagai Sukma, dirinya berlatih selama lebih dari 30 hari di Purwokerto. Della belajar menari langsung dari maestro tari lengger.
”Diberi kepercayaan memerankan karakter Sukma itu adalah tantangan tersendiri buat saya. Karakter Sukma yang complicated menuntut saya untuk tidak hanya memperkaya kualitas akting, tapi juga belajar menari profesional. Film ini memberikan pengalaman baru buat saya,” ujarnya.
Refal menambahkan, ini merupakan kali pertama dirinya berperan sebagai seorang psikopat. Untuk mendalami karakternya sebagai dokter, Refal didampingi seorang dokter untuk belajar ilmu dan istilah dalam dunia kedokteran.
Geliat industri perfilman
Angga berharap pandemi Covid-19 memberikan tantangan yang berat untuk siapa pun di industri film, baik untuk penonton, pembuat film, maupun ekshibitor. Karena itu, kehadiran film Tarian Lengger Maut dapat mengajak masyarakat untuk kembali menonton film di bioskop.
”Yang penting kita bisa menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat dan disiplin. Pada akhirnya, kita tidak mau industri perfilman Indonesia mundur kembali seperti 10 sampai 15 tahun lalu. Terlalu mahal kalau kita harus mengulang dari awal,” ujar Angga.
Aryanna menambahkan, produksi film Indonesia harus terus berjalan. Tidak hanya pembuat film yang menggantungkan hidup dari bisnis ini, tetapi juga kru, seniman, dan keluarga mereka. Karena itu, Aenigma Picture mendorong produksi film yang tidak hanya mengangkat kearifan lokal, tetapi juga kesejahteraan pekerja kreatif daerah.
Yongki melanjutkan, produksi film Tarian Lengger Maut, misalnya, melibatkan banyak pembuat film dan seniman lokal Banyumas. Sejumlah seniman dan masyarakat lokal terlihat tampil dalam film, seperti sebagai pemain musik dan figuran. Sementara dari 73 anggota kru, sekitar 50 orang berasal dari Banyumas.