Pameran Lukisan untuk Menyemai Harapan
Pandemi Covid-19 memberi pengalaman baru. Ekspresinya beragam, ada seniman yang inspirasi karyanya dari imbauan menjaga jarak. Beberapa perupa lainnya memunculkan gagasan yang tidak langsung berkaitan dengan korona.
Harapan menumbuhkan gairah baru, termasuk dari vaksinasi sebagai pencegahan Covid 19. Para perupa pun menyambut vaksinasi penuh sukacita meski ada tanya apakah kemudian pandemi Covid 19 bisa segera usai.
Goresan lukisan abstrak diberi judul ”Pintu Terbuka-Cerita Baru Mengalir” (2021), karya perupa William Robert. Ia menggunakan media cat akrilik di atas kanvas berukuran 30 kali 30 sentimeter. William ingin menceritakan kisah baru di masa pandemi Covid 19, tidak lain adalah vaksinasi.
”Ketika pandemi Covid 19 datang, imbauan dunia lebih pada usaha menutup pintu. Pintu-pintu agar ditutup dan kita hendaknya tidak usah pergi ke mana-mana. Sekarang kita mulai membuka pintu itu sedikit demi sedikit,” ujar William, Rabu (7/4/2021) di Jakarta.
William menjadi satu di antara 54 perupa yang menampilkan karya di dalam pameran tahunan yang diberi tajuk, Kecil Itu Indah - Miracle # 4 ”Vaksin” di Miracle Prints, Yogyakarta, 1-30 April 2021. Pameran ini untuk keempat kalinya sejak 2017. Ketika Covid-19 merebak pada 2020, pameran ini tidak diselenggarakan.
Pandemi Covid-19 memberi pengalaman baru bagi setiap perupa. Ekspresinya beragam, termasuk William yang mengambil inspirasi karya dari imbauan menjaga jarak untuk mencegah penularan wabah.
Melalui corak abstrak, William membuat karya seri tentang pintu. Covid-19 membuat kita menutup pintu masing-masing. Vaksinasi untuk mencegah penularan Covid-19 belum lama ini dimaknai sebagai usaha kita membuka pintu itu sedikit demi sedikit dan melihat sebuah harapan pandemi Covid-19 segera berlalu.
”Kata kunci pintu bisa dibuka dan ditutup. Meski sudah ada vaksinasi, kita tetap tidak boleh teledor,” ujar William.
Para perupa lainnya tidak kalah akspresif di dalam melukiskan makna vaksin Covid-19 ini. Sebuah karya seni grafis dituangkan Anggi Panca menjadi karya yang diberi judul, ”Babak Baru” (2021). Anggi menggunakan media kertas berukuran 25 kali 25 sentimeter dengan teknik cetak dari linocut.
Anggi menciptakan karya dekoratif tentang perempuan berambut panjang. Ia menampilkan banyak vignet. Karya itu menyesuaikan tema vaksin sebagai babak baru.
Perupa Angga Sukma Permana membuat karya yang diberi judul, ”---” (2021) dengan media cat akrilik di atas kanvas. Bagi Angga, pandemi Covid-19 dimaknai sebagai salah satu misteri hidup manusia yang tidak bisa dijelaskan dengan satu pemahaman. Karyanya tidak secara terang-terangan untuk melihat hari esok setelah vaksinasi.
”Apa yang diperoleh hari ini, biarlah dinikmati sebagai sebuah pemberian,” ujar Angga.
Perupa Catur Agung Nugroho dengan lugas memberi judul karya, ”Cahaya Harapan” (2021). Ia menggunakan media cat akrilik dan cat minyak batangan di atas kanvas berukuran 15 kali 15 sentimeter.
Di atas latar kanvas yang hitam, Catur melukiskan beberapa bentuk lonjong di antara goresan warna biru. Catur mengekspresikan rasa optimistiknya bahwa vaksin Covid-19 bakal menuntaskan pagebluk ini.
”Saya pikir, kehadiran vaksin dapat meringankan kerja malaikat kematian yang selama setahun ini sudah bekerja keras,” tulis perupa lainnya, Gita Putipratia, dalam karya lukisannya yang diberi judul, ”Tidur Siang Kematian”.
Gita menggunakan pena untuk melukis di atas kertas berukuran 30 kali 30 sentimeter. Ia menuangkan karya secara dekoratif ilustratif tentang istirahatnya malaikat kematian dan nisan-nisan para korban Covid-19.
Semburan rasa optimistik begitu kuat terlontar dari para perupa melalui pameran ini. Bahkan, perupa Watie Respati menyuguhkan karya lukisannya yang diberi judul, ”Sudah Berakhir” (2021). Watie menggunakan media cat akrilik di atas kanvas berukuran 30 kali 30 sentimeter.
Kecil itu indah
Perupa Rizal Pahlevi sebagai pengelola Miracle Prints menggagas pameran tahunan ini. Ia memberi nama pameran tersebut Kecil Itu Indah sebagai upaya menampakkan keindahan dan keberagaman dari sesuatu yang kecil.
”Tahun ini mengusung tema khusus vaksin ketika pandemi Covid-19 belum usai. Banyak orang mulai stres,” kata Rizal.
Kesulitan beradaptasi dirasakan sebagian orang. Bagi yang mampu beradaptasi, bisa menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan positif dan produktif.
Rizal menangkap ada informasi yang masih simpang siur mengenai pandemi ini. Ada informasi tentang negara yang berhasil mengendalikan Covid-19, ada negara yang pulih, dan masih banyak yang terus meningkat jumlah korbannya. Ada pula informasi tentang ditemukannya varian baru untuk Covid-19 yang lebih ganas.
”Tidak ada jaminan manusia akan dapat bertahan dengan kondisi tidak menentu seperti ini,” ujar Rizal.
Sebagai warga negara yang baik, menurut Rizal, kita berkewajiban menjaga semangat masing-masing. Sebagai perupa, di sinilah Rizal berusaha membangun optimisme kehidupan untuk masa depan yang lebih baik.
”Kami mempersiapkan pameran ini sejak dua bulan yang lalu,” ujar Rizal.
Vaksin adalah harapan untuk mengatasi pandemi. Semua mata sekarang tertuju pada kemukjizatan vaksin. Akan tetapi, betulkah itu?
Sebanyak 54 peserta pameran Kecil Itu Indah yang keempat kalinya ini dijaring lewat undangan terbuka. Mereka dibebaskan untuk merespons tema vaksin Covid-19.
Rizal mengatakan, tema diberikan untuk pertama kalinya di dalam pameran Kecil Itu Indah. Tiga kali penyelenggaraannya tanpa diberikan tema. Tidak semua peserta secara langsung merespons tema vaksin. Ini yang membuat hasil karya para peserta menunjukkan keberagaman. ”Ada yang terang-benderang penggambarannya, tetapi ada juga yang samar,” kata Rizal.
Pameran ini membuka peluang bagi karya yang sama sekali berjarak dengan tema. Bagi Rizal, inilah keseimbangan. Seni bukan sekadar persoalan garis, bidang, bentuk, dan warna yang melulu bertujuan memuaskan mata penikmatnya.
Para peserta pada umumnya menggunakan media kanvas dengan melukis secara konvensional. Beberapa di antaranya menggunakan teknik cetak di atas kertas dan teknik sulam.
Perupa Taufiqur Rohman menampilkan lukisan yang diberi judul, ”Pasar Malam Kembali” (2021), seolah menandaskan pandemi Covid-19 mulai berakhir. Ia menggunakan media cat akrilik di atas kanvas berukuran 30 kali 30 sentimeter.
Taufiqur menampilkan sebuah bianglala pasar malam dan keramaian orang-orang yang tetap menggunakan masker. Taufiqur menyemai harapan, tetapi tetap menyodorkan kewaspadaan tinggi terhadap ancaman mematikan dari Covid-19.
Perupa Untung Widi menampilkan lukisan seorang bocah bertelanjang dada tengah divaksin. Ia memberi judul ”Vaccine Comes Corona Gone” (2021), dengan media pensil warna di atas kertas berukuran 20 kali 30 sentimeter.
Beberapa perupa lainnya memunculkan gagasan yang tidak langsung berkaitan dengan vaksin. Seperti perupa Yaksa Agus dengan karya yang diberi judul ”Ya, Namanya Mawar” (2021). Ia menggunakan media cat akrilik di atas kanvas berukuran 30 kali 30 sentimeter.
Perupa Laila Tifah menghadirkan lukisan yang diberi judul ”Kutunggu di Pasir” (2019). Ia menggunakan media cat akrilik di atas kanvas berukuran 35 kali 35 sentimeter. Lukisan Laila menggambarkan figur perempuan di pasir pesisir lautan.
Perupa Gusmen Heriadi menampilkan lukisan ”Si Kuning” (2020), dengan media cat akrilik di atas kanvas berukuran 22 kali 17 sentimeter. Gusmen melukis figur perempuan mengenakan baju berwarna kuning.
Perupa Johnny Gustaaf menampilkan lukisan ”Risalah Rasa” (2021), dengan media cat akrilik di atas kanvas berukuran 30 kali 30 sentimeter. Banyak karya perupa lainnya, baik yang terkait erat dengan tema vaksin Covid-19 maupun berjarak dengan tema tersebut. Akan tetapi, begitu kental terasa para perupa sedang menyemai harapan untuk kita, harapan terbebas dari pandemi Covid-19.